Ancaman Kerawanan Eksternal

Rencana kenaikan BBM yang berlarut larut, meningkatkan ketidakpastian hingga memicu turunnya prospek ekonomi Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional.

Standard & Poor menurunkan outlook dari positif menjadi stabil. Alasannya, defisit neraca dagang, meningkatnya utang luar negeri swasta, maupun besarnya subsidi terus membebani fiskal Indonesia.    

Bank Dunia menurunkan perkiraan atas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini karena pemulihan yang lebih lambat dari yang diperkirakan terkait ekspor, prospek yang lebih lemah untuk investasi asing dan harga-harga komoditas yang lebih rendah.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,9% pada 2013, turun dari perkiraan pada Maret yaitu 6,2%.

Indonesia dinilai telah menyiakan nyiakan banyak momentum positif untuk memulihkan prospek ekonomi makro.

Disamping faktor faktor diatas, ada masalah lain yang rawan bagi struktur perekonomian Indonesia. Yakni yang oleh Asian Development Bank digambarkan sebagai meningkatnya kerawanan eksternal (external vulnerability) bersumber dari dominannya elemen utang jangka pendek, saham milik asing dan obligasi milik asing dibanding cadangan devisa.

Industri asuransi dapat berperan lebih besar untuk memperbaiki struktur perekonomian Indonesia dari kerawanan eksternal, karena dana asuransi bersifat berjangka panjang dibanding dana perbankan dan pasar modal.

Hadirnya BPJS Kesehatan 1 Januari 2014 yang akan datang sebagai bagian dari Sistim Jaminan Sosial Nasional yang bersifat universal bagi seluruh penduduk, merupakan optimisme baru untuk mengurangi kerawanan eksternal perekonomian nasional.

Penetrasi asuransi dan pengeluaran asuransi per kapita Indonesia yang masih sangat rendah masing masing sebesar 1,9% PDB dan US$49,7, dibanding penetrasi asuransi emerging market Asia yang mencapai 3,7% PDB dan pengeluaran asuransi per kapita sebesar US$111 di tahun 2010, membuka peluang bagi industri asuransi yang luas.

Secara makro hanya 19,6% penduduk Indonesia berusia 15 tahun keatas yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal. Dibandingkan dengan India 35,2%, Malaysia 66,2% dan Thailand 72,7%.

Program Bank Indonesia untuk mengintegrasikan platform telekomunikasi dan perbankan dalam program branchless banking guna meningkatkan financial inclusion seluas mungkin penduduk, patut diikuti oleh industri asuransi untuk menjangkau sebanyak mungkin anggota masyarakat berasuransi. Diyakini semakin besar jumlah penduduk memiliki akses kepada jasa jasa keuangan termasuk asuransi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional secara berkesinambungan.

Micro insurance mulai menjadi perhatian oleh sejumlah pelaku asuransi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lembaga lembaga internasional karena bagian terbesar dari klas menengah Indonesia berada di lapisan bawah dan 70% angkatan kerja bekerja di sektor informal.

Dengan demikian usaha meningkatkan financial literacy dan financial inclusion bagi sebagian besar penduduk, dapat mengurangi kerawanan struktur perekenomian nasional dari ketergantungan dana asing dan bersifat jangka pendek.

BERITA TERKAIT

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

BERITA LAINNYA DI

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…