Produsen Lokal Enggan Berekspansi - Impor Pakaian Jadi Terus Meningkat

NERACA Jakarta - Menjelang hari raya Idul Fitri,permintaan untuk produk pakaian jadi diproyeksikan meningkat tajam.Namun yang menjadi masalah adalah impor produk pakaian jadi juga melonjak tahun ini akibat keengganan sebagian besar pengusaha mengolah produk tersebut di dalam negeri. Ketua Harian Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) Suryadi Sasmita menuturkan keengganan pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengolah di dalam negeri mulai terjadi sejak beberapa tahun lalu .Pengusaha mengeluhkan berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak mendukung kalangan usaha.\"Maraknya demo buruh,naiknya Tarif Dasar Listrik,seretnya pasokan gas juga memengaruhi keinginan pengusaha sektor TPT untuk berekspansi lebih jauh,\" ujarnya saat dihubungi Neraca,Kemarin. Akibat kondisi tersebut, pelaku industri beralih haluan dari produsen menjadi trader yang dipasok dari China.Hal itu ditambah dengan penetrasi pasar China yang sangat gencar ke kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia, yang memiliki pasar terbesar di kawasan. Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) mencatat nilai impor pakaian jadi ilegal diperkirakan mencapai US$2,88 miliar pada tahun ini. Sekretaris Jenderal Apsyfi Redma G. Wirawasta menuturkan dari total konsumsi nasional, industri lokal memenuhi hingga 60% kebutuhan garmen di dalam negeri. Penetrasi produk impor tercatat sebesar 15%, sedangkan 25% lainnya merupakan produk ilegal. ”Berdasarkan perhitungan pembanding kami dengan alokasi konsumsi PDB di data BI, jumlah yang dibeli selalu lebih besar dibandingkan dengan produk yang dijual. Kalau konsumsi lokal itu sekitar 1,4 juta ton, yang dijual lebih kecil. Artinya, ada yang dibeli tapi tidak legal,” ujarnya.Dengan perhitungan populasi mencapai 240 juta jiwa, konsumsi garmen nasional bisa mencapai 1,53 juta ton per tahun.Dengan perhitungan harga sekitar US$7,5 per kg, maka angka itu setara dengan US$11,52 miliar. Redma menambahkan hingga akhir tahun 2012, nilai surplus perdagangan TPT nasional turun dari biasanya US$5–6 miliar menjadi US$2 miliar.”Indonesia masih mengimpor banyak kain meski kain impor digunakan sebagai bahan baku produksi untuk tujuan ekspor,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…