Terapi Kejut LI-ESWT - Mengembalikan Kemampuan Ereksi Tanpa Obat

Hingga saat ini Disfungsi Ereksi (DE) masih menjadi masalah yang menakutkan bagi kaum pria, karena biasanya pria dengan Disfungsi Ereksi memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan pasangannya.

NERACA

Berbagai kemajuan dalam bidang pengobatan seperti terapi obat minum dan non obat minum seperti alat pompa vakum, obat suntik dan operasi, telah banyak menolong pria  DE. Namun kini tersedia terapi terbaru dalam bidang disfungsi ereksi yang sudah dilakukan uji cobanya adalah LI-ESWT.

Low-Intensity Extracorporeal Shockwave Therapy (LI-ESWT) merupakan lompatan besar (giant leap) yang bersifat revolusioner karena dapat memberikan kesembuhan atau mengembalikan kemampuan ereksi pada pria dengan DE tanpa obat.

Berbeda dengan terapi lainnya LI-ESWT atau terapi kejut (penembakan) dengan gelombang intensitas rendah merupakan inovasi yang unik karena dapat mengembalikan kemampuan ereksi spontan tanpa operasi atau non invasif, tidak menimbulkan nyeri serta pasien mempunyai harapan tidak perlu lagi mengkonsumsi obat apabila akan melakukan hubungan seksual.

“Penggunaan gelombang kejut ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 1980-an untuk penatalaksanaan  batu ginjal, lalu digunakan untuk ortopedi di 1990-an dan kardiologi pada 2000. Teknik LI (low intensity) ESWT pada dasarnya dilakukan dengan penembakan gelombang kejut intensitas rendah yang akan menimbulkan shear stress yang berdampak positif dengan terbentuknya pembuluh-pembuluh darah baru,” ujar Dr.dr.Nur Rasyid, SpU, urolog senior dari RS Asri dan FKUI RSCM.

Menurutnya, pada 2010, suatu studi ESWT dilakukan pada bidang urologi dengan sampel penelitian adalah pria yang merespon dengan baik obat-obatan oral (PDE 5i). Setelah obat distop selama sebulan, lalu mulai dilakukan penembakan ESWT pada penis (di puncak, tengah dan pangkal) sebanyak 12 kali, selama sembilan minggu yang terdiri dari dua kali seminggu (tiga minggu pertama), istirahat tiga minggu lalu kembali dilakukan penembakan selama tiga minggu.

“Hasilnya dilakukan penghitungan skor kekerasan ereksi dan hasilnya cukup tinggi pada rata-rata setelah 8 tembakan. Sekitar 70% dari sampel merespon dengan baik terapi ini dan 50% dapat kembali ereksi spontan tanpa obat,” jelasnya.

Ia mengatakan lebih lanjut, pada penelitian selanjutnya yang bersifat random (sebagian dengan penembakan sesungguhnya dan sebagian dengan penembakan palsu tanpa diketahui oleh subjek maupun peneliti), didapati bahwa dari pria dengan DE yang merespon dengan baik terhadap obat oral, sebanyak 70% merespon dengan baik dan dapat melakukan ereksi spontan tanpa pengobatan.

Sayangnya, kata dia lagi, tidak semua rumah sakit mempunyai alat ini, adapun yang sudah menyediakan alat ini di antaranya RS ASRI khususnya ASRI Urology Center saat ini telah memiliki peralatan LI-ESWT untuk membantu kesembuhan pasien DE. “Diharapkan alat ini akan menjadi salah satu unggulan dalam pengobatan terapi DE,” tutur Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, SpP(K), FCCP, Direktur RS ASRI Jakarta.

Penyebab Disfungsi Ereksi

Disamping faktor psikogenik, sebanyak 2/3 dari kasus DE disebabkan oleh  kelainan fisik seperti: diabetes mellitus, hiperlipidemia (kolesterol yang tinggi), gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi liver, hipertensi, stroke, kelainan pada jantung (gagal jantung, penyakit jantung koroner), proses penuaan, gangguan hormonal (resistensi insulin, penurunan kadar testosteron), trauma daerah panggul (saluran sistem reproduksi pria) seperti paska operasi prostat, mengkonsumsi alkohol, merokok, konsumsi obat–obat penenang terus menerus dalam jangka waktu yang lama. 

DE merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umum ditemukan pada pria berusia di atas 40 tahun. Hampir 39% pria dengan DE yang berusia 40 - 70 tahun memiliki tingkat keparahan (gradasi) sedang dan berat, sedangkan sebanyak 52% keparahannya ringan sampai berat.

Dari sebuah studi yang dilakukan di Boston (AS) didapatkan kasus baru DE sebanyak 24 orang per 1.000 pria. Diperkirakan pada akhir tahun 2025, sebanyak 322 juta laki-laki di dunia akan menderita disfungsi ereksi.

“Mengingat penyebab DE diantaranya adalah diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung maka disarankan bagi pria penderita penyakit tersebut sebaiknya kontrol ke urolog untuk memeriksa ada atau tidaknya penyakit ini. Bila DE di deteksi lebih dini, maka terapinya relatif lebih mudah,”  demikian dikemukakan dr. Ponco Birowo, SpU, PhD.

BERITA TERKAIT

Vina Panduwinata Gandeng Brand Lokal Melawan Diabetes

Kasus diabetes di Indonesia kini kian jadi masalah serius. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai…

Agar Stamina Terjaga Saat Puasa - Penting Pahami Pola Nutrisi Sehat Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…

Garmin Rayakan Hari Perempuan - Kampanyekan Jiwa Raga Bugar Lewat Run Like A Girl

Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Vina Panduwinata Gandeng Brand Lokal Melawan Diabetes

Kasus diabetes di Indonesia kini kian jadi masalah serius. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai…

Agar Stamina Terjaga Saat Puasa - Penting Pahami Pola Nutrisi Sehat Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…

Garmin Rayakan Hari Perempuan - Kampanyekan Jiwa Raga Bugar Lewat Run Like A Girl

Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…