Bergerak Tidak Wajar - BEI Suspensi Saham Rimo Catur Lestari

NERACA

Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham (suspensi) PT Rimo Catur Lestari Tbk (RIMO) untuk meredam kenaikan lagi setelah meningkatnya harga kumulatif yang signifikan. Informasi tersebut disampaikan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (22/10).

Kata Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Irvan Susandy, BEI perlu melakukan pengehentian sementara perdagangan saham RIMO dalam rangka cooling down pada perdagangan Selasa (22/10). Disebutkan, saham perseroan selama dua pekan mengalami peningkatan harga saham yang signifikan (Unusual Market Activity/UMA) sebesar Rp66 atau 97,06%. Pada 7 Oktober 2013 harga saham perseroan ditutup pada harga Rp68, namun pada 21 Oktober 2013 melonjak menjadi Rp134 per saham.

Suspensi saham tersebut dilakukan di pasar reguler dan tunai dengan tujuan memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham RIMO. BEI juga berharap agar para pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan.

Sebelumnya, BEI menyatakan tengah mengawasi saham perseroan karena telah mengalami peningkatan harga dan aktivitas saham yang melebihi periode sebelumnya. Selain itu, BEI juga masih menunggu jawaban konfirmasi dari perseroan.“Pihak bursa sudah melayangkan surat permintaan penjelasan kepada RIMO pada 9 Oktober 2013. Para investor diharapkan memperhatikan jawaban perusahaan tersebut atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perseroan, mengkaji kembali rencana corporate action perseroan yang apabila belum mendapatkan persetujuan RUPS”, jelasnya.

UMA adalah aktifitas perdagangan dan atau pergerakan harga suatu efek yang tidak biasa pada suatu kurun waktu tertentu di bursa yang menurut penilaian bursa dapat berpotensi mengganggu terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien. Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran di pasar modal.

Seperti halnya PT Equator Securities yang justru meminta kepada pihak BEI untuk menghentikan perdagangan sahamnya. Dalam pengumuman BEI belum lama ini, dijelaskan bahwa suspensi tersebut dilakukan atas permintaan perseroan dalam rangka proses pergantian pemegang saham baru.

Selain itu, juga karena tidak adanya aktivitas persagangan saham oleh perusahaan. Akibatnya, otoritas bursa melakukan suspensi mulai sesi I perdagangan Selasa (22/10). PT Equator Securities merupakan perusahaan penjamin emisi efek. Berdasarkan profil Anggota Bursa di situs resmi BEI, nilai modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) perusahaan mencapai Rp43,51 miliar. “Bursa Efek Indonesia melakukan suspensi berdasarkan permintaan terhadap PT Equator Securities sampai dengan pembertahuan lebih lanjut”, ujar Direktur BEI Uriep Prasetyo. (nurul)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…