Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Oleh: Kencana Sari, SKM., MPH

Peneliti di Balitbangkes, Kemenkes RI

Kasus hubungan di luar nikah yang dilakukan pelajar sekolah menengah pertama di Jakarta dan direkam dengan telepon selular, kini menjadi perhatian. Kasus ini pun membuka mata bahwa hubungan seksual yang dilakukan pada usia dini, sepertinya bukanlah hal yang aneh lagi.

Begitulah yang tampak dalam laporan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Dari survei itu sidapat temuan bahwa 16% wanita umur 18-24 tahun dan 12% pria kawin umur 18-24 tahun melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun. Proporsi wanita umur 15-24 tahun yang telah berhubungan seksual sebelum umur 15 tahun adalah diantara mereka yang tinggal di pedesaan dan berpendidikan rendah atau tidak sekolah.

Hal ini akan memperburuk rapor angka kematian ibu. Pasalnya kehamilan remaja berkontribusi terhadap kematian ibu, kematian anak dan awal terjerumusnya ke dalam lingkaran kemiskinan dan kesakitan selain dari meningkatkan laju pertumbuhan penduduk. Di negara-negara miskin dan berkembang, komplikasi kehamilan merupakan penyebab utama kematian pada wanita muda usia 15-19 tahun.

Selain itu, kehamilan di usia remaja juga berdampak buruk terhadap kesehatan bayi yang dikandung. Kematian  perinatal mencapai 50% lebih tinggi pada kelahiran remaja 15-19 tahun dibandingkan pada perempuan usia 20-19 tahun. Juga, bayi yang dilahirkan dari ibu yang masih remaja cenderung menderita berat lahir rendah, kurang dari 2500 gram, yang berisiko terhadap pertumbuhan dan perkembangan masa selanjutnya.

Jika dilihat dari seluruh kelahiran di dunia, kelahiran oleh remaja mencapai 11% dan 95%nya berasal dari negara berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2012, 4.1% wanita usia 16 tahun dan 24% wanita umur 19 tahun telah menjadi ibu atau sedang hamil anak pertama. Lagi-lagi proporsinya lebih banyak terjadi pada mereka yang tinggal di pedesaan dan berpendidikan rendah, kurang dari SD dan pada mereka yang status ekonomi menengah bawah.

Berbgai hal yang dapat menyebabkan kelahiran pada usia remaja, bisa karena mereka dipaksa untuk menikah dini, kerena mereka tidak mempunyai atau dinilai tidak perlu berpendidikan tinggi dan akan ‘berakhir’ di dapur. Remaja juga mungkin tidak bisa meolak paksaan atau hubungan sex yang tidak mereka inginkan. Beberapa diantaranya tidak megetahui bagaimana mencegah kehamilan, juga memiliki keterbatasan terhadap kondom dan alat kontrasepsi lain. 

Laporan SDKI 2012 juga menunjukkan bahwa pada remaja muda usia 15-19 tahun 42,2% remaja wanita dan 63.3% remaja pria  mengetahui sumber mendapatkan kondom. Sedangkan pada remaja lanjut usia 20-24 tahun 58% remaja wanita dan 62.9% remaja pria mengetahui sumber mendapatkan kondom.

Dari hasil tersebut dapat diketahui perlunya pendidikan kesehatan reprodujksi remaja yang lebih terarah pada mereka yang di pedesaan, menengah kebawah dan berpendidkan kurang dari SD. Bukan berarti mereka di luar golongan itu dilupakan untuk diberi pendidikan tentang kesehatan reproduksi.

Berbagai instansi, organisasi, dan lembaga swadaya masyarakat memainkan peran untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebagai pencegahan terhadap dampak buruknya. Sebagai contoh, BKKBN telah membuat situs yang bisa menampung kebutuhan remaja terhadap kesehatan reproduksi. Bahkan remaja bisa curhat dan konsultasi tentang permasalahan yang dialaminya.Perlu dipikirkan juga bagaimana mereka yang berada di desa, berpendidikan dan sosial ekonomi kurang bisa memperoleh informasi dan pelayanan yang sama.

Namun demikian, keberhasilannya juga sangat bergantung pada orang tua dan masyarakat yang juga harus mengetahui tentang kesehatan remaja dan bagaimana mengajarkan kepada mereka kesehatan reproduksi tepat pada waktunya. Kontrol sosial merupakan pembatasan terhadap sikap permisif individu. Bukan hal yang mudah memang ditengah banjirnya informasi dan akses terhadap media, ditambah dengan modernisasi masyarakat. Tetapi sebelum remaja kita terjerumus ke lingkaran kemiskinan dan kesakitan, haruslah kita juga membuat lingkaran proteksi terhadap kesehatan remaja dengan salah satunya memberi informasi yang benar dan diperlukan oleh remaja. Tidak hanya penyebabnya tetapi juga akibatnya.

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…