Gagal Bayar Rp218 miliar - Rating Bakrie Telcom Tidak Lagi Menarik

NERACA

Jakarta – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) gagal bayar kupon obligasi (bunga surat utang) senilai Rp218 miliar dari obligasi perseroan senilai Rp3,8 triliun yang jatuh tempo Mei 2015. Padahal, operator Esia ini harus membayar kewajibannya pada 7 November lalu. Sehingga, dengan gagal membayarkan bunga obligasinya ini, peringkat obligasi perseroan pun turun. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menurunkan peringkat obligasi anak usaha Grup Bakrie itu dari C menjadi CC, seperti dikutip dalam siaran pers akhir pekan kemarin.

Disebutkan, turunnya peringkat ini juga terjadi pada peringkat utang Bakrie Telecom untuk jangka panjang dalam bentuk rupiah dan dolar. Meski demikian, Fitch masih mempercayai perseroan akan mampu melakukan restrukturisasi utangnya dengan mencari sumber pendanaan yang likuid pada masa tenggat setelah jatuh tempo (grace period).

Dalam keterangan pihak Fitch Ratings disebutkan bahwa jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terjadi gagal bayar. Kecuali ada jalan lain yang menunjukkan bahwa sebagian besar kreditur berpartisipasi untuk melakukan restrukturisasi. Sementara itu, hingga kuartal ketiga 2013 perseroan mencatatkan kerugian mencapai Rp1,52 triliun atau turun hingga 53% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp988,3 miliar. Perseroan hanya berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,596 triliun pada periode ini atau turun 10% dibandingkan posisi sama tahun lalu Rp1,779 triliun.

Meski demikian, Bakrie Telecom berhasil menekan beban usaha hingga periode September 2013, sehingga berhasil mendapatkan laba usaha sebesar Rp100,7 miliar dibandingkan rugi usaha periode sama tahun lalu sebesar Rp329,55 miliar.

Pemicu naiknya kerugian selain turunnya pendapatan dari operator pengusung teknologi CDMA ini, karena beban keuangan yang mencapai Rp534,879 miliar dan rugi kurs sebesar Rp1,298 triliun. Perseroan pada tahun ini memang tengah fokus dengan rencana program revitalisasi perusahaan. Hal tersebut merupakan usaha perseroan untuk membayar utang sebesar US$380 juta yang akan jatuh tempo di 2015.

Sebelumnya, Komisaris Utama perseroan Anindya Novyan Bakrie mengatakan, pihaknya optimistis dapat membayar utang tersebut. Menurutnya, program restrukturisasi yang dilakukan perseroan dapat memperbaiki kinerja dan bisnis perseroan di masa depan. Dia menjelaskan, tahun ini perseroan sudah melunasi utang obligasi Rupiah senilai Rp650 miliar dan bunga dari utang denominasi dolar AS sebesar US$22 juta untuk enam bulan pertama di tahun ini.

Sebagai informasi, utang dalam denominasi dolar AS adalah utang Guaranteed Senior Notes yang diterbitkan entitas anak BTEL, Bakrie Telecom Pte Ltd sebesar US$250 juta yang memiliki bunga 11,5% per tahun dan jatuh tempo pada 7 Mei 2015. Selain itu utang Wesel Senior sebesar US$ 130 juta yang diterbitkan oleh enitas anak yang sama pada 27 Januari 2011. (nurul)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…