Tenaga Kerja Indonesia Masih Generalist - Menyambut AEC

NERACA

Jakarta - Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) 2015 tinggal 14 bulan lagi. Namun Indonesia masih memiliki banyak kendala dalam menyambut pasar bebas kawasan Asia Tenggara itu. Salah satunya kesiapan sumberdaya manusia (SDM) mumpuni. Managing Director JobsDB Indonesia, Ariadi Anaya menuturkan, hingga saat ini, tenaga kerja Indonesia sifatnya masih generalist ketimbang specialist. Tak pelak, menurut dia, Indonesia dianggap sebagai “tempat belajar” bagi para pekerja pemula atau fresh graduate.

Generalist, artinya, para pekerja ini melakukan pekerjaan beragam. Biasanya, mereka ini bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Maka dari itu, income atau gaji yang didapat cenderung tak sesuai. Kalau specialist, mereka bekerja sesuai dan memang ahli di bidangnya. Seperti migas, tambang, humas dan marketing. Nah, jenis pekerjaan inilah (specialist) yang diterapkan di Singapura dan Malaysia,” ujar Ariadi di Jakarta, Kamis (10/10).

Di luar negeri, lanjut dia, jenis pekerjaan specialist diberi apresiasi tinggi, yaitu dengan gaji serta tunjangan yang memadai. Sejak duduk di bangku sekolah, calon pekerja memang diarahkan memiliki spesifikasi keahlian. Biasanya, imbuh Ariadi, jenis pekerjaan specialist ini beriringan dengan kebijakan pemerintahnya. Contohnya Jepang dan Singapura.

Benar saja. Kedua negara itu memiliki basic education yang jelas dan terarah. Singapura misalnya. Kekuatan Negeri Singa ini terletak di sektor jasa dan keuangan. Sejak sekolah dasar hingga kuliah diterapkan mata pelajaran yang berhubungan dengan marketing dan ekonomi makro. Agar ketika masuk dunia kerja, rakyatnya tinggal memilih. Mau menjadi pakar ekonomi atau wirausaha. Begitu pula dengan Jepang, di mana mereka menguasai sektor otomotif dan keuangan.

Dan hebatnya lagi, kedua negara ini memiliki persamaan. Yaitu, pemerintahnya sama-sama mendorong rakyatnya mandiri. Terlebih Singapura, negara yang tidak memiliki sumberdaya alam (SDA) sama sekali. Ariadi menambahkan, tidak adanya spesifikasi jenis keahlian menjadi tantangan bagi pemerintah agar secepatnya memiliki pakem kebijakan agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing.

Terlebih, Indonesia sangat diuntungkan dengan apa yang disebut bonus demografi. Yaitu, mayoritas penduduk didominasi usia produktif antara 15 tahun-65 tahun. Artinya, lebih banyak masyarakat yang bekerja daripada yang tak bekerja.

Berdasarkan data JobsDB, sekitar 30 ribu-40 ribu jenis lowongan pekerjaan dari berbagai perusahaan selalu tersedia tiap bulannya. Kemudian, sebanyak 30% atau sekitar 12 ribu jenis pekerjaan diperuntukkan bagi fresh graduate. Lebih dari tiga juta data pencari kerja, serta 52% data perusahaan besar.

The Passport

Sebagai bentuk kepedulian terhadap pekerja lokal, JobsDB bekerjasama dengan Telkomsel membentuk Program “The Passport” yang bertujuan membantu generasi muda, khususnya mahasiswa yang segera memasuki dunia kerja, meraih karir impiannya. Program tersebut berlangsung mulai Oktober 2013 hingga November 2014. Terdapat dua program besar dalam The Passport, yakni Passport Online dan Passport Offline.

Program kerja sama ini sebagai wujud komitmen dan kepedulian kepada generasi muda, khususnya mahasiswa yang masih di bangku kuliah maupun baru menamatkan studinya, dengan tujuan untuk memudahkan mereka mendapatkan informasi mengenai beasiswa, lowongan magang, lowongan kerja, dan memberikan  peluang dalam mengikuti beragam seminar marketing,” terang VP Postpaid Marketing Telkomsel, Derrick Heng, kemarin.

Di dalam web tersebut terdapat berbagai informasi yang dapat diakses tentang lowongan magang, lowongan kerja, informasi beasiswa dan berbagai macam tips dan trik mencari kerja. Pelanggan yang sudah registrasi  dapat melakukan upload CV secara online di website tersebut sesuai dengan lowongan yang diminati, sehingga nantinya perusahaan calon penerima tenaga kerja juga akan langsung menerima CV tersebut secara online.

“Tekhnologi yang sudah semakin maju serta akses internet yang semakin baik, seharusnya membuat para pencari kerja pemula mulai meninggalkan job fair yang konvensional. Karena pastinya lebih nyaman, aman dan tidak dipungut biaya,” ungkapnya.[ardi]

BERITA TERKAIT

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

Pentingnya Bermitra dengan Perusahaan Teknologi di Bidang SDM

  NERACA Jakarta – Pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menekankan pentingnya Indonesia memperkuat kemitraan dengan perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Urgensi Literasi Digital, Masyarakat Makin Sadar Penipuan di Ruang Digital

Urgensi Literasi Digital, Masyarakat Makin Sadar Penipuan di Ruang Digital NERACA Trenggalek – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkolaborasi…

Kemenparekraf : Perputaran Ekonomi Saat Lebaran Capai Rp369,8 Triliun

  NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan, potensi perputaran ekonomi yang terjadi selama libur Lebaran 2024…

ASN Pindah ke IKN Mulai Agustus 2024

  NERACA Jakarta – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, ASN pindah ke Ibu Kota Nusantara…