Program Farmer2Farmer Frisian Flag - Solusi Tepat Peningkatan Pengetahuan Peternak Sapi Perah Nasional

NERACA

 

Jakarta – Problematika produktivitas susu sapi nasional sangat beragam, salah satunya adalah karena minimnya pemahaman para peternak sapi perah dalam beternak. Sehingga produksi susu yang menurun, kualitas yang rendah. Oleh karenanya perlu ada solusi tepat untuk menangani permasalahan itu tersebut. Maka dari itu, Frisian Flag Indonesia bersama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) menggagas program Farmer2Farmer 2013.

“Dari tinjauan tim Frisian Flag pada saat melakukan kunjungan langsung kepeternak sapi perah banyak ditemui para peternak yang kurang memenuhi standar dalam beternak sapi perah. Untuk itu kami bekerjsama dengan Kementan membuat program Farmer2Farmer ini.” kata Akhmad Sawaldi, DP & Project FDOV Management, saat penutupan Program Farmer2Farmer di Gedung Kementerian, Jakarta, Kamis (7/11).

Program Farmer 2 Farmer ini merupakan program sharing ilmu pengetahuan antara peternak sapi perah Belanda dengan para peternak Indonesia. Disini nantinya peternak lokal dapat banyak belajar dari peternak Belanda bagaimana beternak sapi lebih baik. Sehingga produksi susu sapi dapat lebih meningkat, dan secara kualitas bisa lebih baik. “Dan kami datangkan 4 peternak sapi dari Belanda, yang akan berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang beternak sapi perah kepada peternak lokal,” ujarnya.

Sejauh ini kendala terbesar dari peternak sapi lokal adalah karena minimnya pemahaman beternak sapi yang sebenarnya. Banyak peternak yang tidak memperhatikan secara detail, seperti bagaimana memerah sapi yang baik dan benar, pakan kurang bagus, sampai dengan kebersihan bahkan sampai desain kandang agar sapi merasa nyaman. Sedangkan para peternak dari Belanda sangat profesional, mereka sangat detail dalam beternak. “Inilah pentingnya dari program ini, peternak lokal dapat belajar banyak dari para peternak Belanda,” tegasnya.

Memang diakui oleh Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, masalah untuk peternak sapi perah sangat beragam, seperti rendahnya wawasan para peternak lokal dalam beternak sapi perah, belum lagi masalah jumlah populasi sapi perah di Indonesia yang juga tidak terlalu banyak bahkan terus menurun.

“Masalahnya kompleks, seperti minimnya pengetahuan yang dimiliki para peternak sapi perah lokal tentang bagaimana cara berternak dengan baik, pakan yang kurang bagus, sehingga gizinya kurang terpenuhi mengakibatkan produksi susunya rendah,” kata Syukur saat memberikan sambutan penutupan program Farmer2Farmer.

Maka dari itu, dalam kesempatan ini adanya acara program Farmer2Farmer yang digagas oleh Frisian Flag dengan mendatangkan para peternak langsung dari Belanda ini sangat membantu memberikan pengetahuan kepada para peternak lokal agar dapat beternak dengan lebih baik lagi.“Adanya program ini merupakan kesempatan yang bagus buat para peternak lokal untuk bisa menimba ilmu dengan para peternak Belanda. Harapannya dengan belajar yang tadinya beternaknya sudah bagus jadi lebih bagus lagi,” jelasnya.

Dengan adanya moment program pembelajaran seperti ini kedepan peternak nasional bisa dapat lebih maju lagi. Dan bukan hanya peternak Belanda yang datang ke Indonesia, bisa saja nanti peternak Indonesia lebih mendalami lagi belajar datang langsung ke Belanda. “Mudah-mudah dari program ini bisa berjalan berkelanjutan tidak hanya sampai disini saja,” ujarnya.

Karena memang melihat pertumbuhannya konsumsi akan susu sapi nasional setiap tahun meningkat, ini karena tingkat pendapatan masyarakat menengah yang lebih banyak. Dan tahun-tahun mendatang konsumsinya akan terus bertambah. Namun demikian kebutuhan susu di dalam negeri sampai dengan saat ini hanya mampu memproduksi sekitar 20% dari kebutuhan konsumsi masyarakat, dan 80% dipasok oleh impor. Penyebabnya karena produktivitas susu para peternak sapi perah lokal sangat rendah. “Harapannya dengan pembelajaran ini mampu mendorong produksi susu nasional, minimal dalam jangka pendek bisa memproduksi lebih banyak lagi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri,” tukasnya.

Pernyataan tersebut diamini Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi. Ia mengatakan, program ini sejalan dengan tujuan pemerintah dalam upaya swasembada susu nasional. merupakan sebuah peluang bagi seluruh peternak sapi perah di Indonesia untuk bisa mengisi 70% kebutuhan susu segar nasional, yang selama ini masih dicukupi melalui impor. “Ini adalah kesempatan bagi para peternak lokal untuk dapat belajar, agar target swasembada susu tahun 2020 dapat tercapai,” katanya.

Dari data yang ada 95% produksi susu nasional berasal dari Pulau Jawa, dan sebagai peerbandingan sapi di Indonesia dan Belanda, untuk satu sapinya hanya 12 liter per-hari, sedangkan sapi dari Belanda bisa menghasilkan 30 liter susu per-hari. Disamping itu masa produktivitas sapi Indonesia hanya bertahan 10 tahun saja, sedangkan sapi Belanda bisa 25 sampai 30 tahun. Dan Diketahui bahwa populasi sapi perah nasional sebanyak 597.213 ekor dengan rata-rata produksi 11,51 liter/ekor/hari dengan produksi susu dalam negeri baru mencapai 775,78 ton. Sementara kebutuhan dalam negeri sebanyak 3.946,46 ton.

Sedangkan tempat yang telah mendapatkan kunjungan terbagi atas area peternakan sapi perah yang akan dikunjungi selama tahun 2013 antara lain : Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat, Jampang Farm, Jawa Barat, Sumber Alam Jaya, Pondok Ranggon Jakarta Timur, Purwokerto, Jawa Tengah, Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS), Pangalengan, Jawa Barat. Dan diikuti oleh 350 peternak sapi perah.

Potensi Besar

Melihat kondisi Sumber Daya Alam (SDA) Indoneisa, dengan luas tanah yang ada, dan kesuburan tanah yang dimiliki negara ini potensinya sangat besar untuk beternak sapi perah. Dan jika dioptimalisasikan lebih baik, produksinya sangat jauh lebih baik dari sekarang. “Dari pandangan saya Indonesia punya potensi besar untuk dapat dikembangkan lebih besar lagi peternakan sapi perahnya,” kata Gerben Smeenk, peternak dari Belanda.

Sedangkan menurut, Berend Jan Stoe, peternak dari belanda yang berusia 60 tahun ini menilai bahwa peternak sapi perah Indonesia kurang memiliki pengetahuan tentang cara beternak sapi yang baik dan benar, sehingga produktivitas susu yang dihasilkan sapi masih rendah. “Beternak sapi perah tidak sulit asal mau belajar dan bertanya dengan orang yang lebih tahu dan berpengalaman,” katanya.

Ucapan senada juga disampaikan peternak sapi perah asal Belanda, Brord Sloot. Menurutnya, peternak sapi perah Indonesia masih menggunakan cara-cara tradisional. Tapi demikian, Indonesia punya potensi untuk lebih dikembangkan lagi peternakan sapi perahnya asal mau belajar. “Potensi negaranya ada, tinggal SDM nya mau belajar pasti bisa lebih maju lagi peternakan sapi perahnya dan yang pasti produksi sapi meningkat, dan kualitasnya lebih baik lagi,” jelasnya.

Sedangkan buat para Peternak lokal, seperti Barjat Sudrajat peternak sapi perah asal Lembang, Bandung, Jawa Barat, mengatakan, program ini sangat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan tentang beternak sapi perah, sehingga tahu bagaimana yang sebenarnya baik untuk meningkatkan produksi susu dan juga bagimana juga memperhatikan gizi dan kesehatan sapi. “Ini kesempatan emas bagi kami para peternak dapat belajar dengan para peternak Belanda,” tuturnya dengan polos.

BERITA TERKAIT

Di Tengah Penurunan Iklim Usaha, Industri Pengolahan Masih Ekspansif

NERACA Jakarta - Konflik yang masih terus berlangsung di Timur Tengah, yaitu antara Iran-Israel, Israel-Palestina, maupun yang tengah terjadi di…

Standar Industri Hijau Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan

NERACA Surabaya – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur yang menerapkan prinsip berkelanjutan. Salah satu…

HIP BBN Bioetanol Mei 2024 Dipatok Rp14.528 /Liter

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE)…

BERITA LAINNYA DI Industri

Di Tengah Penurunan Iklim Usaha, Industri Pengolahan Masih Ekspansif

NERACA Jakarta - Konflik yang masih terus berlangsung di Timur Tengah, yaitu antara Iran-Israel, Israel-Palestina, maupun yang tengah terjadi di…

Standar Industri Hijau Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan

NERACA Surabaya – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur yang menerapkan prinsip berkelanjutan. Salah satu…

HIP BBN Bioetanol Mei 2024 Dipatok Rp14.528 /Liter

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE)…