Ekonomi China Positif, Perbaiki Defisit Transaksi Berjalan

NERACA

Jakarta - Perbaikan ekonomi China dinilai akan berdampak positif bagi negara berkembang. Khususnya akan membawa defisit transaksi berjalan yang turun ke level yang lebih normal. Negara Tirai bambu itu dianggap sebagai salah satu negara paling berisiko di negara-negara berkembang, sehingga dengan melambatnya ekonomi China maka permintaan ekspor dari sisi energi dan komoditas terhadap negara berkembang juga akan mengalami penurunan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa China adalah tujuan ekspor non-migas utama Indonesia, selain Amerika dan Jepang.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi China pada triwulan III 2013 mengalami peningkatan sebesar 7,8% dari triwulan sebelumnya sebesar 7,5%. Sehingga membawa pertumbuhan ekonomi China secara year on year dalam sembilan bulan di tahun 2013 sebesar 7,7%. “Jika ekonomi China melambat, dampaknya signifikan ke ekonomi negara emerging market, kalau tumbuh berarti kita bisa berharap situasi emerging market akan lebih baik karena pressure ke ekspor akan lebih ringan dan positif terhadap transaksi berjalan kita,” kata Menteri Keuangan Chatib Basri di Jakarta, Jumat (18/10) pekan lalu.

Chatib juga berharap perbaikan ekonomi di negara tersebut dapat terus terjadi, sehingga upaya Pemerintah dalam memperkuat ekonomi domestik dapat berjalan dengan lancar. Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi China di triwulan III tahun ini cukup konsisten dengan proyeksi yang di keluarkan World Economic Outlook dan perkiraan pemerintah Indonesia. Dalam 3-5 tahun terakhir China selalu bertumbuh sebesar 9% ini dan hal ini konsisten dengan apa yang di bahas oleh FKSSK. “Itu membuat reposisi dari pada aset, aliran dana global ke arah baru dan mungkin ini akan berdampak pada nilai tukar karena ada aliran dana-dana global ini,” kata Agus. Menurut dia, masalah defisit transaksi berjalan ini perlu disikapi lebih lanjut. Pada tahun ini defisit transaksi berjalan diproyeksikan masih akan berada di level 3%, di 2014 akan diupayakan di bawah 3%, dan pada 2015 akan didorong ke level yang normal sebesar 2%. [iqbal]

BERITA TERKAIT

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…