Wapres Akui Indonesia Alami CAD - Akibat Ekspor Melemah

NERACA

Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengakui bila Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sejak kuartal IV 2011 hingga saat ini. Hal ini disebabkkan oleh nilai ekspor yang berkurang akibat jatuhnya harga komoditas di pasar internasional. Selain itu, impor juga tetap tinggi terutama bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk keperluan dalam negeri.

“Sepanjang tahun 2012 pertumbuhan juga masih ditopang oleh investasi dan konsumsi yang tinggi meski terjadi pelemahan ekspor. Nilai ekspor pun melorot pada tahun 2013 masih menjadi penyebab mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah,” katanya di Jakarta, Senin (16/12).

Namun, lanjut Boediono, banyak hal positif yang membangkitkan semangat pada 2014 sehingga dirinya meyakini perekonomian Indonesia pada 2014 tumbuh lima hingga enam persen dengan inflasi terkendali akibat indeks harga pangan yang membaik dibanding tahun ini.

"Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan membaik dan bukan enam persen plus seperti tahun 2011. Akan tetapi, ini tak bisa dihindari bila kita ingin menyeimbangkan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Angka enam persen, sambung mantan Gubernur Bank Indonesia, adalah angka yang rasional bagi Indonesia, di tengah belum pulihnya perlambatan ekonomi dunia. Boediono juga memperkirakan pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang 2013 pun diperkirakan stabil pada tahun depan di angka yang lebih tepat dengan situasi moneter baru yang akan lebih ketat, bukan lagi era "easy money" seperti pada masa lalu.

Dia mengatakan, inflasi sampai akhir 2013 diperkirakan mencapai angka delapan persen dan angka tersebut di luar angka rata-rata nasional beberapa tahun ke belakang yang hanya berada empat hingga lima persen per tahun.

"Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang angka delapan persen ini, antara lain kenaikan harga bahan bakar minyak dan kenaikan harga bahan pangan nonberas," tambahnya. Wapres Boediono juga meyakini bahwa nilai investasi dan konsumsi pada tahun depan diperkirakan masih akan tinggi, ditambah dengan aktivitas seputar pemilihan umum yang berkontribusi positif pada pertumbuhan.

Impor minyak, kata Boediono, juga akan berkurang mengingat rencana penggantian BBM dari solar menjadi biodiesel yang berbahan dasar minyak sawit yang diperkirakan akan mengurangi impor minyak.

Mengenai fokus pertumbuhan ekonomi dan stabilitas, Wapres berpendapat bahwa Indonesia tetap tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik di mata dunia mengingat pertumbuhan rata-rata enam persen per tahun sebelum krisis, sempat jatuh ke empat persen kala krisis 2008, kemudian kembali ke angka enam persen, atau melampaui pertumbuhan negara-negara lain kecuali China. [ardi]

BERITA TERKAIT

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…