DI TENGAH TURBULENSI EKONOMI INDONESIA - Perbankan Meraup Laba Besar

Jakarta- Meski saat ini terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional lantaran terpengaruh ekonomi global, sejumlah bank besar mencatatkan kinerja yang memikat hingga di semester I- 2013. Mereka diantaranya adalah Bank BNI, BCA, Mandiri, BII dan Bank OCBC-NISP yang menikmati laba bersih tahunan (year on year/yoy) rata-rata 15%-30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

NERACA

Menurut catatan Neraca, Senin (29/7), Bank Mandiri sebagai bank BUMN yang beraset terbesar di Indonesia ini meraih laba bersih meningkat 16%, dari Rp7,1 triliun di semester I 2012 menjadi Rp8,3 triliun pada periode yang sama tahun ini. Kenaikan laba bersih ini ditopang perolehan kenaikan pendapatan operasional yang mencapai Rp22,9 triliun di enam bulan pertama 2013, atau naik 17,8% dari periode sebelumnya tahun lalu.

Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 22,3% menjadi Rp428,7 triliun pada triwulan II 2013 dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp350,4 triliun. Pencapaian ini mendukung peningkatan total aset Bank Mandiri menjadi Rp672,2 triliun atau tumbuh 17,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp571,8 triliun.

Sementara itu, kualitas aset produktif juga tetap terjaga dengan baik, yang terlihat pada rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) netto sebesar 0,55%. \"Kenaikan penyaluran kredit terjadi di seluruh segmen bisnis dengan pertumbuhan pada segmen mikro, yang mencapai 51,8% menjadi Rp23,9 triliun,\" kata Dirut Bank Mandiri Budi G. Sadikin di Jakarta, Senin (29/7).

Budi memaparkan, net interest margin (NIM) perseroan berhasil mencapai angka 5,34% di semester I 2013. Hal ini menunjukan peningkatan sebanyak 0,1% yoy dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berhasil mencapai 5,24%. Lebih jauh Bank Mandiri mengklaim catatan pertumbuhan ini bukan hanya menunjukan progresifitas secara kuantitas namun juga secara kualitas.

Dia mencontohkan bila turunnya gross NPL dari total kredit sebanyak 0,18% yoy dan net NPL dari total kredit sebanyak 0,08% yoy. Sedangkan ekuitas meningkat sebanyak Rp12,362 miliar dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp67,1 miliar menjadi Rp79,462 miliar.

Bank BUMN lainnya, BNI pada periode yang sama meraih pendapatan bunga bersih (net interest income) yang bertumbuh 23,1% menjadi Rp 8,896 triliun, menyusul kemudian pendapatan non-bunga (non interest income) yang tumbuh 22% menjadi Rp 4,56 triliun. Kedua sumber pendapatan itu menciptakan pendapatan operasi BNI menjadi sebesar Rp 13,45 triliun, atau melonjak 22,7% lebih tinggi dibanding semester I-2012.

“Peningkatan pendapatan operasi kami merupakan buah dari upaya BNI untuk terus meningkatkan ekspansi kredit yang fokus pada para pelaku usaha di delapan sektor unggulan yang mencapai 70% dari total portofolio kredit BNI. Ekspansi itu kami imbangi dengan memperkuat kajian risiko karena kami fokus pada pertumbuhan aset yang berkualitas,” ujar Wakil Dirut BNI Felia Salim di hadapan sejumlah pemred media massa, kemarin.

Menurut Felia,  Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 74% pada semester I tahun lalu menjadi 84% pada semester I-2013. Peningkatan kredit ini didominasi oleh kredit dalam mata uang rupiah. “BNI tetap mengutamakan kucuran kredit di dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Peningkatan kredit ini menunjukkan fungsi BNI sebagai intermediary semakin baik,” tutur dia.

Sementara Bank BCA berhasil mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp6,3 triliun, meningkat sebesar 19,3% dari periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp5,3 triliun. Sedangkan untuk pendapatan operasional pada semester pertama ini meningkat 22,5% menjadi Rp15,7 triliun dari tahun lalu yang sebesar Rp12,8 triliun.

Dirut BCA, Jahja Setiaatmadja mengaku BCA senantiasa berupaya menyempurnakan platform perbankan transaksi dengan melakukan investasi dan mengembangkan jaringan, fasilitas dan sumberdaya manusia secara konsisten. “Meningkatnya kontribusi kredit terhadap total aset produktif dan telah stabilnya yield secondary reserves berhasil mendorong peningkatan margin bunga bersih (NIM) sebesar 61 bps yoy menjadi 5,95%,” ujarnya.

Untuk total portofolio kredit BCA tercatat sebesar Rp280,4 triliun pada 30 Juni 2013 meningkat 24,1% dibandingkan Rp 226,0 triliun pada Juni 2012. “Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposite ratio/LDR) BCA meningkat menjadi 73,2% pada Juni 2013 dari 65,5% pada Juni 2012,” kata dia.

Lalu Bank BII juga tak mau kalah, di mana perseroan mencatat laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp681 miliar untuk semester I-2013. Angka tersebut meningkat 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara laba sebelum pajak, BII meningkat 17% menjadi Rp966 miliar dibandingkan Rp824 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan kinerja pada semester I-2013 didukung oleh pertumbuhan pada pendapatan operasional dan penurunan provisi yang signifikan yang disertai dengan pertumbuhan yang cepat pada biaya operasional. Peningkatan bunga bersih BII tercatat sebesar 9% dari Rp2,6 triliun pada Juni 2012 menjadi Rp2,8 triliun pada Juni 2013 meskipun terjadi perlambanan kredit pada kuartal pertama tahun ini.

Dirut BII, Dato’ Khairussaleh Ramli menuturkan, persaingan ketat antarbank, baik dalam kredit maupun simpanan telah memberikan tekanan pada marjin bunga bersih di seluruh industri perbankan, dan menyebabakan penurunan NIM BII menjadi 5,34% pada Juni 2013 dari 5,89% tahun lalu.

“BII juga mencatat peningkatan 5% pada fee based income dari Rp1,11 triliun menjadi Rp1,17 triliun, terutama berasal dari fee corporate deals, transaksi treasury, penggunaan kartu kredit, trade finance, remittance dan lain-lain,” terangnya, melalui keterangan tertulisnya di Jakarta. Rasio kredit bermasalah-kotor (gross NPL) BII turun menjadi 1,43% per 30 Juni 2013 dari 2,11% per 30 Juni 2012. Rasio kredit bermasalah-bersih (net NPL) juga turun menjadi 0,73% dari 0,98%.

Pada bagian lain, Dirut OCBC NISP, Parwati Surjaudaja memaparkan, sepanjang semester I 2013 perseroan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp536 miliar, naik 32% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp407 miliar. Kenaikan laba bersih ini dihasilkan oleh pendapatan bunga bersih yang meningkat 23% menjadi Rp1,5 triliun, adri periode yang sama tahun lalu Rp1,2 triliun.

Dilihat dari sisi kredit, total dana yang telah disalurkan mencapai Rp56,9 triliun atau tumbuh 19% yoy. Di samping itu, terjadi penurunan rasio kredit bermasalah (NPL) net menjadi 0,4% dari 0,5% di periode yang sama tahun lalu. Adapun DPK perseroan berhasil sebesar Rp57,892 miliar. Angka tersebut naik sebesar 23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang hanya Rp51,830 miliar.

Gain Besar

Menanggapi hal ini, Kepala Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, terjadinya peningkatan laba di semester pertama ini karena kondusifnya perbankan untuk menarik dana likuid dari Bank Indonesia (BI). “Mereka melihat ada potensi yang besar pada kredit, jadi mereka agresif untuk menyalurkan kredit,” ujarnya kepada Neraca, Senin.

Lana juga menjelaskan, perbankan yang mengurangi dana dari BI karena di sana perolehan income-nya lebih murah. “Dahulu sekitar 4%. Jadi untuk apa mereka menyimpan di BI jika di kredit bisa dapat yang lebih tinggi sekitar 9%-10%,” terang dia. Lebih lanjut Lana mengatakan, jika BI Rate dinaikkan menjadi 7%, misalnya, maka para bankir menjadi kegirangan lantaran mereka akan bisa mengambil keuntungan yang lebih besar lagi.

“Nah, yang menjadi korban tentunya sektor riil karena makin sulit dapat kredit,” tegas Lana. Perbankan memperoleh laba berasal dari pendapatan yang dikurang biaya, pendapatan kredit, fee based income dan interest income di luar kredit. [lulus/sylke/ardhi]

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…