Memburu Ilmu Hingga Ke Negeri China - Oleh: Prof. Dr. Imam Suprayogo, Rektor UIN Malang

Sedemikian tinggi Islam menghargai ilmu pengetahuan, hingga untuk mencarinya, Nabi  menganjurkan hingga ke negeri China. Uthlubul ilma walau bishin. Carilah ilmu pengetahuan sekalipun harus ke negeri China. Pada saat  kehidupan Nabi Muhammad,  menurut beberapa kisah, Negeri China sudah memiliki kelebihan, di antaranya adalah dalam ilmu pengobatan dan perdagangan. Kedua jenis  ilmu pengetahuan itu dipandang  sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup- sehari-hari. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menguasainya.

Pada saat itu,  masyarakat  Arab belum  mengenal kendaraan bermesin seperti sekarang ini.  Alat transportasi  yang digunakan sebatas kuda atau unta. Dengan demikian untuk menuju ke China memerlukan waktu yang lama.   Sekalipun demikian, dalam sejarahnya, masyarakat Arab pada zaman dahulu sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh.  Perjalanan jauh di tengah padang pasir  bagi orang Arab, tampaknya  sudah menjadi kebiasaan.

Oleh karena itu,  dikaitkan dengan penyebaran agama yang kebanyakan turun di wilayah Arab,   tradisi itu  menjadi penting.  Tradisi bermusafir itu menguntungkan  bagi proses penyebaran agama  ke berbagai penjuru, baik lewat perdagangan atau lainnya.

Anjuran mencari ilmu hingga ke Negeri China tersebut  menunjukkan bahwa umat Islam  seharusnya menjadi  komunitas yang  terbuka, ialah bersedia menerima pengaruh dan pengetahuan dari manapun. Umat Islam tidak perlu  mengambil sikap eksklusif dari umat lainnya. Menjadi Islam tidak harus membatasi diri dari  kelompok lain. Selain itu, sebagai ciri inklusifisme, umat Islam juga tidak perlu harus mengubah asesoris diri sebagai identitasnya, sekedar untuk menyesuaikan dengan  identitas  orang Arab. Seorang  muslim Jawa adalah boleh-boleh saja tetap menggunakan baju tradisi Jawa. Demikian pula muslim Madura,  Kalimatan, Sulawesi, dan lain-lain.  Terkait berpakaian bagi seorang muslim, yang terpenting adalah  harus menutup aurat. Apapun potongan pakaian itu,  asalkan memenuhi ketentuan dimaksud, telah  dianggap cukup.

Pandangan inklusifisme itu bisa dimaknai bahwa, sebenarnya Islam tidak  menuntut agar umatnya mengembangkan  identitas yang seragam. Sebaliknya,  juga tidak dilarang umpama kaum muslimin mengembangkan identitas tersendiri. Misalnya,   muslim Jawa di lingkungan pesantren selalu mengenakan sarung, baju koko dan kopyah. Kaum muslimin di perkotaan lebih menyukai pakaian koko dan celana panjang serta dilengkapi dengan kopyah. Model pakaian seperti itu, tentu berbeda  dibanding dengan pakain muslim di tempat lainnya. Ajaran Islam sedemikian jelas, mengatakan bahwa,  Tuhan tidak melihat penampilan dan pakaian seseorang melainkan hanya akan melihat amal dan akhlak seseorang

Di alam yang  terbuka, mobilitas,  dan komunikasi yang semakin  yang cepat, maka perintah untuk mencari ilmu ke negeri China  seharusnya bisa dimaknai secara lebih luas lagi. Sebutan China seharusnya dimaknai sebagai tempat yang jauh dan dihuni oleh masyarakat yang berbeda-beda. Selain itu, anjuran agar pergi ke China tidak harus selalu dimaknai secara fisik, harus pergi ke China, tetapi juga bisa saja ke negara-negara lain yang memiliki berbagai kelebihan yang bermanfat.  

Pada saat sekarang ini,  bangsa  China juga sudah menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia misalnya,  orang-orang China juga sedemikian banyak. Mereka, dalam hal-hal tertentu, memang memiliki kelebihan. Dalam  ekonomi misalnya, orang China lebih ulet, mau bekerja kekas, suka menabung, dan sejenisnya.  Tradisi  seperti itu, menjadikan ekonomi  orang-orang  China yang berada di Indonesia, pada umumnya,  lebih maju  dibanding penduduk asli Indonesia sendiri.

Oleh karena  itu, mestinya kaum muslimin di Indonesia mau membuka diri, mau belajar ke orang-orang China yang menetap di Indonesia pada bidang-bidang yang diperlukan. Saya sendiri pernah diajari oleh orang tua bahwa orang-orang China memiliki keunggulan dibanding penduduk pribumi. Orang china mampu  berdagang  secara  disiplin. Hal yang sederhana, mulai yang kecil, tatkala membuka toko misalnya, orang China  selalu ajek dan tepat waktu, agar setiap orang yang datang tidak kecewa oleh karena toko itu dipastikan sudah dibuka.

Orang china pada umumnya juga mampu mengelola keuangan dengan baik.  Pada umumnya, mereka tidak membelanjakan penghasilannya secara berlebihan, atau tidak  besar pasak daripada tiyang. Selain itu, orang China selalu berhat-hati tatkala menerima uang. Walaupun diterima dari orang tuanya sendiri, sebelum dimasukkan ke kantongnya, uang itu  selalu dihitung terlebih dahulu, agar tidak menggugat setelahnya tatkala ternyata jumlahnya kurang.

Manakala umat Islam  semakin terbuka,  yaitu  mau menerima  sesuatu  dari mana saja sumbernya, asalkan memberi manfaat dan tidak dilarang oleh kitab suci dan hadits nabi, maka akan semakin maju. Selain itu, komunikasi yang lebih  terbuka juga akan menghilangkan sekat dan bahkan kesenjangan yang menyolok yang selalu  mengakibatkan kecemburuan yang tidak perlu. Menjalin komunikasi  dalam Islam tidak perlu dibatasi. Dengan siapapun umat Islam bisa menjalin hubungan atau berkomunikasi untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat bersama. Dengan demikian, umat Islam di mana dan kapan saja akan menjadi lebih maju, dan bahkan akan meraih posisi sebagai  pelopor bagi umat lainnya. Wallahu a’lam. (uin-malang.ac.id)

BERITA TERKAIT

Jaga Stabilitas Keamanan untuk Dukung Percepatan Pembangunan Papua

    Oleh: Maria Tabuni, Mahasiswa Papua tinggal di Bali   Aparat keamanan tidak pernah mengenal kata lelah untuk terus…

Konsep Megalopolitan di Jabodetabek, Layu Sebelum Berkembang

Pada saat ini, kota-kota Indonesia belum bisa memberikan tanda-tanda positif mengenai kemunculan peradaban kota yang tangguh di masa datang. Suram…

Pasca Pemilu Wujudkan Bangsa Maju Bersatu Bersama

    Oleh: Habib Munawarman,Pemerhati Sosial Budaya   Persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaga Stabilitas Keamanan untuk Dukung Percepatan Pembangunan Papua

    Oleh: Maria Tabuni, Mahasiswa Papua tinggal di Bali   Aparat keamanan tidak pernah mengenal kata lelah untuk terus…

Konsep Megalopolitan di Jabodetabek, Layu Sebelum Berkembang

Pada saat ini, kota-kota Indonesia belum bisa memberikan tanda-tanda positif mengenai kemunculan peradaban kota yang tangguh di masa datang. Suram…

Pasca Pemilu Wujudkan Bangsa Maju Bersatu Bersama

    Oleh: Habib Munawarman,Pemerhati Sosial Budaya   Persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)…