PDB Indonesia Ungguli Malaysia - Penerimaan Pajak Dinilai Masih "Memprihatinkan"

NERACA

Jakarta – Pendapatan Domestik Bruto Indonesia sebenarnya mengungguli Malaysia dan Thailand. Namun struktur ekonomi tampaknya masih didominasi pertanian dan UKM. Sehingga penerimaan pajak masih rendah. "Kita masih lebih banyak terbesar dari pertanian. Jika dilihat sektornya ini potensi pajak rendah dibanding yang lain. Perdagangan, keuangan, ini yang punya kontribusi pajak besar. Struktur ekonomi kita sektor yang tax ratio rendah," kata Dirjen Pajak Fuad Rahmany kepada wartawan di Jakarta,12/7.

 

Pemerintah pun menurunkan tax ratio sebesar 0,01% dari 12,11% dalam APBN 2011 menjadi 12,1% dalam RAPBN-P 2011. Hal ini disebabkan sektor penunjang ekonomi Indonesia yang masih didominasi pertanian dan UMKM masih belum mampu menaikkan tax ratio.  "Tax ratio ada penurunan 0,01% antara APBN-P dibandingkan APBN 2011. Sedikit ulasan, tax ratio rendah karena ini ditentukan struktur ekonomi, Walaupun PDB (pendapatan domestik bruto) kita lebih tinggi dibanding Malaysia dan Thailand, struktur ekonomi menentukan," tambahnya.

 

Fuad menambahkan, berdasar data PDB yang dipegangnya sekitar 61% PDB Indonesia berasal dari UMKM dan sekitar 35% berasal dari sektor usaha besar.  "Itulah sektor yang menyumbang besar sesungguhnya. Akses perpajakan di usaha besar. Ini gambaran umum, kita agak alot naikkan tax ratio.

 

Dikatakan mantan Ketua Bapepam-LK ini, penerimaan sektor pajak di Malaysia sebenarnya tak jauh beda dengan Indonesia. Namun setor Industri di negeri Jiran sangat besar. Sehingga kontribusinya terhadap pajak juga besar. “Malaysia pada dasarnya juga mirip kita, tapi sektor industri mereka besar juga. Sektor usaha besar lebih dominan dibandingkan UMKM. Jangan bandingkan dengan Singapura," paparnya.

 

Untuk menambah penerimaan pajak, ia mengatakan akan menggali dari sektor UMKM dan diharapkan bisa mengerek tax ratio. "UKM ini potensi besar ke depannya untuk mulai kita tingkatkan kepatuhan. Kalau menjaring sektor UKM ini, bisa naikkan tax ratio. Kita tetap usaha kejar sektor usaha besar," ujarnya.

 

Berdasarkan data Direktorat Pajak, dari total penerimaan, UMKM baru menyumbang 5-10%. Selain dari segi sektor, rendahnya tax ratio disebabkan oleh masih minimnya tingkat kepatuhan pajak masyarakat. "Kalau dilihat dari sektor usaha besar, tax ratio kita sudah 20%, meskipun belum penuh, masih ada usaha besar yang belum masuk jaring perpajakan," tandasnya.

 

Diakui Fuad, Indonesia sebenarnya bisa menjadi unggulan di antara negara-negara Asia melalui sektor pajak. "Indonesia bisa menjadi yang pertama di Asia. Potensi ini terlihat dari tax ratio Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan negara Asia lainnya," tuturnya.

 

Fuad membeberkan, tax ratio Indonesia ada di kisaran 14,07% tidak jauh berbeda dengan Filipina, yaitu 14,4%. Negara tetangga terdekat, yakni Malaysia, memiliki tax ratio 15,5% . Disusul oleh China dan Thailand 17,0%. Sementara India mematok tax ratio pada hanya pada kisaran 10,9%, Pakistan cuma sebesar 8,9% dan Bangladesh hanya 8,5%  Sebagai perbandingan, tax ratio di Amerika Serikat (AS) adalah 18,4 persen.

 

Tax ratio ditentukan dengan membagi jumlah penerimaan pajak dengan jumlah PDB. Pada 2011, total penerimaan pajak mencapai Rp1.062,70 triliun, dan penyesuaian APBN-P Rp1.108,92 triliun. Sementara, PDB sesuai APBN adalah Rp7.019,90 triliun dengan PDB pada APBN-P mencapai Rp7.250,83 triliun. **cahyo

 

 

 

BERITA TERKAIT

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…