Pengusaha Menolak Rencana Penyesuaian Tarif Listrik di 2014 - TDL Bakal Naik Lagi, Daya Saing Makin Jeblok

NERACA

 

Jakarta – Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan memberi sinyak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun depan. Penyesuaian tersebut akan berlaku untuk pelanggan menengah ke atas, seperti golongan bisnis, pemerintah, dan sektor industri.

Menanggapi kenaikan TDL tersebut,para pengusaha di bawah Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kadin Indonesia sepakat menolak rencana kenaikan tarif listrik tahun 2014, apalagi dengan rencana pencabutan subsidi.

"Pengusaha Indonesia sudah jelas menolak dengan kenaikan tarif listrik, karena mahalnya  energi di industri berpengaruh sekali dengan daya saing produksi akan merosot," ungkap Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani saat dihubungi Neraca, Rabu (30/10).

Menurut rencana, kenaikan TDL 2014 akan dikenakan bagi kalangan industri golongan B2 dan B3. Kenaikan didasarkan atas harga minyak dunia yang melonjak dan depresiasi nilai tukar dolar.Selain usulan pemerintah, dikatakan Franky, pihak DPR juga mengusulkan kenaikan TDL untuk industri golongan E4 atau industri bahan baku dan golongan E3 atau perusahaan terbuka.

"Kalau saja subsidi dicabut naiknya bisa mencapai 42% artinya produk plastik dan lainnya juga akan naik. Industri golongan B2-B3 kenaikan listrik tahun 2012 sudah 20%. Pemerintah kita harapkan gunakan biodiesel untuk PLN. Kalau itu memang naik TDL, daya saing kita semakin berkurang," imbuhnya.

Ditanggung Pengusaha

Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Chris Kanter berpendapat beban listrik selama ini ditanggung oleh para pengusaha. Sedangkan untuk sektor rumah tangga kenaikan listrik tidak dikenakan padahal daya beli cukup kuat.

"Pelanggan di bawah 900 dan 450 tidak terjadi kenaikan. Ini nggak fair, mereka naiknya hanya Rp 4.800-5.000. Sementara buat beli pulsa Rp 100.000 mereka bisa beli. Tetapi semua beban listrik ditanggung kepada pengusaha hingga 18% atau bisa sampai 27%," kata Chris.

Di tempat berbeda,Pengamat ekonomi dari Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika, mengatakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) akan menyulitkan industri nasional karena akan memengaruhi daya saing."Kenaikan TDL akan berdampak kepada lemahnya daya beli masyarakat. Perusahaan tentu akan melakukan penyesuaian harga produk barang hasil industrinya karena biaya produksi yang membengkak," kata Ahmad Erani Yustika.

Menurut dia, jika daya beli masyarakat lemah, maka akan menekan produk dalam negeri."Ada kekhawatiran bahwa masyarakat akan memilih barang impor, kalau harga di pasaran lebih murah daripada produk lokal," kata dia.

Dia mengatakan pasar Indonesia masih menjadi pasar bebas bagi produk luar negeri. Daya saing dengan produk impor akan melemah."Kondisi tersebut tentu akan menguntungkan importir. Mereka tidak perlu pusing memikirkan produksi, tapi harga barangnya lebih laku dijual," ujar dia.

Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyatakan, pemerintah harus menyiapkan strategi terobosan agar Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15 %  tidak mengganggu konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi unsur penggerak perekonomian nasional.Selama ini, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena lebih banyak ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tinggi.

Karena itu, pemerintah harus menyiapkan strategi terobosan dengan menggunakan sumber energi alternatif agar tidak membebani subsidi pemerintah dan masyarakat akibat kenaikan harga.

Ia berpendapat penggunaan bahan bakar gas dinilai cenderung lebih efisien dibanding pilihan lainnya, yakni bahan bakar batu bara."Jika kenaikan TDL diskenariokan pada peningkatan infrastruktur seperti elektrifikasi nasional atau untuk konvensi ke gas, akan menimbulkan pasokan yang meningkat di kawasan luar Jawa seperti kawasan Indonesia Timur," ujar dia.

Ia mengatakan penyediaan listrik yang murah masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk semakin mendorong investasi.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…