Menjawab Tantangan dan Peluang - Revitalisasi Energi Biodesel Hingga Titik Nadir

NERACA

Jakarta – Memasuki persaingan ketat masyarakat ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 nanti, siap tidak siap pelaku usaha dituntut untuk siap agar tidak tergilas dengan persaingan. Oleh karena itu, tuntutan industri nasional akan efisiensi dan inovasi dalam meningkatkan daya saing menjadi hal yang harus diperhatikan agar bisa menjadi juara di MEA nanti dan menjadi tuan di rumah sendiri. Tentunya, dibalik kesuksesan industri nasional menghadapi MEA adalah pasokan dan kebutuhan energi yang lancar. Hal ini penting, agar kapasitas produksi bisa terus ditingkatkan dan tidak lagi tersendat dengan berbagai alasan klasik. Terlebih, pertumbuhan konsumsi energi Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM disebutkan, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7% per tahun. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6% per tahun. Begitu besarnya tingkat konsumsi energi di Indonesia seiring dengan positifnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia menimbulkan masalah dan ketimpangan, yaitu terjadinya penguran sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara yang lebih cepat, jika dibandingkan dengan penemuan cadangan baru. Itu artinya, ancaman krisis energi ada di depan mata.

Kini Indonesia sudah menjadi negara importir minyak lantaran tingginya tingkat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) tiap tahun dan tidak sebanding dengan produksi minyak dalam negeri yang terus menurun. Asal tahu saja, penduduk Indonesia tiap tahunnya tumbuh 1%, ekonomi tumbuh 6,2%-6,3% dan dampaknya tingkat konsumsi BBM orang Indonesia juga terus meningkat hingga mencapai 1,4 juta kiloliter per hari. Maka mencukupi konsumsi kebutuhan BBM tersebut, Indonesia harus impor BBM per harinya mencapai 700.000-800.000 barel per hari.

Tentunya terus menerus impor minyak juga bukan cara yang tepat karena akan membebani anggaran pemerintah makin berat. Tercatat neraca transaksi perdagangan Indonesia masih mengalami defisit US$ 657,2 juta akibat neraca migas yang defisit hingga September 2013. Maka agar tidak terjebak pada kondisi buruk lagi, ketergantungan pada BBM dan batu bara harus disudahi. Saat ini wacana pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi keharusan agar kedaulatan energi untuk menopang pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik lagi.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengungkapkan, tidak ada cara lain untuk dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, selain dengan memanfaatkan energi baru terbarukan serta upaya melakukan konservasi energi. Diversifikasi energi yaitu penganekaragaman pemakaian energi dengan meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti tenaga surya, biomassa, angin, energi air, dan panas bumi.

Menurutnya, potensi energi baru terbarukan di Indonesia bisa mencukupi kebutuhan energi Indonesia hingga 100 tahun mendatang, karena memiliki potensi setara dengan 160 gigawatt (GW). Salah satu diversifikasi energi yang kembali digalakkan pemerintah adalah menggunakan biofuel yang dinilai lebih ramah lingkungan. Biofuel adalah cairan yang berasal dari biomassa, terutama dari bahan nabati. Bentuk biofuel yang paling populer adalah biodiesel dan bioetanol.

Kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurti, tahun depan akan ada setidaknya 6,5 juta ton konversi energi dengan menggunakan biofuel yang saat ini sudah ada pembahasan dengan investor. "Yang menggembirakan ada pembahasan kontrak pembelian dari sawit sekitar 6,5 juta ton yang akan dibeli dari produsen biofuel maupun CPO kita tahun 2014," ujar Bayu.

Kemandirian Energi

Hingga kurun waktu 10 bulan terakhir pada 2013 ini, penggunaan biofuel sebagai sumber energi masih belum memenuhi target pemerintah. Saat ini penggunaan biofuel hanya 2/3 dari target pemerintah. Meskipun pengembangan energi baru terbarukan melalui bahan nabati mendapatkan nilai skeptis, PT Pertamina tetap optimis mampu mengembangkan dan memproduksi masal energi bahan bakar nabati. Bahkan Pertamina tengah mempersiapkan infrastruktur untuk melaksanakan pengembangan bahan bakar nabati. Belum lama ini, PT Pertamina (persero) resmi membuka tender pengadaan fatty acid methyl ester (FAME) sebanyak 6,6 juta kiloliter (kl) sebagai bahan campuran solar, “Pertamina diminta mempersiapkan infrastruktur baik di Jawa, Kalimantan dan Sumatera," ujar Direktur Utama PT. Pertaminan (Persero) Karen Agustiawan.

Menurut Karen, konsumsi solar di masyarkat setahun ini mencapai 35 juta kiloliter. Komitmen pemerintah mengurangi konsumsi sebesar 10%. Artinya 3,5 juta kiloliter adalah hasil penghematan yang akan diusahakan Pertamina. Karen menyebutkan penghematan dari pengggunaan BBM sangat besar karena impor minyak dan gas berkurang.

Jika di negara maju seperti Eropa dan Amerika Latin pemanfaatan biodiesel untuk kendaraan bermotor sudah banyak dilakukan, seperti penggunaan biofuel seperti B10 (biodiesel 10% - 90% solar), B20 sudah digunakan oleh kendaraan bermotor diesel di Eropa bahkan untuk kendaraan yang telah memenuhi standar Euro 4. Maka ini menjadi peluang bagi Indonesia sebagai negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar untuk memanfaatkan potensi yang ada dan bukan sebaliknya lengah dengan potensi yang ada di curi negara lain melalui agresif mengekspor CPO.

Tentunya, pengembangan energi biodiesel sebagai energi baru terbarukan yang berkelanjutan perlu political will dari pemerintah sebagai policy maker dan bukan sekedar konsep belaka. Apalah artinya, sebuah konsep dan riset, jika political will pemerintah belum seirama. Dengan dilandasi semangat untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup pada masa mendatang, juga perlu keseriusan dari semua unsur untuk menetapkan serta menjalankan secara serius kebijakan yang perlu ditempuh dalam mengembangkan energi alternatif dengan kebijakan pro rakyat. Diharapkan, berbagai rintangan terhadap pengembangan bahan bakar alternatif seperti biodiesel sebagai pengganti BBM dapat direalisasikan dan berjalan mulus, sehingga Indonesia mandiri dalam ketahanan energi. (bani)

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…