Momentum Bulan Puasa - Saham Sektor Konsumer Merangkak Naik

NERACA

Jakarta – Naik turunnya saham sektor konsumer menjadi pertanda bahwa sektor ini kurang bagus untuk dikoleksi meskipun saat ini rata-rata tingkat pendapatan emiten sektor konsumer meningkat di tengah bulan puasa.

Analis pasar modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan, sektor konsumer memang cukup mengalami penurunan akibat kondisi pasar yang sedang negatif. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurang diminatinya sektor ini meskipun pada bulan puasa diperkirakan pendapatan emiten di sektor konsumer naik mencapai 30%, namun hal tersebut tidak akan berdampak langsung pada sahamnya.“Suplai uang yang beredar saat ini di pasar juga dalam posisi rendah, sehingga hal ini memberi inisiatif kepada pelaku pasar untuk tidak bertransaksi pada sektor ini,”ujarnya kepada Neraca di Jakarta, Kamis (18/7).

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa harga saham pada sektor ini termasuk mahal pada kondisi pasar yang sedang tidak kondusif. Ditambah lagi perilaku pelaku pasar pada awal dan pertengahan bulan yang cenderung melakukan pembatasan transaksi jual maupun beli.“Ini memang siklus yang pada tanggal-tanggal seperti ini hampir sebagian pelaku pasar melakukan pembatasan. Biasanya pada tanggal 25 setiap bulannya konsumer mulai positif kembali hal ini dikarenakan menuju pergantian bulan dan yang berperan disini adalah psikologis pasar”, jelas dia.

Sektor saham konsumer sempat melemah 0,94% ke level 2.020,07 pada perdagangan sesi I Selasa (16/7) lalu. Pada Rabu (17/7), sektor konsumer ditutup pada level 2.083,599 lalu naik 1,79% pada poenutupan perdagangan Kamis (18/7) sehingga menguat 2.120,854.

Walaupun mengalami kenaikan, namun dapat dikatakan masih cukup lemah dan dapat dengan mudah goyah dan turun jika sentimen pasar tidak mendukung. Sehingga Lucky menyarankan agar menghindari sektor ini dan menunggu jelang pergantian bulan. Jika memang akan bertransaksi, dia menganjurkan melakukan transaksi harian.

Sebelumnya, dia mengatakan bahwa sektor konsumer terpengaruh jika pelemahan mata uang rupiah terjadi maka kjonsumer menjadi negatif. Namun, setiap sektor memiliki sikap yang berbeda untuk menyikapi dinamika rupiah dan mata uang lainnya. Karena itu, tidak hanya sektor konsumer yang terkena imbasnya, namun juga beberapa sektor lainnya dengan masing-masing karakter.

Seperti pada sektor insfrastruktur dan pertambangan, jika mata uang rupiah mengalami kenaikan maka hal itu menjadi positif bagi kinerja sektor tersebut. Begitupun dengan sektor telekomunikasi dan perbankan. Sedangkan pada sektor properti, jika rupiah menguat justru cenderung membawa sektor tersebut ke arah negatif.

Diketahui pada penutupan perdagangan Kamis (18/7), saham sektor konsumer yang menguat adalah MYOR naik Rp 2.450 ke Rp 32.600, UNVR naik Rp 1.000 ke Rp 33.900, GGRM naik Rp 450 ke Rp 47.200. Sementara saham konsumer yang alami pelemahan adalah saham HMSP turun Rp 500 ke Rp 83.000. (nurul)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…