Laju IHSG Terganjal Spekulasi The Fed

NERACA

Jakarta - Laju nilai tukar rupiah yang masih dalam tren menurun dan masih beredarnya spekulasi tappering off The Fed berimbas negatif pada laju IHSG yang tidak mampu bertahan di zona hijau.

Menurut Kepala riset trust Securities Reza Priyambada, walaupun indeks BEI akhir pekan sempat menghijau mengikuti bursa saham Asia, ternyata belum pulihnya laju nilai Rupiah dan masih defisitnya neraca pembayaran BI serta masih adanya nett sell asing memberatkan IHSG untuk melanjutkan kenaikan.

Dia merangkum kondisi pasar modal sepanjang pekan kemarin, asing semakin besar melakukan nett sell hingga Rp2,22 triliun atau lebih besar dari pekan sebelumnya senilai Rp1,15 triliun. Saat itu, pelaku pasar bersikap wait & see jelang RDG BI untuk mengetahui bagaimana pandangan BI terhadap perekonomi Indonesia ke depannya dan apakah ada perubahan suku bunga acuan, BI rate.“Antisipasi pelaku pasar terhadap rilis BI rate telah membawa saham-saham perbankan melemah dan menyeret saham-saham di sektor lainnya”, ujarnya di Jakarta, kemarin.

Laju IHSG yang awalnya hanya melemah tipis dan mencoba untuk rebound, berubah menjadi pelemahan setelah dipersuram oleh hasil RDG BI yang menaikkan BI rate dari level 7,25% menjadi 7,5%.

Dia menyebutkan kenaikan BI Rate ini dipersepsikan bahwa kondisi makroekonomi Indonesia belum akan membaik dan terutama timbul juga penilaian bahwa masih akan tingginya inflasi hingga akhir tahun.“Pelaku pasar pun ramai-ramai melakukan aksi jual sehingga IHSG terhempas dari target supportnya di level 4400an. Di sisi lain, masih positifnya laju bursa saham Asia, Eropa, dan AS menjadi tidak terlalu diperhatikan”, jelas dia.

Selain itu, dia menilai, pelaku pasar juga memanfaatkan pelemahan yang terjadi sebelumnya untuk kembali masuk pasar namun, kenaikan ini tidak bertahan lama dimana akhir pekan kemarin IHSG kembali lunglai. IHSG selama sepekan mengalami penurunan tajam -141,27 poin (-3,216%) atau jauh di bawah pekan kemarin yang naik tipis +44,13 poin (1%).

Di sisi lain, laju indeks sektoral mayoritas juga bergerak melemah dimulai dari indeks properti, aneka industri, industri dasar, dan lainnya dengan penurunan masing-masing -6,78%; -5,11%; dan -4,73%. Sementara kenaikan hanya dialami indeks perkebunan yang naik +1,77%.

Diperkirakan pekan depan, IHSG akan berada pada rentang Support 4268-4300 dan Resisten 4430-4496. IHSG sempat berada di bawah target support (4387-4455) dan mengakhirinya di kisaran target tersebut sehingga memberi gambaran masih adanya potensi aksi jual yang melemahkan IHSG.

Diharapkan pelemahan dapat terbatas sehingga tidak memperpanjang tren pelemahan yang terjadi. Cermati sektor konsumer, pertambangan, properti, & perdagangan. Selain itu, dia menyebutkan pada pekan depan, beberapa data ekonomi yang akan menjadi perhatian sentimen akan ditunggu pelaku pasar. (nurul)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…