Fasilitasi Transfer of Knowledge - Komitmen Frisian Flag Galakkan Swasembada Susu

NERACA

 

Jakarta – Indonesia adalah negara yang subur dengan berbagai kekayaan alam yang melimpah. Namun ironisnya, ditengah suburnya negara ini masih saja ditemukan rakyatnya mengalami kekurangan gizi. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat lebih dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Bahkan Indonesia masih menjadi penyumbang angka anak pendek dan kurang gizi di dunia, yang jumlah totalnya mencapai 165 juta. Ironisnya, ditengah masih banyaknya anak Indonesia yang kekurangan gizi, malah diperburuk dengan tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia yang masih rendah. Padahal konsumsi susu menjadi penting untuk peningkatan gizi karena banyak manfaat di dapat dari susu seperti nutrisi dan vitamin.

Sebagai informasi, konsumsi susu masyarakat di Indonesia baru sekitar 12,85 liter per kapita pertahun pada tahun 2011 atau masih rendah dibandingkan negara-negara di kawasan Asia lainnya bahkan di bawah Vietnam dan Filipina. Kendatipun demikian, kata Head and Sales Marketing Greenfields, Jan Gert Visten, konsumsi susu di Indonesia sejak tahun 2007 terus meningkat. Pasalnya, pada 2011 konsumsi susu di Indonesia mencapai 12,85 liter per kapita per tahun. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2010 yaitu 11,95 liter susu per kapita per tahun.

Merespon masih rendahnya konsumsi susu masyarakat Indonesia, pemerintah mempunyai komitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi susu segar demi memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Namun persoalan lain yang menjadi hambatan pemerintah adalah tingkat produksi susu sapi dalam negeri terus menurun yang menyebabkan ketergantungan susu impor cukup besar, “Kebutuhan susu kita sekarang ini masih 70% di impor, “kata Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Artinya, bagaimana pemerintah mampu swasembada susu yang dicanangkan tahun 2020, jika kebutuhan produksi susu dalam negeri saja belum terpenuhi. Pemerintah mengkalim menurunkan produksi susu dalam negeri, karena banyaknya sapi perah yang dipotong sehingga dalam dua tahun terakhir produksi susu sapi nasional terus menurun 400 ton per hari. Bahkan, sapi perah yang masih tersisa pun masih rendah produktivitasnya. Satu sapi perah di Indonesia hanya memproduksi sekitar 12 liter susu segar per hari. Dengan kata lain, hanya separuh yang bisa diproduksi sapi perah di Belanda, yang tiap harinya menghasilkan hingga 25 liter susu segar.

Farmer2 Farmer

Maka untuk mempercepat swasembada susu nasional tahun 2020 yang tengah dicanangkan pemerintah, tentunya tidak bisa berjalan sendiri tanpa peran dan kerjasama dengan pihak swasta. Selain itu, para peternak sapi perah juga tidak bisa mengatasi sendiri permasalahan kualitas dan kuantitas susu dalam negeri dan harus ada dukungan dari berbagai pihak, termasuk pelaku industri susu. Maka berangkat dari visi dan misi yang sama, Frisian Flag sebagai produsen susu tergerak untuk berperan serta dalam mendukung swasembada susu nasional dengan program Farmer2Farmer. Dijelaskan, program ini merupakan rangkaian kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman antara peternak sapi perah Belanda kepada para peternak sapi perah lokal Indonesia.

Mengapa harus mendatangkan peternak sapi Belanda, kata Direktur Operasional Frisian Flag Indonesia, Jan Wegenaar, Belanda merupakan negara yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang memadai dalam beternak sapi perah yang baik dan benar, “Seperti diketahui bahwa Belanda memiliki sejarah panjang dalam industri peternakan sapi perah berskala besar, diharapkan program ini membantu para peternak sapi perah lokal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi susu segarnya, serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya,”ujarnya.

Alasan lain, disebutkan data yang ada 95% produksi susu nasional berasal dari Pulau Jawa, dan produksi sapi di Indonesia untuk satu sapinya hanya 12 liter per-hari, sedangkan sapi dari belanda bisa menghasilkan 30 liter susu per-hari. Disamping itu masa produktifitas sapi Indonesia hanya bertahan 10 tahun saja, sedangkan sapi belanda bisa 25 samapi 30 tahun, “Produksi dan produktifitas sapi Indonesia kalah jauh dengan Belanda, makanya kami undang peternak belanda untuk berbagi ilmunya dengan para peternak Belanda,”ungkapnya.

Seperti diketahui, Frisian Flag merupakan brand yang dipegang oleh Royal FrieslandCampina, perusahaan pengolah susu yang dimiliki oleh Zuivelcooperatie FrieslandCampina, sebuah koperasi peternak sapi perah asal Belanda yang tertua dan terbesar di dunia.

Jangka Panjang

Ada empat peternak sapi perah yang juga merupakan anggota Zuivelcooperatie FrieslandCampina yang didatangkan ke Indonesia. Mereka adalah Brord Sloot, Gerben Smeenk, Berend Jan Stoel dan Marten Dijkstra. Sebagai praktisi di bidangnya, nantinya para peternak Belanda ini menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh sesama peternak sapi perah.

Mereka mengunjungi lima area peternakan yang ada di Pulau Jawa dalam kurun waktu selama tiga minggu dengan total keseluruhan 350 peternak yang terlibat dalam tahun 2013 ini. Ke-5 area peternakan tersebut yakni Jampang Farm (Jawa Barat),  Sumber Alam Jaya, Pondok Rangon (Jakarta Timur), Pesat, Purwokerto (Jawa Tengah), KPBS Pangalengan (Jawa Barat) dan KPSBU Lembang (Jawa Barat). Setelah tiga minggu ini berakhir, program mentoring juga terus akan dilakukan.

Selain itu, PT Frisian Flag Indonesia bakal membangun sebuah desa susu percontohan di Lembang, Bandung dengan total investasi 10 juta Euro (Rp 130 miliar). Program ini bukan sekedar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), namun mereka juga ingin mengurangi impor bahan baku susu dengan menggenjot produktivitas susu peternak lokal.

Marco Spits, Presiden Direktur Frisian Flag Indonesia (FFI) mengatakan, selama ini bahan susu untuk produk Frisian Flag masih diimpor dari Belanda. Sebab ketersediaan susu segar dalam negeri masih rendah, apalagi belakangan harga daging terus meningkat sehingga peternak memilih memotong sapi dibanding memerah susu.

Dia menjelaskan, program pengembangan peternakan rakyat adalah komitmen jangka panjang Frisian Flag untuk memfasilitasi  transfer of knowledge  - alih pengetahuan kepada para peternak sapi lokal untuk bisa mendapatkan informasi yang lebih baik lagi dan mampu mendorong para peternak sapi perah lokal untuk meningkatkan kapasitas produksi susu sapi, “Diharapkan, nantinya mampu meningkatkan produksi susu dalam negeri dan mampu memenuhi kebutuhan industri susu Indonesia,” katanya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…