Danamon Prediksi BI Rate Bertahan

NERACA

Jakarta - Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Dian Ayu Yustina, memperkirakan Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6,5%. Namun begitu, menaikkan BI Rate merupakan opsi terakhir jika inflasi makin tinggi serta dampak kenaikan harga BBM masih terjadi hingga dua bulan mendatang. “Kami masih mempertahankan proyeksi kalau BI Rate masih berada pada kisaran 6,5% hingga akhir tahun 2013,\" ungkapnya, melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, pekan lalu.

Selain itu, kata Dian Ayu, pertumbuhan ekonomi pada 2013 hanya mencapai angka 5,88% (year on year/yoy), lantaran terjadi perlambatan dari segi konsumsi. \"Laju inflasi yang cenderung bergelombang akan mempengaruhi daya beli, dan memperlambat konsumsi rumah tangga secara signifikan,\" ujarnya.

Dia menjelaskan konsumsi dapat sedikit meningkat menjelang Lebaran karena adanya permintaan musiman, serta persiapan untuk penyelenggaraan pemilihan umum menjelang akhir tahun. \"Pertumbuhan di triwulan IV 2013 dapat sedikit pulih, karena meningkatnya pengeluaran dalam persiapan untuk pemilihan umum dapat memberikan dorongan kepada permintaan domestik,\" terangnya.

Dian Ayu mengatakan angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 sebesar 5,81% yoy merupakan angka terendah sejak September 2010, dan hal itu karena laju konsumsi mulai moderat karena adanya ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bensin. \"Konsumsi rumah tangga melambat 5,06% (yoy) sedikit dibawah perkiraan kami yang sebesar 5,11%, dan lebih rendah dibandingkan triwulan pertama yang 5,17%,\" katanya.

Adapun pertumbuhan investasi pada triwulan dua juga menurun karena kinerja penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI) melambat akibat turunnya impor barang modal, yang menjadi pendukung utama investasi. Menurut Dian Ayu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan dua masih didukung oleh sektor jasa, khususnya transportasi dan komunikasi. Sedangkan sektor keuangan dan real estate melambat karena turunnya pertumbuhan kredit di sektor perbankan.

\"Sektor pertambangan masih tertekan karena masih lemahnya perekonomian global, namun sektor manufaktur relatif stabil dibandingkan kinerja pada triwulan pertama,\" ungkap dia. Dian Ayu mengatakan perlambatan ekonomi ini dapat mempengaruhi kinerja pasar keuangan sebagai konsekuensi dari meningkatnya laju inflasi di lingkungan eksternal yang lemah akibat krisis. [ardi]

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…