Akhir Pekan, IHSG Masih Rawan Terkoreksi

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan Kamis sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali ditutup melemah tipis 0,874 poin (0,02%) ke level 4.405,893. Sementara Indeks LQ45 ditutup berkurang 1,533 poin (0,21%) ke level 735,503. Aksi jual investor lagi-lagi menjadi pemicu melemahnya indeks BEI dalam lima hari-berturut-turut.

Analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono mengatakan bahwa aksi jual asing masih menjadi katalis negatif bagi IHSG BEI pada perdagangan Kamis. Aksi jual investor asing tercatat masih cukup besar, yaitu mencapai Rp548 miliar, “Nyaris sepanjang sesi perdagangan berada di area positif, akhirnya IHSG harus ditutup pada area negatif. \'Bargain hunting\' sempat terjadi pada saham-saham sektor properti, konsumer, dan perkebunan. Akan tetapi menjelang penutupan tekanan jual tampak mulai meningkat sehingga menekan indeks BEI kembali ke area negatif,\" kata dia di Jakarta, Kamis (26/9).

Dia menambahkan, investor global tampaknya juga masih khawatir terkait kesepakatan anggaran belanja pemerintah AS yang sulit tercapai. Hal itu diperkirakan dapat mengancam pertumbuhan ekonomi AS.\"Kegagalan meningkatkan \'debt ceiling\' berpotensi membuat periingkat kredit pemerintah AS diturunkan,\" kata dia.

Berikutnya, perdagangan saham Jum’at akhir pekan diprediksikan masih akan bergerak mudah berubah. Selama rupiah bergerak liar dan investor asing belum masuk, tampaknya sulit bagi IHSG keluar dari tekanan. Pada perdagangan Kamis kemarin, saham-saham lapis dua sempat menanjak paling tinggi dan langsung jadi sasaran aksi jual. Beberapa saham unggulan masih bisa menguat, tapi penguatannya gagal membawa indeks ke arah positif. Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 151.513 kali pada volume 4,619 miliar lembar saham senilai Rp 4,704 triliun. Sebanyak 170 saham naik, sisanya 80 saham turun, dan 90 saham stagnan.

Pelaku pasar regional masih menunggu kabar terbaru dari stimulus The Fed beserta anggaran pemerintah AS yang dikhawatirkan mulai menipis. Hal ini membuat bursa regional berakhir mixed. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Solusi Tunas (SUPT) naik Rp 1.300 ke Rp 8.100, Ultra Jaya (ULTJ) naik Rp 275 ke Rp 4.325, Astra Agro (AALI) naik Rp 200 ke Rp 19.800, dan Lippo Insurance (LPGI) naik Rp 175 ke Rp 3.275.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.050 ke Rp 28.550, Unilever (UNVR) turun Rp 700 ke Rp 30.800, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 650 ke Rp 36.500, dan Matahari (LPFF) turun Rp 500 ke Rp 10.700.

Sebaliknya, perdagangan sesi I indeks BEI ditutup menguat 38,848 poin (0,88%) ke level 4.445,615. Sementara Indeks LQ45 menguat 8,149 poin (1,11%) ke level 745,185. Banyak saham yang terpangkas cukup dalam sehingga membuat IHSG berada di area jenuh jual. Investor memanfaatkan posisi rendah ini untuk berburu saham unggulan di harga murah. Alhasil seluruh sektor industri di lantai bursa bisa menghijau, dipimpin oleh sektor aneka industri yang naik lebih dari dua persen. Aksi beli banyak dilakukan investor domestik.

Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 83.339 kali pada volume 2,023 miliar lembar saham senilai Rp 2,327 triliun. Sebanyak 169 saham naik, sisanya 54 saham turun, dan 78 saham stagnan.

Bursa-bursa regional bergerak mixed. Sentimen negatif dari pasar gobal membuat pelaku pasar menahan diri, namun aksi beli selektif membuat bursa Jepang dan Korsel bisa bertahan di zona hijau. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Unilever (UNVR) naik Rp 350 ke Rp 31.850, Indofood CBP (ICBP) naik Rp 250 ke Rp 10.500, Solusi Tunas (SUPT) naik Rp 200 ke Rp 7.000, dan Bukit Asam (PTBA) naik Rp 150 ke Rp 13.150.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Matahari (LPFF) turun Rp 400 ke Rp 10.800, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 400 ke Rp 66.100, Semen Indonesia (SMGR) turun Rp 350 ke Rp 13.950, dan Nipress (NIPS) turun Rp 150 ke Rp 8.900.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka turun 3,82 poin atau 0,09% menjadi 4.402,95. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 1,05 poin (0,14%) ke level 735,99, “Masih minimnya sentimen positif baru kembali menekan indeks BEI, koreksi juga terjadi di bursa saham kawasan Asia terutama bursa saham Jepang,\" kata analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung.

Menurut dia, pelaku pasar memilih menunggu dan mencermati hingga solusi kenaikan plafon utang (debt ceiling) AS disepakati oleh Kongres dan pemerintahan AS paling lambat akhir bulan ini. Tercatat bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng dibuka melemah 135,95 poin (0,59%) ke level 23.073,68, indeks Nikkei-225 turun 152,33 poin (1,04%) ke level 14.467,78, dan Straits Times menguat 21,36 poin (0,66%) ke posisi 3.243,65. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…