BRI Targetkan Penyaluran KUR Rp19 triliun - Akhir Tahun Ini

NERACA

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp19 triliun, atau lebih dari 50% target total KUR Nasional, yakni sebesar Rp36 triliun. Realisasi KUR BRI per Oktober 2013 sendiri mencapai Rp82,2 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 8,9 juta orang.

"Meskipun ekspansi KUR cukup massif, BRI tetap memberi perhatian pada peningkatan kualitas debitur. Agar para pelaku usaha mikro tersebut, segera naik kelas ke kredit komersil," kata Sekretaris Perusahaan BRI, Muhamad Ali, di Jakarta, Kamis (21/11). Dia mengatakan, jumlah debitur KUR BRI yang bermigrasi ke kredit komersil BRI sampai 30 Oktober 2013 mencapai lebih dari 823 ribu dengan kredit mencapai lebih dari Rp12,8 triliun.

"Mantabnya pola pembinaan dan pendampingan pelaku usaha KUR, terlihat dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan atau NPL) kami yang hanya sebesar 2,22%," uajr Ali. Dia juga menambahkan, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) mumpuni yang ditugaskan menangani KUR oleh perusahaan, juga menjadi kunci pihaknya dalam penyaluran KUR.

"Saat ini ada sekitar 18 ribu tenaga profesional yang secara langsung terlibat menyukseskan ekspansi KUR ini. Pegawai tersebut dialokasikan ke berbagai posisi, yakni kepala BRI unit, bagian administrasi, mantri KUR dan asisten mantri KUR," jelas dia.

Selain SDM, lanjut dia, ekspansi jaringan mikro BRI juga salah satu faktor yang menentukan dalam penyaluran KUR BRI. Per Oktober 2013, jaringan mikro BRI telah berjumlah 7.646 unit. Di mana terdiri dari 2.159 Teras BRI, 407 Teras BRI Mobile, dan 5.080 Kantor BRI Unit.

“BRI juga menyalurkan KUR di sektor mikro yang masing-masing outstandingnya sebesar Rp16,41 triliun dan Rp65,83 triliun, debiturnya lebih dari 96.000 UMK dan lebih dari 8,8 juta UMK, dengan rata-rata kredit Rp170 juta per debitur dan Rp7,48 juta per debitur,” tambah Ali.

Sementara itu, Direktur Utama BRI Sofyan Basyir memperkirakan pertumbuhan kredit dapat tumbuh 16%-18% pada 2014. Target kredit ini, tidak jauh berbeda dengan yang ditetapkan Bank Sentral. Target tersebut disesuaikan dengan target pertumbuhan kredit yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 14%-17% pada 2014. "Sesuai dengan (target) BI, yaitu 16%-17%," imbuh dia.

Kemudian dia mengatakan, BRI masih akan fokus melakukan pembiayaan pada sektor pertanian dan belum berencana menyasar sektor baru."Tahun depan pertanian, kita tetap akan di situ. Agribisnis baik di korporasi, BUMN, ritel, mikro tetap orientasi kita pertanian," tutur Sofyan.

Sedangkan untuk pencapaian target kredit hingga akhir 2013, Sofyan berharap target tersebut dapat tercapai meski kredit di sektor korporasi sudah mulai ditahan. Lebih lanjut, dia menambahkan proyeksi laba BRI tahun depan diperkirakan akan tumbuh 15-16%.

"Mudah-mudahan tercapai. Memang kita lebih sedikit di mikro. Kalau mikro kan tidak bisa berhenti tapi kalau korporasi sudah mulai kita tahan," kata dia.

Sedangkan mengenai target kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Direktur Bisnis UMKM BRI, Djarot Kusumayakti mengatakan pihaknya menargetkan kredit UMKM tahun depan bisa tumbuh di atas ketentuan BI sebesar 21%. Tahun ini target kredit UMKM antara 23%-25%.“Target kredit UMKM bisa di atas ketentuan BI, yakni tumbuh 21%,” kata dia.

Djarot mengakui bahwa pihaknya juga akan memenuhi saran BI yang meminta perbankan mengerem laju kredit tahun depan.“Tapi, khusus untuk UMKM akan kami salurkan di atas saran BI,” imbuh dia.

UMKM seperti warung makan, bengkel, pertanian, tidak bisa diminta menurunkan kinerja usahanya. Kalau usaha besar diminta stagnan masih bisa,” lanjut Djarot.

Sementara itu, terkait resiko non performing loan (NPL) untuk sektor UMKM, Djarot menilai masih lebih baik dibanding semester sebelumnya. Namun, saat ditanyakan berapa besaran NPL hingga kuartal ketiga ini, ia belum bisa mengungkapkan dengan detil.“Saya tidak ingat per sektor. Tapi, yang pasti masih tidak lebih buruk dari semester yang lalu. Artinya lebih baik,” ungkap dia. [mohar]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…