Jenuh Jual, IHSG Mulai Bergerak Konsolidasi

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 78,749 poin (1,80%) ke level 4.301,891. Sementara Indeks LQ45 anjlok 16,357 poin (2,24%) ke level 714,798. Derasnya aksi jual investor, memicu indeks BEI sejak awal perdagangan hingga menutup perdagangan berada di zona merah seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah.

Analis HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 7,5% yang belum cukup berhasil meredam pelemahan rupiah memberikan alasan untuk pelaku pasar melakukan aksi jual saham, “Kondisi itu mendorong IHSG BEI kembali tertekan," kata dia di Jakarta, Rabu (13/11).

Kendati demikian, dia menambahkan, secara teknikal saham-saham di BEI sudah mulai mendekati posisi jenuh jual (oversold) sehingga bila ada koreksi lebih lanjut pelaku pasar dapat mengambil kesempatan itu untuk mengakumulasi saham dalam jangka pendek.

Berikutnya, indeks BEI Kamis diproyeksikan akan bergerak konsolidasi dengan kencederungan menguat. Dirinya merekomendasikan beberapa saham yang dapat diperhatikan pada perdagangan Kamis (14/11) diantaranya, Indofood Sukses Makmur (INDF), Gudang Garam (GGRM), Energi Mega Persada (ENRG), Astra International (ASII).

Pada perdagangan kemarin, seluruh indeks sektoral di lantai bursa pun melemah, tak satu pun mampu menguat. Koreksinya cukup dalam, rata-rata lebih dari satu persen bahkan ada yang sampai tiga persen.Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 157.286 kali pada volume 4,889 miliar lembar saham senilai Rp 5,453 triliun. Sebanyak 41 saham naik, sisanya 233 saham turun, dan 73 saham stagnan.

Bursa-bursa regional berakhir di zona merah dengan poin yang terpangkas cukup dalam. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 400 ke Rp 37.400, Astra Agro (AALI) naik Rp 300 ke Rp 21.200, Surya Toto (TOTO) naik Rp 200 ke Rp 7.600, dan Toba Pulp (INRU) naik Rp 200 ke Rp 1.350.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 1.700 ke Rp 66.000, Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 550 ke Rp 12.900, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 500 ke Rp 31.500, dan United Tractor (UNTR) turun Rp 450 ke Rp 18.800.

Perdagangan sesi I, indeks BEI ditutup anjlok 85,534 poin (1,95%) ke level 4.295,106. Sementara Indeks LQ45 terjun 15,728 poin (2,15%) ke level 715,427. Saham-saham unggulan jadi sasaran aksi jual sehingga terpangkas sangat dalam. Saham-saham berkapitalisasi besar seperti di sektor komoditas dan finansial memimpin pelemahan.

Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 94.991 kali pada volume 2,293 miliar lembar saham senilai Rp 2,823 triliun. Sebanyak 22 saham naik, sisanya 234 saham turun, dan 54 saham stagnan. Bursa-bursa di Asia masih betah bergerak di zona merah hingga sesi pertama. Sentimen jatuhnya Wall Street membuat pelaku pasar regional semakin berhati-hati dalam bertransaksi. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Astra Agro (AALI) naik Rp 200 ke Rp 21.100, Multi Prima (LPIN) naik Rp 150 ke Rp 4.550, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 100 ke Rp 37.100, dan Surya Citra (SCMA) naik Rp 50 ke Rp 2.700.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 1.700 ke Rp 66.000, Bukit Asam (PTBA) turun Rp 600 ke Rp 11.650, Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 500 ke Rp 12.950, dan Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 500 ke Rp 31.500.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka melemah 22,15 poin atau 0,51% menjadi 4.358,49 poin seiring dengan bursa di kawasan Asia. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 5,66 poin (0,77%) ke level 725,49. Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, indeks BEI kembali melanjutkan pelemahan seiring dengan bursa saham di kawasan Asia, “Bursa saham regional yang cenderung tertekan mendorong indeks BEI kembali tertekan. Apalagi, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang menaikan suku bunga acuan (BI rate) diluar ekspektasi pasar,”ujarnya.

Menurut dia, indeks BEI akan cenderung terus tertekan menyusul sentimen negatif dari dalam negeri cukup mendominasi. Aksi jual masih akan berlanjut dan akan berpengaruh pada IHSG. Sementara analis PT Anugerah Securindo Indah, Bertoni Rio menambahkan, naiknya BI rate menjadi 7,5% masih membebani pergerakan indeks BEI, “Kenaikan BI rate berpotensi membebani pertumbuhan kinerja emiten seperti di sektor perbankan, properti, aneka industri, dan perdagangan," tambahnya.

Selain itu, lanjut dia, mata uang rupiah yang cenderung terdepresiasi terhadap dolar AS juga menjadi salah satu faktor IHSG BEI melemah. Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng dibuka melemah 306,17 poin (1,34%) ke level 22.595,24, indeks Nikkei-225 turun 63,89 poin (0,42%) ke level 14.526,79, dan Straits Times melemah 5,29 poin (0,17%) ke posisi 3.174,85. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…