Pekan Ini, Rupiah Diprediksi Tembus Rp 12.000 Per US$

NERACA

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat diperkirakan bakal kian terperosok dalam pekan ini. Anjloknya kurs rupiah diprediksi bisa menembus angka Rp 12.000 per US$.

Menurut Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, secara teknikal kondisi nilai tukar rupiah menyentuh angka Rp12 ribu memang sudah di depan mata. \"Hingga dua belas ribu sangat mungkin terjadi,\" ujar Lana kepada Neraca, Minggu (8/9)

Jika nilai tukar rupiah berhasil menembus angka Rp12 ribu per US$, menurut dia, mungkin akan menambah beban biaya produksi. \"Selain itu juga akan menambah beban inflasi karena sebagian bahan baku untuk industri dalam negeri adalah hasil impor,\" tutur Lana.

Namun dia mengaku optimis nilai tukar minggu ini rupiah akan aman di kisaran Rp11 ribu sampai Rp11.400. Syaratnya, The Fed memberi sinyal positif. “Rupiah masih cukup aman, tapi kalau negatif maka jadi tapering dan tekanan bisa meningkat,” tandas Lana.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi juga memprediksi pelemahan rupiah bisa sampai menembus Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Indikasinya, ada beberapa faktor seperti tingginya permintaan valuta asing untuk keperluan impor bahan baku.

\"Industri dalam negeri masih banyak yang membutuhkan bahan baku dari luar. Karena itu, melemahnya rupiah ini akan menambah beban atau ongkos produksi pengusaha yang akhirnya akan meningkatkan harga satuan produk hingga bisa berakibat melemahkan daya saing produk dan akhirnya, konsumen harus membayar dengan harga mahal,” jelas Sofjan, kemarin.

Sofjan mengungkap, kepercayaan pihak luar dan pelaku usaha dalam negeri terhadap rupiah masih kecil. Hal ini yang membuat rupiah semakin lemah, kalau kondisi ini tidak segera ditangani, maka beban pelaku usaha yang banyak berhubungan dengan pihak asing dalam hal impor, akan semakin besar.

Selain itu, imbuh Sofjan, rupiah juga akan terus melemah karena, menjelang akhir tahun ini pemerintah akan banyak menggunakan dolar AS untuk membayar hutang luar negeri ditambah lagi dengan efek pemulihan ekonomi Amerika.

Pengusaha Merugi

\"Pemerintah harus mampu menyelaraskan kontraksi akibat pelemahan rupiah ini secepatnya. Karena sudah pasti membuat pengusaha merugi karena biaya produksi dipastikan meningkat,\" ujarnya.

Kondisi perusahaan, lanjut Sofjan, pasti mengalami kerugian akibat kondisi seperti ini. Karena di sisi ongkos produksi yang relatif terus meningkat dari pembelian bahan baku, belum lagi beban seperti naiknya Tarif Dasar Listrik dan UMP.

\"Pemerintah harus bisa menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri akibat melemahnya rupiah dan sudah seharusnya pemerintah membuat kebijakan yang tepat untuk menyelamatkan ekonomi nasional. Tetapi jangan sampai membuat kebijakan yang semakin mempersulit pengusaha,\" jelas Sofjan.

Pengamat pasar modal Reza Priyambada mengatakan, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan tertekan. Bahkan, sangat mungkin mencapai Rp12 ribu per US$, jika tidak adanya koordinasi yang baik antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. BI, kata dia, saat ini lebih konsen dengan kebijakannya melakukan lelang surat utang. Padahal, hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh signifikan untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US$. “Dengan melakukan lelang SUN, tentu kemudian akan menghitung berapa besar utang yang jatuh tempo dan berapa penguatan dolar AS,” ujar dia.

Seharusnya, sambung Reza, selain memperhitungkan pembayaran impor yang dilakukan BUMN, pemerintah dan BI perlu memperhatikan corporate (perusahaan) yang membutuhkan mata uang US$ yang cukup besar. Dengan demikian, tidak memberikan peluang kepada spekulan untuk menggoyang rupiah. Efeknya, jika nilai tukar rupiah terus tertekan maka akan berdampak negatif terhadap perkembangan pasar saham ke depan.

“Di satu sisi, penguatan dolar AS memang memberi berkah bagi emiten yang memiliki pendapatan dalam mata uang tersebut. Namun, perlu diperhatikan juga ada emiten yang memiliki eksposur biaya dan utang dalam dolar sehingga jika dikonversi ke rupiah nilainya akan lebih besar lagi,” jelasnya.

Meskipun emiten telah mengantisipasi hal tersebut dengan hedge, papar dia, tetap akan memberikan sentimen negatif di pasar karena pelaku pasar memiliki penilaian sendiri. “Kalau eksposure hampir mendekati Rp12 ribu, pelaku pasar akan segera membuka catatan laporan keuangan emiten, kemudian dikalkulasikan. Dan pelaku pasar tentu akan cenderung keluar jika kondisinya demikian,” terangnya.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Azis memperkirakan dalam minggu ini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika akan bisa menembus Rp12.500-13.000. Alasannya, karena penurunan nilai impor yang akan bisa mempengaruhi pelemahan rupiah ini. Meskipun banyaknya barang impor, namun nilai impor sangat rendah dimana daya beli masyarakat atas barang impor yang rendah dan ini akan mengakibatkan pelemahan rupiah bisa mencapai Rp13.000.

“Dengan banyak barang impor di masyarakat dan tingkat daya beli masyarakat yang rendah dalam menyerap barang impor ini akan bisa menyebabkan pelemahan rupiah. Sedangkan pelemahan nilai tukar rupiah ini yang diuntungkan adalah sisi ekspornya dikarenakan nilai jualnya akan menjadi tinggi,” urai dia.

Menurut Harry, salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah buah kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan impor bahan jadi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan kebijakan impor ini, pemerintah tidak memikirkan jangka panjang dari impor ini dimana kebutuhan valuta asing yang meningkat sehingga bisa melemahkan nilai rupiah.

“Kebijakan impor menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah sehingga kebijakan ini perlu ditinjau ulang untuk menguatkan rupiah,”  ujarnya.

Pemerintah, tegas Harry, telah gagal dalam mengendalilam nilai tukar rupiah yang dapat dibuktikan dari pelemahan rupiah yang hampir mendekati level Rp12.000 per dolar AS. Kondisi rupiah tahun ini tidak sesuai dengan dengan asumsi APBN, padahal dalam asumsi makro yang disampaikan dan disahkan di APBN Perubahan 2013, rupiah dipatok di level Rp9.600 per US$.

“Hal ini mencerminkan pemerintah gagal dalam mengendalikan rupiah, apabila pemerintah bisa melakukan perbaikan ekonomi, seharusnya nilai tikar rupiah bisa menguat dan bukanlah malah menurun,” jelas dia.

Menurutnya, saat ini DPR sedang melakukan pengawasan kepada pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi untuk memperkuat kondisi rupiah dan menstabilkan perekonomian Indonesia. Dalam waktu dekat ini, DPR akan melakukan pemanggilan terhadap pemerintah untuk menjelaskan kebijakan apa yang sudah ditempuh dan bagaimana realisasinya terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.

“DPR sebagai lembaga pengawasan terhadap kinerja pemerintah akan mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan yang tepat dalam pemulihan perekonomian ini, termasuk pelemahan rupiah ini yang kerap terjadi,” tambah Harry.

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…