Asuransi Untuk Kehidupan Lebih Baik - Menggugah Kesadaran Melek Risiko Hidup

Ahmad Nabhani - NERACA

Jakarta- Keluarga merupakan bagian terpenting bagi kehidupan seseorang karena keluarga adalah segalanya. Begitu pentingnya keluarga, tentu seseorang akan memberikan yang terbaik dan termasuk juga halnya perlindungan, khususnya perlindungan kesehatan.
Perlindungan kesehatan bagi keluarga disarakan penting, karena dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti ini, tidak ada yang tahu kapan musibah sakit hingga kematian itu datang. Oleh karena itu, kalimat bijak lebih baik sedia payung sebelum hujan adalah cara bijak memanfaatkan asuransi kesehatan buat keluarga untuk memindahkan risiko yang akan dihadapi di masa mendatang.

Tentunya perlindungan bagi keluarga tidak hanya fisik saja, tetapi finansial juga dirasakan penting untuk melindungi keuangan keluarga dari biaya rumah sakit yang terus melambung tinggi.
Pasalnya, hasil survei Global Medical Trends Report dari Towers Watson pada 2012 menyebutkan, rata-rata kenaikan biaya pengobatan di Indonesia dari 2009 sampai 2011 terus meningkat dari 10,70% ke 13,55% per tahun. Pada periode yang sama, rata-rata kenaikan pendapatan orang Indonesia hanya 1,2% per tahun berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk 2011-2012.

Namun sayangnya, belum banyak masyarakat memanfaatkan asuransi sebagai perlindungan kesehatan keluarga di masa akan datang. Banyak faktor penyebab terjadinya kondisi demikian, antara lain tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Pendapatan yang Rendah) ditengah kondisi masyarakat yang tingkat pendapatannya masih rendah, boleh jadi asuransi belum merupakan sebuah kebutuhan, apalagi dianggap sebagai gaya hidup (life style).

Mereka yang belum sadar akan asuransi beranggapan masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak ketimbang menyisihkan sebagian penghasilan untuk keperluan proteksi diri dan harta bendanya.
Apalagi, jika mengharapkan masyarakat memandang asuransi sebagai instrumen investasi, mungkin masih terlalu jauh. Banyak masyarakat yang tidak satu pun memiliki polis asuransi, kendati untuk yang vital sekalipun, asuransi kesehatan misalnya, lalu asuransi untuk hari tua/dana pensiun. Alasannya karena penghasilan yang tak memadai.

Belum Jadi Kebutuhan
Hasbullah Thabrany, profesor Fakultas Kesehatan Publik Universitas Indonesia (UI), beranggapan kecenderungan masyarakat Indonesia untuk tidak terlalu mempedulikan risiko disebabkan oleh dua persepsi umum. Masyarakat relatif tidak melihat jangka panjang sehingga cenderung menganggap sebelah mata terhadap kepentingan untuk memiliki proteksi risiko.
Di sisi lain, masih ada persoalan kepercayaan dan adat istiadat. “Rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia karena penduduk Indonesia belum \"melek\" risiko hidup, sehingga jumlah warga yang mengikuti asuransi masih sangat kecil dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia,”ungkapnya.

Kemampuan masyarakat mengikuti asuransi memang belum tinggi bukan saja karena mayoritas belum memiliki produk asuransi, tetapi juga karena kebutuhan perlindungan yang mereka miliki selisihnya sangat besar dibandingkan dengan dana yang dimiliki.
Direktur Utama AIA Financial, Peter J Crewe pernah bilang, selisih antara kebutuhan proteksi dan dana yang dimiliki masyarakat mencapai Rp105,7 juta per keluarga. Dirinya memahami mayoritas masyarakat Indonesia memiliki selisih antara kepemilikan dana dan rata-rata dana yang dibutuhkan cukup signifikan, yaitu 77%. “Artinya, rata-rata hanya memiliki persiapan 23%, sehingga kurang optimal,”ujar dia.

Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, penetrasi asuransi jiwa hanya 3% dari jumlah penduduk, namun untuk angka pemegang polis sendiri masih di level 1% dari jumlah penduduk.
Sementara data BPS menyebutkan, sekitar 55% dari seluruh rakyat Indonesia belum memiliki jaminan sosial. Adapun 45% atau sekitar 76 juta orang umumnya pegawai negeri dan swasta yang sudah memiliki jaminan kesehatan masyarakat. Rinciannya, 16 juta orang memiliki Askes, 4 juta mengantongi Jamsostek, 3 juta mempunyai asurasi komersial dan 2 juta orang anggota Jamkesda.

Kata Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia Bert Paterson, tingginya jumlah penduduk Indonesia yang membayar sendiri biaya kesehatan disebabkan masih minimnya edukasi tentang manfaat asuransi dan lebih mengutamakan keperluan lain dibandingkan kesehatan. Tercatat sebagian besar penduduk Indonesia membayar biaya kesehatan secara mandiri atau tidak melalui asuransi, dengan angka mencapai 70%.

Bert mengatakan, prioritas kehidupan manusia berpatokan pada tiga hal yaitu kesehatan, pendidikan, dan dana pensiun. Lebih jauh, Bert mengatakan, ada dua tren yang memengaruhi seluruh dunia. Pertama, angka harapan hidup semakin tinggi. Yang kedua, dunia pengobatan semakin canggih sehingga semakin banyak masyarakat bisa diselamatkan dari penyakit-penyakit yang mematikan.
Akan tetapi, Bert berpandangan ketika umur manusia semakin lama dan pengobatan semakin canggih, maka biaya yang dibutuhkan manusia untuk merawat kesehatannya pun semakin besar. ”Dengan berkembangnya usia rata-rata hidup pasti problem kesehatan jadi utama dan problem kesehatan tak bisa lepas dari problem keuangan,” ujarnya.

Manfaat Sun MED
Menjawab kebutuhan nasabah untuk melindungi dirinya dan keluarga dari biaya rumah sakit yang tidak terduga, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) meluncurkan layanan perlindungan kesehatan terbaru yaitu Sun Medical Executive (Sun MED). Elin Waty, Chief Distribution Officer PT Sun Life Financial Indonesia mengatakan, produk ini memiliki penawaran beragam manfaat yang berbeda dengan produk lain.

Dengan tarif premi yang kompetitif, Sun MED menyediakan solusi perlindungan pintar yang lengkap untuk semua kalangan nasabah dengan usia pertanggungan mulai dari 15 hari sampai dengan 88 tahunpilihan tepat untuk perlindungan kesehatan dan juga mendukung perencanaan keuangan individu dan keluarga.
Keunggulan yang bisa didapatkan dari Sun MED antara lain klaim dibayar sesuai dengan kuitansi, fleksibilitas dalam menambah manfaat perlindungan, perlindungan manfaat kesehatan yang komprehensif, serta memiliki fasilitas cashless (non-tunai) yang mempermudah pembayaran klaim rumah sakit.

Adapun enam manfaatkan yang di tawarkan Sun MED adalah penggantian rawat inap akan dibayar berdasarkan tagihan yang disesuaikan dengan batas tahunan, penggantian biaya pembedahan, penggantian biaya medis, biaya untuk rawat jalan. Kemudian adanya santunan meninggal karena kecelakaan untuk keluarga yang ditinggalkan dan fasilitas peningkatan limit tahunan.

BERITA TERKAIT

Komposisi Besaran Iuran Pensiun Dibawa Ke Meja Presiden

NERACA   Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengadakan pertemuan dengan lembaga-lembaga seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Koordinator…

Premi Asuransi Generali Tumbuh 9,5%

  NERACA   Jakarta - Di tengah pelambatan ekonomi kuartal pertama ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) masih mencatat…

Lotte Mart - Equity Life Luncurkan Program Lotte Sehat

NERACA Jakarta - Program Lotte Sehat adalah program kerja sama antara PT Equity Life Indonesia dengan salah satu perusahaan retail terbesar…

BERITA LAINNYA DI

Komposisi Besaran Iuran Pensiun Dibawa Ke Meja Presiden

NERACA   Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengadakan pertemuan dengan lembaga-lembaga seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Koordinator…

Premi Asuransi Generali Tumbuh 9,5%

  NERACA   Jakarta - Di tengah pelambatan ekonomi kuartal pertama ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) masih mencatat…

Lotte Mart - Equity Life Luncurkan Program Lotte Sehat

NERACA Jakarta - Program Lotte Sehat adalah program kerja sama antara PT Equity Life Indonesia dengan salah satu perusahaan retail terbesar…