Mengurai Manfaat Proyek MRT

Mengurai Manfaat Proyek MRT

Oleh Bani Saksono

(wartawan Harian Ekonomi Neraca)

 

Pada akhir September 2013 lalu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta mengadakan dialog dengan tajuk ‘MRT Salah Satu Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan di DKI Jakarta dan Peran Serta Dunia usaha Indonesia’. Sejumlah pakar dan praktisi transportasi angkat bicara dengan makalahnya masing-masing.

Mereka adalah Profesor Ofyar Z Tamin dari ITB, Wimpy Santosa (Universitas Parahiyangan) Bandung, Djoko Suwandono dari Undip Semarang, Haris Pabilah (Kadin DKI), Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Muslich Zainal Asikin, Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami, Wiriyatmoko (asisten Pembangunan dan Lingkungan Pemprov DKI Jakarta), dan Hediyanto W Husaini dari Kementerian PU.

Dialog dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proyek angkutan umum massal berbasis rel itu dilaksanakan. Dari situ akan terkuak sejumlah masalah mengapa proyek itu terkatung-katung hingga dua tahun lamanya.

Yang paling penting adalah, bisakah proyek MRT itu mampu menyelesaikan masalah, yaitu mengurai kemacetan lalu lintas pada simpul-simpul dan  pusat kegiatan di kota Jakarta? Ada kesan, Pola Transportasi Makro (PTM) Kota Jakarta disusun sungguh-sungguh. Dalam PTM, antara memuat konsep dan rencana pembangunan MRT dan monorel, juga waterway. Namun pelaksanannya yang amburadul, tak sesuai perencanaan.

Bagaimana dengan MRT? Masih menurut penilaian para pengamat, praktisi, juga warga masyarakat, rute itu sebetulnya juga sama, bahkan terkesan tumpang tindih. Semestinya, moda transportasi umum massal berbasis rel itu menjangkau kawasan yang luas dan jauh. Dari ujung ke ujung.

Nyatanya, rute MRT menabrak jalur busway Transjakarta, yaitu koridor I (Blok M-Kota). Akan dikemanakan koridor I busway jika proyek MRT koridor utara – selatan itu selesai dan siap dioperasikan? Itu menunjukkan betapa suatu proyek dibuat tanpa perencanaan yang integratif dengan modal transortasi umum massal yang sudah ada. Padahal, alangkah menyenangkan, jika jalur MRT itu membelah Jakarta dari titik masuknya pergerakan perjalanan. Misalnya dibuat dari Bekasi, Bogor-Depok, juga Tangerang agar mampu mengurangi beban jalan tol yang dalam kota, jalan tol Jagorawi, dan JORR.

Selebihnya, dari kacamata kalangan pengusaha di Jakarta, faedah apa yang dapat diperoleh dari proyek itu, terutama yang bersinggungan dengan jalur MRT sepanjang 15,7 km yang membujur dari Lebak Bulus – Bunderan HI, untuk tahap I dan 8,1 km untuk jalur Bunderan HI – Kampung Bandan pada tahap II?

Yang diharapkan para pengusaha, tentu adalah pembukaan jaringan MRT, selain mampu mengurangi kemacetan, juga mampu memberi nilai tambah dan membuka peluang bisnis baru di kawasan itu.  []

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…