NERACA
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan kondisi cadangan devisa masih dalam keadaan baik dan cukup sehat, merespon lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat (AS) Moody's Investor Service yang menilai Indonesia masih akan menghadapi tekanan eksternal walaupun perekonomian membaik.
Gubernur BI, Agus Martowardojo menanggapi lembaga pemeringkat asal AS Moody's Investor Service menyatakan bahwa Indonesia masih akan menghadapi tekanan dari eksternal walaupun perekonomiannya mulai membaik. Agus menilai kondisi cadangan devisa Indonesia masih dalam keadaan cukup sehat. “Saya melihat kondisi cadev kita masih dalam posisi yang tidak perlu dikhawatirkan,” ujar Agus di Jakarta, akhir pekan lalu.
Meskipun sepanjang tahun 2013 ini, terjadi penurunan cadev, Agus menilai hal tersebut terjadi akibat banyaknya aliran dana yang keluar atau capital outflow. Selain itu dia mengatakan karena adanya permintaan valas dalam jumlah yang besar dan mengakibatkan pengurangan jumlah cadev.“Memang ketika ada aliran dana masuk atau capital inflow yang besar sejak tiga hingga empat tahun terakhir, cadev kita juga terjadi peningkatan, tapi ketika capital outflow karena isu pengurangan stimulus moneter kemarin, cadev kita jadi agak turun,” imbuh Agus.
Baru-baru ini, cadev sudah mulai mengalami peningkatan sedikit demi sedikit, dia menilai peningkatan sekitar US$3 miliar, dari US$92 miliar menjadi US$95 miliar merupakan angin segar, karena jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan dari lima bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.
Menurut Agus, kedepannya BI, akan memperbaiki masalah cadev dan melakukan pengelolaan yang baik. “Kita akan menjaga, agar cadev Indonesia senantiasa selaras dengan negara-negara yang sejajar dengan kita,” katanya.
Sementara itu, terkait dengan penguatan rupiah terhadap US$ beberapa hari terakhir, Agus menilai, hal tersebut merupakan bersifat sementara. Menurut dia, masih ada kemungkinan pengurangan stimulus moneter oleh AS. “Pemerintah tetap perlu waspada, mengikuti perkembangan tersebut dengan baik dan BI juga berkomitmen untuk menggikuti dan siap merespon perkembangan yang terjadi,” jelas dia.
Menurut Agus, nilai tukar rupiah saat ini masih dalam kisaran diperkirakan dan BI tetap berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Melemahnya dolar AS terhadap mayoritas mata uang Asia masih akan membuat nilai tukar rupiah stabil walaupun tekanan permintaan impor menjelang akhir bulan biasanya membawa tendensi pelemahan jangka pendek.
Sentimen dari eksternal juga masih negatif untuk dolar AS sehingga mayoritas mata uang dunia mengalami penguatan, termasuk rupiah. Dolar AS diperkirakan juga masih akan mengalami pelemahan untuk jangka panjang dikarenakan kondisi ekonominya yang belum stabil paska berhentinya sebagian kegiatan pemerintahan di sana. (sylke)
NERACA Jakarta – Adapundi berusia 7 tahun, tak hanya menjadi penyedia layanan pinjaman daring aman, namun juga menegaskan…
NERACA Jakarta – PT PFI Mega Life Insurance secara resmi meluncurkan produk asuransi terbaru, Mega Proteksi Masa Depan (MAPAN),…
NERACA Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menyampaikan akan terus mencermati dampak eskalasi konflik antara Iran,…
NERACA Jakarta – Adapundi berusia 7 tahun, tak hanya menjadi penyedia layanan pinjaman daring aman, namun juga menegaskan…
NERACA Jakarta – PT PFI Mega Life Insurance secara resmi meluncurkan produk asuransi terbaru, Mega Proteksi Masa Depan (MAPAN),…
NERACA Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menyampaikan akan terus mencermati dampak eskalasi konflik antara Iran,…