Waspadai Pelemahan Indeks - Investor Diminta Perhatikan Tiga Sektor

NERACA

Jakarta – Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,6% pada perdagangan Selasa (1/10), IHSG masih berpotensi melemah jelang meeting Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30 Oktober mendatang. Diperkirakan tiga sektor akan berpotensi melemah cukup tajam dan karena itu investor diharapkan bersikap realistis.

Analis PT Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan, di tengah sentimen negatif pasar saham, investor diprediksi akan beralih ke valuta asing (valas) untuk mengasingkan diri sementara, “Pasar modal dan obligasi dinilai tidak menarik jelang FOMC tersebut. Terlebih, pergerakan indeks jelang FOMC sudah memperlihatkan postur melemah,”ujarnya kepada Neraca di Jakarta, Selasa (1/10).

Menurutnya, kondisi tersebut akibat dari government shuttle yang memberi sentimen negatif pada Dow Jones. Meskipun Nikkei hingga akhir tahun tetap menjadi acuan karena memang yang tertinggi. Sehingga target potensi pelehaman indeks diperkirakan akan berada di level 4.250-4.350. Menurut dia dengan target dikisaran tersebut, pelaku pasar dapat memahami kondisi yang tengah terjadi dan kalaupun FOMC akan berdampak positif hanya terbatas. Sehingga orientasi pasar tidak lagi berharap terlalu banyak.

Sementara itu, terkait empat sektor yang berpotensi melemah hingga 80% adalah sektor infrastruktur, sedangkan properti masih dikisaran 70% hingga 80%. Untuk sektor consumer, dia prediksi akan terkoreksi 70% dan mining karena sudah terlalu rendah harga dan turun drastis akan stagnan jelang FOMC.

Dia menambahkan investor sebaiknya menghindar dari kondisi saham saat ini, namun jika ingin lakukan net buy disarankan secara akumulasi untuk saham mining. Sehingga tidak akan mengalami hal yang cukup merugikan jika dampaknya negatif.“Sektor mining yang bisa dikoleksi secara akumulasi seperti Antam, PTBA, dan PT Timah”, kata dia.

Pada surat utang atau obligasi, diperkirakan juga tidak membuat investor tergiur. Menurut dia obligasi yang memberikan kupon tinggi ditengah kondisi pasar modal yang belum jelas saat ini akan membuat investor cenderung menghindar. Setidaknya hingga November mendatangbatau setelah dampak FOMC terhadap indeks terbaca.“Potensi pasar modal dan obligasi tidak menarik setidaknya hingga November mendatang karena dinilai pelaku pasar tidak sesuai harapan dan menambah tekanan bagi emiten. Sehingga menghindar hingga November lebih baik, namun kalau ada yang masuk hanya untuk spekulasi”, jelas dia.

Sebelumnya, Kepala riset Trust Securities menilai bahwa isu tapering off yang akan dirilis pada 30 Oktober mendatang belum jelas. Rencana penarikan dana US$85 miliar juga belum diketahui berapa banyak yang akan ditarik dari Indonesia. Sehingga dia berharap pelaku pasar tidak langsung panik dengan kondisi yang belum bisa dipastikan seperti saat ini. (nurul)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…