Produksi Perikanan Budidaya Terus Dipacu

NERACA

 

Jakarta – Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus meningkatkan produktivitas industri perikanan budidaya. Pada catatan realisasi semester I-2013 ini, empat komoditas industrialisasi perikanan budidaya yaitu udang, bandeng, patin, dan rumput laut telah mencapai hampir separuhnya.

“Kita memang terus memacu produktivitas di industri perikanan budidaya. Karena pada 2013 ini memang menargetkan peningkatan hingga 36% dibanding tahun sebelumnya. Di tahun 2012 realisasi produksi mencapai 9,45 juta ton. Nah, tahun ini targetnya produktifitas mencapai 13,02 juta ton,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Sobjakto di Jakarta, Selasa (30/7).

Secara rinci pada semester I 2013 ini produktifitas udang meningkat sebanyak 26,58% atau 320.000 ton. Sedangkan realisasi periode yang sama pada tahun 2012 tercatat sampai 252.800 ton. Pada tahun 2013 produktifitas komoditas ini targetnya mencapai 608.000 ton. Artinya pada semester I 2013 ini telah tercapai 53%.

Untuk bandeng realisasi semester I 2013 ini produktifitas telah mencapai 273.332 ton atau 45% dari target 2013 yaitu 604.000 ton. Jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 259.470 bandeng mengalami peningkatan sebanyak 5,34%. Adapun wilayah utama industri bandeng masih terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti kawasan Pantura (Pantai Utara) terutama di Kendal dan Jawa Timur tepatnya di Gresik dan Sidoarjo.

“Bandeng memang akan terus maju. Bahkan menjadi komoditas andalan kita untuk ketahanan pangan masyarakat. Karena pangsa pasarnya bagus. Masyarakat suka dan ongkos produksinya pun tidak mahal,” jelas Slamet.

Begitu juga dengan patin. Pada semester I 2013 ini realisasi telah mencapai 33% atau 248.861 ton dari target 1.107.000 ton untuk tahun ini. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012, patin mengalami peningkatan sebanyak 43,34% yang waktu itu tercatat capaian produktifitas patin hingga 173.500.

Meski belum mencapai setengahnya tapi Slamet menilai untuk industri patin ini sudah mulai bagus progresnya. Lokasi industri komoditas ini tersebar di Jambi, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur. Khusus di Jambi bahkan sudah terbentuk pabrik filage untuk patin. “Kualitas patin semakin membaik. Tidak ada lagi keluhan tentang bau dan warnanya. Jadi sekarang kita tinggal menggenjot produksinya saja. Karena dari sisi lain pengolahan dan marketingnya kita sudah tidak masalah,” tambahnya.

Sedangkan rumput laut realisasi semester I 2013 ini telah mencapai 47% atau 3.501.583 ton dari target tahun 2013 yaitu 7.500.000 ton. Jika dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun 2012 rumput laut mengalami peningkatan sebanyak 7,5% yang waktu itu tercatat mencapai 3.257.427 ton. Adapun wilayah utama industri rumput lat terkonsentrasi di Kalimantan Timur, Sulawesi tengah, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Melihat catatan realisasi semester I tahun ini bisa dibilang cukup memuaskan. Sehingga kedepannya kita akan terus mendorong pembudidaya dan mitra untuk meningkatkan produktifitas agar mencapai target 2013,” ungkap Slamet.

Revitalisasi Tambak

Adapun sebagai langkah lanjut untuk mendorong produktifitas ikan budidaya KKP telah melakukan revitasisasi bekas tambak yang sudah tidak digunakan. Sejauh ini KKP telah merivitalisasi 540 hektar lahan tambak tidak terpakai yang tersebar di seluruh Indonesia. Ditargetkan tiap hektar lahan revitalisasi itu dapat memproduksi 8 – 10 ton ikan budidaya dan dapat panen hingga 3-4 bulan sekali. “Biaya revitaslisasi sekitar Rp 350 juta per hektarnya. Dengan begitu nilai perikanan budidaya sejak tahun Januari 2013 sudah melonjak hingga Rp 30M,” ujar Slamet.

Selain itu KKP juga tengah mendorong kemitraan untuk mendongkak produktifitas ikan budidaya. Untuk itu sangat diharapkan banyak perusahaan yang mau menyandarkan modal untuk ini. Dengan syarat memiliki modal yang cukup, keahlian manajemen, dan mampu menyediakan pasar. Slamet mengaku sejauh ini sudah banyak bank-bank yang mau memperkuat modal. Sedangkan pemerintah nanti tugasnya memfasilitasi dan monitoring saja termasuk memberi sertifikat kepada pembudidaya. Karena unit usaha budidaya sudah harus bersertifikat sekarang. Bank juga akan memberi kemudahan agunan kredit bagi pembudidaya yang bersertifikat.

“Tahun ini targetnya sekitar 7.000 pembudidaya sudah bersertifikat. Sekarang sudah 4.532 pembudiaya. Pemberian sertifikat ini gratis. Tinggal kesadarannya masyarakat apakah mau mengurus atau tidak. Sejauh ini memang belum muncul kesadaran dari masayarakat,” tukas Slamet.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…