Semua orang menghendaki agar anak-anaknya kreatif, kaya ide, gagasan, dan sejenisnya. Anak yang kreatif akan mampu hidup mandiri di mana saja dan kapan saja. Orang yang kreatif bisa mengubah sesuatu yang sederhana menjadi lebih bermanfaat, berguna, bahkan menjadi lebih mahal dan dicari orang.
Dengan kreatifitasnya, seseoran berhasil mengubah kapas menjadi benang, dan kemudian benang menjadi kain. Atas kekuatan kreatifitasnya pula, seseorang mampu menjadikan jenis kain sederhana menjadi semakin halus dan indah. Demikian pula, kain itu dibuat pakaian bermacam-macam model dan warnanya. Semakin kreatif masyaraat, maka karya-karyanya semakin indah.
Juga besi yang semula tidak kelihatan gunanya, dengan kreatifitas seseorang, maka benda itu diubah menjadi mesim yang digunakan untuk alat transportasi, seperti mobil, kereta api, kapal laut, dan bahkan juga kapal terbang. Semakin kreatif seseorang maka karya-karya yang dihasilkan semakin indah dan modern. Bahan yang sama akan berhasil dibentuk menjadi sesuatu yang berbeda kualitasnya oleh karena dibuat oleh orang yang berbeda kreatifitasnya.
Pertanyaannya adalah, apakah lembaga pendidikan yang ada sekarang ini sudah mampu menjadikan para lulusannya semakin kreatif atau cerdas. Untuk menjawab pertanyaan itu, tidak terlalu sulit. Secara sederhana bisa diketahui dari melihat apa saja yang bisa dihasilkan oleh para lulusan lembaga pendidikan yang selama ini dibangun. Lulusan sekolah menengah atas, yang tidak meneruskan ke perguruan tinggi, mereka telah bisa melakukan pekerjaan apa. Begitu pula, yang sudah lulus menjadi sarjana, mereka telah berhasil membuat apa.
Beberapa tahun terakhir, banyak orang mengeluh, bahwa jumlah lulusan pendidikan dan bahkan hingga ke perguruan tinggi semakin banyak jumlahnya yang menganggur. Ditengarai, lulusan SMA di kota besar hanya bisa diterima menjadi petugas security, sopir, tenaga kebersihan, dan atau penjaga toko. Seolah-olah, hasil pekerjaan lembaga pendidikan selama puluhan tahun, belum memiliki kemampuan yang sebanding dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Melihat kenyataan itu, maka orang kemudian mempertanyakan, apa yang salah dari lembaga pendidikan selama ini.
Manakala demikian keadaannya, maka tujuan pendidikan, di antaranya agar para peserta didik menjadi semakin kreatif, ternyata belum sepenuhnya berhasil. Buktinya, mereka belum semuanya mampu mengubah sesuatu yang kurang penting menjadi penting dan atau bernilai tinggi. Sekalipun seseorang telah dididik selama sembilan tahun di sekolah dasar, dan tiga tahun di sekolah menengah, dan bahkan ditambah empat tahun di perguruan tinggi, tetapi ternyata belum semua mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Maka artinya, mereka belum kreatif sebagaimana yang dikehendaki oleh penyelenggaraan pendidikan selama ini.
Mungkin ada sesuatu yang salah dari penyelenggaraan pendidikan selama ini, misalnya terkait kurikulum, tenaga pengajar, manajemen, orientasi penyelenggaraan, dan atau sistem yang dibangun secara keseluruhan. Terkait dengan kurikulum misalnya, mereka sudah diajar IPA, IPS, Bahasa, hingga lulus, tetapi berbagai pelajaran yang dimaksudkan itu ternyata belum berhasil menjadikan para lulusannya memiliki kreativitas yang tinggi, sehingga mereka kaya ide, gagasan, atau prakarsa yang diperlukan sebagai bekal hidup.
Bahkan tidak sedikit ditemui, setelah mereka lulus, tidak saja tidak kreatif, tetapi juga memiliki kepercayaan diri yang rendah. Tatkala masih kecil, mereka sedemikian lincah, berani mengekspresikan kemampuannya dengan berbagai cara, tetapi setelah lulus dari sekolah, ternyata mereka sekedar menulis dan berbicara saja belum tentu berani. Manakala di antara mereka ada yang berani, namun keberaniannya tidak selalu disalurkan pada hal positif, tetapi justru sebaliknya. Aktualisasi dirinya tidak sedikit yang disalurkan pada hal yang kurang tepat.
Memang ilustrasi itu tidak mewakili seluruh lulusan sekolah. Masih banyak di antara mereka yang kreatif, berprestasi, memiliki keberanian, dan percaya diri. Tetapi, mereka yang kurang memuaskan itu tidak sulit ditemui di mana-mana. Lulus sekolah banyak yang menganggur. Mereka belum mampu menunjukkan bahwa dirinya adalah lulusan jenjang pendidikan yang seharusnya sudah mampu mandiri. Persoalan dimaksud bukan sederhana, oleh karena itu, seharusnya mendapatkan perhatian serius, agar kita tidak melihat generasi ke depan menghadapi persoalan yang semakin besar dan berat. Pendidikan harus mampu mengantarkan generasi muda menjadi generasi yang kreatif, atau mampu mengubah sesuatu yang tidak penting menjadi berguna, bernilai tinggi, dan berharga mahal. Wallahu a’lam. (uin-malang.ac.id)
Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…
Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…
Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…
Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…
Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…
Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…