Indonesia Turun Peringkat ke 120 - Praktek Korupsi Bikin Lesu Investasi

NERACA

Jakarta – Indonesia dinobatkan menjadi negara urutan ke 120 untuk tujuan bisnis. Padahal Filipina selaku negara sesama kawasan yang baru berkembang berada di peringkat 108. Untuk itu pemerintah di himbau untuk memperbaiki sistem pelayanan dan perizinan ke arah yang lebih baik.“Penilaian itu kan ditentukan oleh berbagai macam indikator terutama pelayanan dan perizinan. Jadi kalau Filipina bisa ada diperingkat yang lebih tinggi tentu ada kaitannya dengan kemudahan menjalankan bisnis di sana,” kata Staf Ahli Bidang Air dan Sanitasi Bank Dunia Irma Magdalena Setiono di Kantor Bank Dunia Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (30/10).

Menurutnya, kurang baiknya pelayanan dan perizinan untuk berbisnis di Indonesia sebagai akar dari permasalahan rendahnya penilaian untuk Indonesia sebagai negara yang bersahabat dalam berbisnis. Katanya proses administrasi yang berlangsung kerap dinilai tidak efisien. Sehingga para pebisnis kerap mengalami kendala dalam hal itu. “Proses administrasi masih kurang jelas bagi para investor. Seperti dilempar-lempar, banyaknya pintu yang harus dilalui, dan tidak dipungkiri ada juga oknum di dalamnya yang membuat biaya menjadi lebih mahal,” tutur Irma.

Irma juga mengatakan korupsi di lingkungan birokrasi juga mempengaruhi penilaian negatif dari para investor. Pasalnya korupsi memberi citra kenyamanan dalam hal berbisnis. “Tapi untuk alasan apapun praktik korupsi memang harus diperbaiki. Karena pasti juga ada pengaruhnya terhadap penilaian investor untuk berbisnis.”

Meski begitu Irma menilai Indonesia masih cukup layak untuk dijadikan tujuan investasi. Karena masih banyak sektor yang belum disentuh permodalan. Sehingga hal itu kerap dinilai sebagai peluang oleh para investor.“Ya para investor kadang bisa mengabaikan juga segala persoalan untuk berbisnis di sini. Karena hal itu bisa dilihat sebagai resiko dan tantangan bisnis. Karena apa yang dilihat investor kan sebetulnya lebih kea rah peluang,” tambah Irma.

Investasi Sanitasi

Lanjut, khusus mengenai peluang investasi Irma mengatakan salah satunya di sektor pengadaan sanitasi. Katanya permodalan untuk membangun sanitasi di Indonesia masih belum maksimal. Artinya bisa jadi para investor bisa diarahkan pada sektor itu untuk menanam modal.“Sekarang saja jumlah instaslasi sanitasi di Indonesia kurang lebih jumlahnya ada 135. Dan yang beroperasi hanya seiktar 10% saja. Itu kan sangat minim yang mengelola. Artinya ada peluang investasi di situ,” imbuh Irma.

Bahkan kata Irma, Indonesia juga sedang membangun sanitasi untuk mengejar Millenium Development Goals 2015. Katanya untuk saat ini akses air minum Indonesia masih mencapai 55%. Angka itu jauh lebih rendah dari Myanmar yang sudah mencapai 84% atau Tiongkok 92%.“Kalau tidak salah di tahun 2015 Indonesia harus memastikan ketersediaan akses sanitasi khusus air bersih bisa mencapai sekitar 60%. Nah, itu kan juga peluang.”jelas dia. (lulus)

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…