ALFA Go Private Menyusul AQUA dan Dynaplast

NERACA

JAKARTADalam rangka pengembangan bisnis lebih kompetitif, PT Alfa Retailindo Tbk (ALFA) telah mendapatkan persetujuan dari pemegang sahamnya untuk melakukan go private.

 “Kita memutuskan untuk go private karena kita tidak membutuhkan dana lagi dari masyarakat," kata Legal Director Carefour Indonesia Farida Helianty di Jakarta, Kamis (30/6).

Menurutnya, alasan perseroan untuk go private adalah saham perseroan dinilai tidak aktif diperdagangkan dan tidak likuid. Di mana pemegang saham publik hanya berjumlah 60 pemegang saham atau sebesar 0,46%.

Selain itu,selama tiga kali RUPS terakhir yang pernah diadakan oleh perseroan hanya dihadiri oleh satu atau dua pemegang saham publik. Dia menuturkan, manfaat bagi pemegang saham publik adalah harga penawaran yang premium, lalu pemegang saham publik yang menjual saham hanya dikenakan PPh final dengan tarif 0,1% atau 0,6% (apabila yang dijual saham pendiri).

Manfaat lainnya adalah seluruh biaya sehubungan dengan transaksi penjualan saham (tidak termasuk pajak) akan ditanggung oleh PT Carrefour Indonesia sebagai pihak yang akan membeli semua saham publik yang akan dijual.

Sementara setelah dilakukan rencana go private ini, perseroan berencana akan melakukan tender offer sebanyak 2,135 juta saham di mana harga penawaran saham tender offer adalah 4.500 per lembar saham. PT Carrefour Indonesia pun menyediakan dana sekira Rp9 miliar untuk melakukan proses tender offer tersebut, dana itu pun bersumber dari dana internal perusahaan.

Sebelumnya, PT Alfa Retailindo sempat berurusan dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait PT Carrefour yang akan mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. Sebagaimana diketahui, Carrefour menyanggah adanya tuduhan bahwa Carrefour lebih dominan di pasar retail Indonesia sejak mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk. Selain itu, juga menyanggah adanya tudingan bahwa Carrefour Indonesia melakukan monopoli di pasar up-stream (pemasok).

Asal tahu saja, disetujuinya ALFA go private menjadi deretan panjang perusahaan yang hengkang listing di pasar modal setelah AQUA dan PT Dynaplast Tbk (DYNA). Menurut Pengamat Pasar modal Nikko Securities Adler Manurung mengakui, rencana perusahaan go public menjadi go private sedang menjadi trend saat ini. Dimana kondisi ini tercipta karena perseroan salah dalam perhitungan dan juga akibat biaya yang dikeluarkan cukup besar karena harus mengikuti aturan main pasar modal. “Perusahaan capek dengan peraturan yang ada soal pasar modal, mulai dari tuntutan transparansi dan keterbukaan sehingga menguras biaya cukup besar,” katanya.

Menurutnya, banyak faktor yang melatarbelakangi keputusan perusahaan menjadi go private. Baik karena saham yang diperdagangkan tidak likuid, ada keuntungan lebih yang tidak mau dibagi hingga biaya besar yang dikeluarkan. Namun yang pasti pihak BEI dan Bapepam LK mempunyai andil tanggung jawab dibalik hengkangnya emiten dari pasar modal.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Adira Finance Bukukan Laba Bersih Rp432 Miliar

Di kuartal pertama 2024, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance membukukan peningkatan laba bersih sebesar 4%…

BTN Sayangkan Demo Anarkis di Kantor Pusat BTN

Aksi demonstrasi yang terjadi di kantor pusat PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mulai meresahkan, pada hari kedua aksi unjuk…

Bank BJB Cetak Laba Bersih Rp453 Miliar

Di kuartal pertama 2024, bank bjb berhasil meraup laba sebelum pajak hingga Rp453 miliar tumbuh 1,6% year on year (yoy)…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Adira Finance Bukukan Laba Bersih Rp432 Miliar

Di kuartal pertama 2024, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance membukukan peningkatan laba bersih sebesar 4%…

BTN Sayangkan Demo Anarkis di Kantor Pusat BTN

Aksi demonstrasi yang terjadi di kantor pusat PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mulai meresahkan, pada hari kedua aksi unjuk…

Bank BJB Cetak Laba Bersih Rp453 Miliar

Di kuartal pertama 2024, bank bjb berhasil meraup laba sebelum pajak hingga Rp453 miliar tumbuh 1,6% year on year (yoy)…