Batasan Barang Mewah Rp2 Juta Tidak Relevan

NERACA

Jakarta – Menteri Keuangan Chatib Basri menganggap batasan barang mewah dengan harga di atas Rp2 juta sudah tidak relevan lagi. “Kadang aturannya suka aneh. Jam tangan saja yang harganya di atas Rp2 juta kategorinya mewah. Yang seperti begini harus diselesaikan. Kalau jam tangan, saya rasa semua orang banyak yang pakai itu, itu yang kita betulkan,” kata Chatib di Jakarta, Senin (26/8).

Pengatur suhu udara (AC) berkekuatan setengah PK, menurut Chatib, juga seharusnya tidak lagi masuk kategori barang mewah. Apalagi dengan melihat fakta bahwa saat ini sudah banyak produk AC buatan China yang dijual dengan harga murah. Pemerintah akan merevisi barang impor yang masuk kategori mewah. Revisi ini terkait dengan penentuan penghapusan pajak atas barang mewah. Penghapusan pajak atas beberapa barang yang sebelumnya masuk kategori barang mewah tersebut dimaksudkan untuk membuat pasar lebih kompetitif.

Dengan pengaturan ulang tersebut, Chatib berharap persoalan penyelundupan barang dapat ditekan serendah mungkin. “Penyelundupan terjadi kalau ada disparitas harga yang masuk. Jadi kalau dihilangkan pajak barang mewahnya, produk itu akan bisa bersaing,” kata Chatib. Sebagai penyeimbang dalam kategorisasi ulang ini, pemerintah akan menaikkan besaran pajak penjualan barang mewah untuk mobil impor dan bermerek yang diimpor utuh.

Pengamat EC-Think Telisa Aulia Falianty mengatakan dengan dinaikkannya batasan barang mewah, maka tidak akan mengurangi pendapatan pajak secara signifikan, asalkan kenaikan batas tersebut setara dengan inflasi yang terjadi. Kebijakan ini baik untuk menjaga daya beli, seirama dengan keep buying strategy yang digembor-gemborkan pemerintah,” kata Telisa kepada Neraca, kemarin. Namun begitu, lanjut Telisa, jika kenaikan batas itu melebihi nilai inflasi, maka akan ada pendapatan pajak yang tergerus. Di satu sisi akan meningkatkan daya beli masyarakat karena barang yang ada di pasar di jual dengan harga rendah, tetapi di sisi yang lain, pendapatan pajak akan berkurang, meskipun tidak terlalu besar. [iqbal]

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…