Minim Sentimen Positif, Waspadai Profit Taking

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan Selasa sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup terkoreksi 65,435 poin (1,43%) ke level 4.512,743. Sementara Indeks LQ45 ditutup jatuh 15,323 poin (1,98%) ke level 758,427. Memasuki jenuh beli, investor asing langsung melakukan aksi ambil untung yang terjadi sejak awal perdagangan hingga akhir perdagangan. Alhasil, kondisi tersebut menjadi sentimen negatif dan memicu indeks BEI terkoreksi.

Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, aksi jual investor menjadi pemicu pelemahan indeks BEI, “Melemahnya mayoritas bursa saham global mendorong indeks BEI tertekan, apalagi investor asing juga masih cenderung mengambil posisi jual saham,”kata dia di Jakarta, Selasa (22/10).

Dalam data perdagangan saham di BEI, tercatat investor asing membukukan jual bersih saham sebesar Rp1,112 triliun. Pelaku pasar saham asing, kata Reza masih berada dalam posisi jual itu seiring dengan akan diumumkannya data-data ekonomi AS yang diekspektasikan bervariasi, “Ekspektasinya data AS akan menurun karena dampak dari penutupan kegiatan (shutdown) pemerintahan di AS," kata dia.

Berikutnya, indeks BEI Rabu diproyeksikan akan bergerak melemah lantaran aksi ambil untung pelaku pasar yang belum beranjak seiring telah memasuki area jenuh beli (overbought). Oleh karena itu, pelaku pasar tetap waspadai aksi profit taking ditengah minimnya sentimen positif domestik.

Pada perdagangan kemarin, hampir seluruh indeks sektoral di lantai bursa melemah, dengan rata-rata koreksi lebih dari satu persen. Saham-saham di sektor aneka industri terkena koreksi paling dalam. Indeks sektor agrikultur mampu menanjak ke zona hijau dengan penguatan lebih dari dua persen. Sayangnya penguatan ini tidak mampu membuat IHSG positif karena sembilan sektor lainnya masih melemah. Perdagangan berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 121.210 kali pada volume 5,346 miliar lembar saham senilai Rp 5,864 triliun. Sebanyak 76 saham naik, sisanya 177 saham turun, dan 95 saham stagnan.

Bursa-bursa regional menutup perdagangan dengan bergerak variatif, sama seperti pada pembukaan perdagangan. Investor regional masih lakukan aksi tunggu terkait situasi ekonomi AS. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Mayora (MYOR) naik Rp 1.550 ke Rp 29.200, SMART (SMAR) naik Rp 600 ke Rp 7.300, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 450 ke Rp 37.100, dan Bank Mega (MEGA) naik Rp 200 ke Rp 2.200.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indo Unilever (UNVR) turun Rp 700 ke Rp 30.800, Tambangraya (ITMG) turun Rp 700 ke Rp 33.000, Duta Pertiwi (DUTI) turun Rp 625 ke Rp 3.900, dan Indocement (INTP) turun Rp 600 ke Rp 19.500.

Perdagangan sesi I, IHSG masih dizona merah dan ditutup anjlok 54,863 poin (1,20%) ke level 4.523,315. Sementara Indeks LQ45 jatuh 12,877 poin (1,66%) ke level 760,873. Perdagangan berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 66.640 kali pada volume 2,221 miliar lembar saham senilai Rp 2,902 triliun. Sebanyak 60 saham naik, sisanya 149 saham turun, dan 107 saham stagnan.

Bursa-bursa di Asia masih bergerak variatif hingga sesi pertama. Beberapa masih bisa menguat, seperti pasar saham Jepang dan Singapura. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Mayora (MYOR) naik Rp 1.750 ke Rp 29.200, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 700 ke Rp 37.350, Bank Mega (MEGA) naik Rp 200 ke Rp 2.200, dan Bukit Asam (PTBA) naik Rp 150 ke Rp 13.850.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 950 ke Rp 32.750, Unilever (UNVR) turun Rp 750 ke Rp 30.750, Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 450 ke Rp 14.050, Indocement (INTP) turun Rp 450 ke Rp 19.650.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka turun 26,95 poin atau 0,59% ke posisi 4.551,23, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 6,89 poin (0,89%) ke level 766,87,”Secara teknikal indeks BEI masih ada ruang penguatan, namun aksi ambil untung beberapa investor menekan indeks BEI setelah beberapa hari terakhir saham-saham bergerak menguat," kata Reza Priyambada.

Menurut Reza Priyambada, tekanan indeks BEI salah satunya dipicu dari eforia atas tercapainya kesepakatan sementara Senat AS terkait penaikan plafon utangnya cenderung mereda. Namun demikian, diharapkan sentimen positif masih dapat terjaga untuk menjaga tren penguatan indeks BEI.

Sementara itu, Head of Research Valury Asia Securities, Alfiansyah menambahkan bahwa pergerakan indeks BEI sedang dalam konsolidasi, dalam perspektif teknikal IHSG telah jenuh beli (overbought), “Aksi 'profit taking' di tengah minimnya sentimen positif baru dapat menekan indeks BEI," kata Alfiansyah.

Dia mengatakan, muncul ancaman "shutdown" di Eropa meski tidak sekuat di Amerika Serikat, namun kondisi itu bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar. Tercatat bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng dibuka melemah 132,06 poin (0,56%) ke level 23.306,09, indeks Nikkei-225 turun 11,44 poin (0,07%) ke level 14.682,71 dan Straits Times menguat 6,67 poin (0,22%) ke posisi 3.202,39. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…