Posisi Tertinggi, Nikkei Jadi Acuan Indeks

NERACA

Jakarta - Laju indeks Nikkei dinilai lebih mendominasi dibandingkan Dow Jones. Karena itu dalam melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebaiknya memperhatikan pergerakan Nikkei terlebih dahulu.

Saat ini posisi Nikkei tertinggi diantara indeks negara lain. Sehingga disarankan investor dalam melihat pergerakan Dow Jones jangan panik terlebih dahulu. Setelah memperhatikan Nikkei baru lihat Dow Jones untuk mencuri sentimen pasar.
Hal tersebut disampaikan Analis PT Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo pada seminar IDX Investor Club Gathering di Jakarta (28/9).

Dia menilai hal tersebut perlu diketahui karena selama ini rata-rata investor merasa khawatir IHSG akan turun jika dapat sentimen positif dari Dow Jones. Selain itu, dia juga menekankan bahwa kondisi hutang yang cukup tinggi dimiliki Indonesia, belum membuat Indonesia masuk dalam krisis.\"Jika dolar sekitar Rp10ribu, maka setiap orang Indonesia memiliki hutang Rp9juta. Semakin tinggi hutang kita, membuat indeks cenderung rawan terkoreksi\", kata dia.

Dia juga menyatakan bahwa sektor saham tertinggi saat ini adalah properti dan terendah mining, sementara indeks berada diantara keduanya. Namun, tingginya saham properti saat ini justru membuat investor yang memegang saham properti cenderung bersikap alamiah, yaitu aksi ambil untung. Sehingga, saham yang saat ini masih berada di posisi tertinggi akan rawan terkoreksi.

\"Justru sektor mining yang dinilai cukup rendah dan buruk, dengan banyak aksi korporasi yang dilakukan seperti penggalian tambang justru membuat kinerjanya membaik\", ujar dia.

Menurut dia, postur cadangan devisa masih cenderung meningkat, akibatnya terhadap indeks akan rawan terkoreksi. Sehingga ekonomi Indonesia ke depannya akan cenderung melambat dan lemah. Selain itu, status peminjaman uang yang terus memperlihatkan tren meningkat, membuat saham emiten swasta yang ke depannya akan lakukan merger dan akuisisi bisa diperhatikan. Karena, biasanya ekspektasi pelaku pasar dengan adanya akuisisi cenderung menarik.

Selain beberapa sentimen yang membanyangi indeks tetap berada di zona merah, dia menilai impor Indonesia yang semakin naik membuat banyak produk asing yang masuk.\"Produk asing banyak masuk mau tidak mau pemerintah harus membuang uang lagi. Sebenarnya kebijakan ini ada di tangan pemerintah tetapi karena pemerintah sudah tidak lagi bergairah, membuat kebijakannya terkesan apa adanya. Sehingga buang uang atau menyimpannya dinilai akan menghasilkan kondisi yang sama,\", jelasnya.

Meskipun kondisi ekonomi saat ini memiliki kecenderungan melambat dan tidak bagus, dia cukup optimis tingkat pengangguran ke depannya akan menurun. Sehingga ekonomi juga akan stabil. Dengan peningkatan populasi yang cukup banyak, sektor konsumer seperti Ramayana dan Matahari bisa diperhatikan dan dikoleksi. Hal ini didorong oleh meningkatnya jumlah populasi yang akan menambah kelas menengah di Indonesia. Akibatnya konsumsi cenderung meningkat yang membuat emiten sektor ini akan banyak melakukan produksi yang akan meningkatkan pendapatan.

Sementara untuk goverment bonds, dinilai Lucky akan rawan terkoreksi. Sehingga jika ingin membelinya investor diminta untuk melakukan akumulasi. Karena jika membeli semua goverment bonds cenderung turun dan melemah.\"Kalau tidak mau mengalami kerugian sebaiknya akumulasi dalam membelinya, karena masih terlihat cenderung melemah\", katanya. (nurul)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…