Ini 2 Jurus UMKM Hadapi AEC 2015

 

 

NERACA

Jakarta – Guna menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mempunyai strategi khusus, terutama yang berkaitan dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi. Hal tersebut seperti diungkapkan Wakil Ketua Kadin bidang UKM Erwin Aksa di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Setidaknya, Kadin mempunyai dua cara untuk meningkatkan kualitas UMKM Indonesia menghadapi AEC. Pertama, Kadin akan bekerjasama dengan Kementrian Koperasi dan UKM untuk mendirikan sebuah lembaga keuangan yang dikhususkan untuk pelayanan dan fasilitas para UMKM dan Koperasi di seluruh Indonesia.

“Dengan ini nantinya ada satu pintu atap yang akan mendorong pelayanan usaha, pendampingan, konsultasi yang diharapkan nantinya Kadin Daerah akan terlibat secara langsung dalam program tersebut. Saya kira pertumbuhan UKM ini semakin besar dan pengisaha mikro menjadi pengusaha kecil, yang mengah skilling up menjadi besar,” ujarnya.

Menurut dia, pada 2015 mendatang akan ada setidaknya 591 juta pasar yang akan menjadi peluang bagi para pengusaha di seluruh ASEAN. Dari total penduduk negara ASEAN sebanyak 80% merupakan penduduk di bawah 45 tahun. “Peluang ini tentu kita tangkap sebagai peluang usaha yang nanti bisa menjadi bagian dari bisnis dinikamti UKM, jangan sampai nanti kita menjadi penonton,” kata dia.

Sementara untuk langkah yang kedua, Kadin akan menjadikan sistem transaksi perdagangan UMKM dan Koperasi secara elektronik. “Disamping itu kadin UKM juga dalam hal pemasaran yang selama ini menjadi salah satu pengembangan UKM, akan mendorong pengembangan E-Commers. Ini merupakan tren kedepan yang akan mengglobal,” ujar Erwin.

Peluang e-comners menurut Erwin masih sangat besar. Dia mencontohkan di China. Berdasarkan data tahun 2012 menunjukkan total perdagangan e-commerce sebesar Rp 2.000 triliun dengan total perdagangan 58 juta pengusaha UMKM.

Sedangkan di Indonesia, perdagangan e-commerce baru mencapai Rp 3 triliun dengan total pengusaha UKM yang terlibat tidak lebih dari 100 ribu pengusaha. “Tahun 2015 e-commerce akan kita harapakan menjadi 1 juta dan transaksi menjadi Rp 10 triliun,” tutup Erwin.

Berdasar data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) tahun 2011, usaha mikro 98,82%, kecil 1,09%, menengah 0,08%, dan usaha besar hanya 0,01%. Sementara itu, sumbangan sektor tersebut ke produk domestik bruto (PDB): usaha mikro 29,74%, kecil 10,46%, menengah 14,53%, dan usaha besar mencapai 45,27%. Ini menunjukkan kinerja UMKM belum sesuai harapan.

Meski sektor UMKM mencapai 99,99%, sumbangannya terhadap perekonomian nasional baru 54,73%. Kondisi ini tak lepas dari daya saing nasional. World Economic Forum (WEF) menempatkan indeks daya saing global Indonesia di peringkat 50 pada 2012. Dibanding anggota Asean, Singapura peringkat 2, Malaysia (25), dan Brunei Darusalam (25). Salah satu penyebabnya adalah minim inovasi. World Intelectual Property Organization (WIPO) mencatat indeks inovasi global Indonesia di posisi 100 dari 141 negara, sebelumnya di posisi 99 dari 125 negara. Posisi ini di bawah Malaysia (32), Brunei (53), dan Thailand (57). 

Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih mengatakan partisipasi dan daya saing ekonomi sektor UMKM dalam perekonomian masih rendah, dan ini salah satunya terlihat dari minimnya UMKM yang dapat mengakses skim pembiayaan.

Menurutnya, masih banyak kebijakan yang belum berpihak kepada dunia usaha, sehingga daya saingnya berkurang, antara lain bunga bank yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.

“Selama ini diskon yang diberikan skim pembiayaan hanya dapat diakses oleh perusahaan berskala besar, prosedur yang diberikan untuk memanfaatkannya juga cenderung sulit, serta sosialisasinya terhadap UMKM belum masksimal,” tuturnya.

Menurutnya, sekarang ini pemerintah dan UMKM belum siap menghadapi AEC 2015 maupun AFTA 2015. “Dari sekitar 55 juta pelaku UMKM se-Indonesia, dan 15 juta di antaranya berada di Jateng, belum siap untuk menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 mendatang,” tuturnya.







BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…