Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP - "Tujuh Kebijakan Strategis Dorong Kemajuan Industri Akuakultur"

NERACA

 

Jakarta - Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) mengaku optimistis bila produk-produk sektor perikanan budidaya mampu bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu, DJPB KKP akan masuk dalam program legislasi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Menurut Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, pihaknya sudah memiliki tujuh kebijakan yang menjadi skala prioritas dalam memajukan industri perikanan budidaya atau akuakultur.

“Ini menjadi sebuah tantangan besar bagi Ditjen Perikanan Budidaya dalam mewujudkan Perikanan Budidaya sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan ketahanan pangan masyarakat. Untuk itu, kita menetapkan tujuh kebijakan strategis yang terimplementasi secara nyata melalui kerja sama dan sinergitas dari seluruh stakeholders,” ujar Slamet, kala ditemui Neraca di ruang kerjanya, Jakarta, Rabu (27/11).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, tujuh kebijakan yang dimaksud yaitu pengembangan sistem produksi perbenihan ikan, pengembangan sistem produksi pembudidayaan ikan, pengembangan sistem prasarana dan sarana budidaya serta pengembangan sistem usaha pembudidayaan ikan.

Kemudian pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan, peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Perikanan Budidaya, dan pengawalan dan penerapan teknologi terapan adaptif perikanan budidaya.

Strategi pengembangan perikanan budidaya ini, lanjut Slamet, dilaksanakan melalui peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang  berbasis ilmu pengetahuan melalui industri perikanan budidaya yang akan berperan sebagai penghela percepatan sistem produksi perikanan nasional berorientasi pada trend pasar global dan lokal.

“Untuk langkah awal, kami memfokuskan pada peningkatan produksi melalui pengembangan industrialisasi perikanan budidaya, yaitu komoditas unggulan antara lain udang, rumput laut, bandeng dan patin yang merupakan komoditi perikanan dengan potensi pengembangan yang besar,” terangnya.

Tak hanya itu. Slamet juga mengatakan, dalam percepataan industrialisasi perikanan budidaya, salah satu upaya yang harus didorong adalah pengembangan dan penerapan bioteknologi akuakultur. Bioteknologi akuakultur yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan tersebut antara lain melalui kajian aspek-aspek genetika, teknologi reproduksi, nutrisi, wadah budidaya, penyakit dan lingkungan. Pemerintah dalam hal ini akan terus mendorong pengembangan riset dan perekayasaan teknologi akuakultur yang dalam implementasinya akan melibatkan unsur dari perguruan tinggi.

Peningkatan produksi harus disertai dengan upaya efisiensi, peningkatan mutu dan keamanan hasil perikanan serta ramah lingkungan untuk keberlanjutan usaha budidaya. Peran Bioteknologi dalam upaya penyediaan induk dan benih unggul, efisiensi penggunaan pakan, serta menjaga kualitas perairan dilakukan melalui moderenisasi proses budidaya yang harus menjadi bagian integral dari pengembangan industrialisasi perikanan budidaya untuk menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan daya saing.

Aqua Card

Slamet juga mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan sebuah kartu, di mana dengan menggunakan kartu ini para pembudidaya dapat melakukan kegiatan seperti sertifikasi, mengembangbiakan ikan hingga mengekspor ikan. Kartu ini bernama Aqua Card.

“Tahun 2014, seluruh pembubidaya ikan di Indonesia sudah dapatkan menggunakan Aqua Card. Kartu ini memiliki kekuatan seperti sertifikat, di mana pemilik kartu tersebut berarti telah lulus dan teruji dalam hal pembudidayaan ikan, mulai dari pembibitan, cara mengembangbiakkan ikan, hingga pemasaran ikan itu sendiri,” jelasnya.

Selain itu, Aqua Card juga cara untuk memantau sekaligus mengendalikan proses pembudidayaan ikan air tawar, mulai dari nila, patin, tombro, dan ikan gurami, di perairan umum. "Dengan Aqua Card, maka setiap pembudidaya memahami cara mengembankan ikan yang baik, dan tentu saja dipantau melalui sertifikat yang dimiliki oleh si pembudidaya itu sendiri,” kata Slamet, seraya mempertegas kembali.

Dengan memiliki Aqua Card, maka pembudidaya ikan sangat mudah untuk memasarkan seluruh ikan segarnya sampai ke penjuru Tanah Air. "Kualitas pembudidaya yang sudah punya Aqua Card sudah teruji, kemudian produknya juga terjamin,baik kesegaran ikan maupun kemasannya," tandas Slamet.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…