Hari Perumahan Nasional 2013 - Sektor Perumahan Ditinggal Pemerintah

Sudah setahun lebih pemerintah absen dari sektor perumahan. Kalau pun ada Menteri Perumahan Rakyat, kehadirannya nyaris tak terdengar apalagi terlihat. Tak heran kalau semua program perumahan tak ada satupun yang mencapai target.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wajah Enggartiasto Lukita berapi-api saat memuntahkan kegusaran dalam rentetan kata-kata yang lesatannya melebihi kencangnya muntahan peluru AK47. Wajar saja pengembang senior ini kesal lantaran sektor perumahan telah lebih dari setahun ditelantarkan pemerintah. Bahkan boleh dibilang, pemerintah sudah tak peduli lagi rakyat bisa punya hunian layak atau tidak.

Sikap masa bodoh pemerintah terhadap masalah hunian rakyat diperlihatkan secara nyata oleh kemandulan Menteri Perumahan Djan Faridz dalam merealisasikan program penyediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi rakyat kelompok menengah ke bawah.

Lihat saja fakta di lapangan. Dari target penyediaan rumah sejahtera tapak yang disubsidi dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 120 ribu unit tahun ini, realisasinya tak sampai 50%. Tak heran kalau jumlah rakyat yang belum memiliki bertambah besar, bahkan angkanya sudah menembus belasan juta. Sementara program-program lain, seperti rumah murah, bantuan rumah swadaya sampai rumah susun, juga tak jelas progresnya.

Malah sebenarnya, sepanjang setahun terakhir, tak ada lagi peran dan kehadiran pemerintah di sektor perumahan.

Enggartiasto bercerita, Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz bukannya mendukung program perumahan, malah ingin menarik dana FLPP dari Bank Tabungan Negara (BTN) untuk dipindahkan ke bank lain. Padahal, jelas-jelas hanya BTN yang mampu menjadi penyalur dana KPR FLPP. Sementara bank lain tak punya kompetensi dan kemampuan. Lantaran Djan Faridz ngotot, Enggar pun mengancam akan mengajak nasabah BTN untuk mengambil dananya di BTN bersama-sama (rush). Dengan begitu BTN terancam kering dananya. “Kalau BTN kolaps dan sebagai bank berdampak sistemik akan menulari bank lain hingga Indonesia krisis, maka saya akan bilang semua itu penyebabnya adalah Djan Faridz,” tegas Enggar.

Setelah diancam Enggar, barulah Djan Faridz membatalkan niatnya menarik semua dana FLPP dari BTN.

Tapi sejak itu ketidakpedulian Djan Faridz makin menjadi-jadi. Hampir di setiap ajang pertemuan di antara para stakeholder perumahan Menpera selalu absen. Puncaknya pada silaturahmi stakeholder perumahan yang memperingati Hari Perumahan Nasional di Semarang dan di Jakarta, Menpera absen. Padahal salah satu penyelenggaranya adalah Kantor Kementerian Perumahan Rakyat.

Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso, sampai patah arang melihat sikap Djan Faridz hingga tak mau lagi menghadiri acara apapun yang diundang Djan Faridz. Boleh jadi Maharso kecewa berat melihat Djan Faridz melecehkan para pengembang yang sudah berjibaku membantu penyediaan hunian murah bagi masyarakat.

Wajar saja kalangan pengembang kesal pada Djan Faridz. Betapa tidak, Djan Faridz adalah satu-satunya Menteri Perumahan Rakyat yang miskin prestasi. Bayangkan, dalam kiprahnya yang hampir dua tahun, tak satupun program yang bisa mencapai target alias gagal. Padahal, angka kebutuhan masyarakat terhadap rumah makin tinggi.

Djan Faridz malah sibuk menggelar pameran perumahan di berbagai kota besar. Masalahnya, sebanyak apapun pameran perumahan digelar, kalau pengembang enggan membangun sebagai bentuk protes terhadap Djan Faridz, maka pasokan rumah tak akan ada di pasaran.

Tak heran kalau Ketua Umum REI berkomentar, pameran perumahan yang digelar Kementerian Perumahan hanya menghambur-hamburkan uang negara saja. Dana-dana tersebut, seharusnya bisa menjadi dana subsidi untuk masyarakat yang membutuhkan hunian layak, namun daya belinya kurang kuat.   

Maharso bahkan menegaskan, absennya pemerintah dalam sektor perumahan membuat angka backlog tahun ini menembus 15 juta unit. Lantaran kebutuhan rumah baru setiap tahunnya mencapai 780 unit secara nasional. “Sementara kita hanya bisa membangun 400-500 ribuan unit per tahunnya,” ungkap Setyo

Dalam pandangan Maharso, untuk menekan angka kebutuhan rumah diperlukan terobosan baru oleh pemerintah, mengingat daya beli masyarakat juga masih rendah, khususnya kalangan menengah. REI mengusulkan pemerintah dapat menggunakan skema sewa beli.

“Misalkan tenor bisa sampai 25 tahun, tiga tahun dulu cicil uang muka, kemudian baru nyicil rumah. Bank Indonesia (BI) sudah setuju dan bank-bank juga mau. Tinggal kemauan pemerintah saja,” jelasnya.

Penyediaan perumahan untuk rakyat sebenarnya merupakan tanggung jawab negara atau pemerintah. Namun, karena pemerintah sudah tak peduli dan absen dalam penyediaan hunian layak dan terjangkau, akhirnya dunia usaha yang mengambil alih peran dan beban pemerintah. Harusnya, pemerintah berterima kasih sudah dibantu, bukannya malah membuat susah dengan berbagai macam regulasi yang aneh-aneh. Tapi, inilah Indonesia. Negara dengan pemerintah yang tidak bermutu dan hanya membuat susah rakyat saja. Selamat Hari Perumahan Nasional.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…