Kemenperin Usung Empat Strategi Kembangkan Industri Bambu

NERACA

 

Yogyakarta - Bambu, atau dalam bahasa latin dikenal dengan Subfamilia Bambusoideae memang banyak tumbuh di Indonesia. Akan tetapi, hingga saat ini penggunaan bambu belum optimal, kalau pun ada, mungkin hanya sekedar pelengkap saja. Bahkan, masyarakat banyak yang menganggap bambu sebagai barang yang tidak terpakai.

Padahal, siapa sangka bambu merupakan salah satu tanaman yang bisa menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, apabila dikembangkan dengan baik. Sebenarnya, sudah sejak lama, masyarakat menggunakan bambu untuk keperluan sehari hari. Namun siapa sangka bambu merupakan salah satu bahan baku untuk di buat kerajinan dan untuk furniture di dalam rumah. China, negeri yang terkenal dengan nama "tirai bambu" telah mengembangkan bambu untuk berbagai produk furniture dan kerajinan tangan.

Untuk itu, pemerintah dituntut untuk segera mengembangkan bambu yang bahan bakunya cukup banyak menjadi produk yang bermutu tinggi, sehingga pasar kerajinan dan furniture tidak dibanjiri dari China.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan bagaimanapun juga permintaan bambu secara global tumbuh lebih cepat dari tingkat ketersediaannya. Sehingga peluang bisnis perkebunan bambu masih sangat besar dan terbuka.

"Industri bambu memiliki peran serta dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, industri ini terus didorong agar dapat terus tumbuh, mengingat potensi bambu di Indonesia sangat besar," ujarnya usai menjadi pembicara di acara Kongres Bambu Nasional 2013 di Yogyakarta, akhir pekan kemarin.

Lebih lanjut Euis memaparkan dari waktu ke waktu bambu selalu dapat membuktikan sebagai bahan baku yang dapat diandalkan dalam berbagai aplikasi praktis. Di abad ini bambu akan terus menjadi komoditas industri yang semakin berharga. Dia berharap akan semakin sering menemukan lebih banyak produk berbahan baku bambu di pasaran dan juga furniture dari bambu.

"Kementerian Perindustrian memiliki empat kiat untuk memaksimalkan potensi ekonomi bambu dan produk turunannya, apalagi Indonesia adalah negara keenam di dunia dalam luasan hutan bambu. Empat strategi besar yang disiapkan, mulai dari penyiapan SDM perbambuan yang mumpuni hingga ketersediaan informasi tentang ini. Pertama adalah SDM yang kompeten, mulai dari yang memiliki lahan, perancang, industriawan kecil dan menengah, dan lain sebagainya. Sehingga bisa memberi nilai tambah terkhusus pada penciptaan nilai," papar Euis.

Kongres ini telah ketiga kali digelar di Indonesia, diikuti segenap pemangku kepentingan perbambuan nasional. Di ujung pertemuan, akan dideklarasikan pembentukan Dewan Bambu Indonesia untuk mengangkat potensi bambu.

Di Indonesia terdapat 172 spesies bambu asli nusantara dan 36 spesies yang diintroduksi dari luar negeri. Dunia memiliki 37 juta hektare hutan bambu natural ataupun budidaya yang setara dengan satu persen luasan hutan dunia. Dari jumlah itu, lima persen di antaranya terdapat di Indonesia sementara China memiliki 14 %, dan India yang terluas, yaitu 30%.

Mengingat pengolahan bahan bambu untuk kepentingan industri memerlukan sentuhan teknologi maka penguasaan instrumen dan teknologi tentang ini adalah keharusan tersendiri. "Harus memerhatikan produk akhir yang diperlukan konsumen," katanya.

Menurut Euis pemenuhan standardisasi. Dalam hal ini SNI sehingga produk-produk yang dihasilkan ada standarnya. Misalnya, dimensi fisik produk itu jangan berbeda-beda di antara produser. Standardisasi ini juga untuk melindungi kepentingan konsumen sehingga bisnis yang jujur dan adil bisa terjadi.

Keempat, lanjut Euis yang harus didiseminasikan secara baik di antara pengrajin perbambuan ini adalah hak atas kekayaan intelektual yang harus dilindungi. "Banyak yang abai soal ini, tahu-tahu perancang aslinya bisa dituntut karena mengolah produk berdasarkan rancangan yang semula dia perkenalkan kepada publik," katanya.

Komoditas Diperhitungkan

Di sisi lain, Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDAS-PS) Kementerian Kehutanan Hilman Nugroho mengatakan selama ini hutan Indonesia 5% menghasilkan kayu. “Sedangkan sekitar 95 persennya merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Sebagian besar diantaranya adalah bambu,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Organization Committee Kongres Bambu Nasional 2013 Kukuh Sutoto mengungkapkan kongres ini kembali digelar untuk mempromosikan potensi-potensi bambu sebagai salah satu komoditi nasional. Kegiatan ini dilakukan juga untuk mendorong produktivitas bambu nasional. Selain itu, kongres ini diharapkan dapat mendorong para pelaku usaha bambu untuk mengembangkan industri perbambuan. “Tujuannya adalah untuk memasyarakatkan bambu sebagai sumber daya pengganti kayu,” ujarnya.

Sekedar informasi, penggunaan Bambu secara tradisional dan industri Bambu adalah material yang serbaguna. Setiap jenis memiliki ciri fisik dan kandungan kimia yang cocok dengan tujuan ahirnya. Ada jenis bambu yang memiliki kandungan selulosa yang tinggi serabut yang panjang rendah lignin tumbuh dengan cepat dan menghasilkan biomas yang maksimal ideal untuk pembuatan bubur kertas, seperti jenis bambu Bambusa Arundinacea, Dendrocalamus strictus, Bambusa vulgaris, Bambusa tulda, D hamiltonii, Dendrocalamus Longispatus, and Melocana baccifera.

Spesies diatas sangat efektif untuk digunakan sebagai bahan mentah untuk industri Pulp & Paper. 1700 tahun yang lalu China memulai pembuatan kertas dari bambu. Sampai dengan hari ini bubur kertas merupakan produk utama bambu. Dengan jutaan bambu yang digunakan setiap tahunnya untuk tujuan yang khusus. Bambu juga digunakan secara tradisional untuk pembuatan rumah sederhana dengan biaya rendah, jembatan dan kerajinan tangan.

Dari sudut pandang industri, bambu sangat mempesona karena merupakan material lunak tapi sangat kuat untuk digunakan dalam aplikasi konstruksi modern. Kepadatan bambu sebanding dengan kayu keras dan kekuatannya melebihi baja. Saat ini tengah dikembangkan cara baru untuk mengolah serat bambu untuk pembuatan aplikasi standar yang modern.

Bambu lapis dan triplek dari bambu saat ini lebih sering digunakan untuk bahan pembuatan perabot rumah tangga. Bambu parquet juga merupakan salah satu produk dengan prospek yang sangat besar, selain itu partikelboard dan fiberboard dari bambu juga sangat menarik.

Iwan

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…