Inflasi Juli - BPS: Tergantung Kebijakan Pemerintah

NERACA

Jakarta – Kebijakan pemerintah dalam memastikan suplai komoditas pangan di pasar sangatlah menentukan besaran inflasi Juli ini. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Rabu (17/7). Pantauan harga komoditas pangan yang dilakukan BPS menunjukkan bahwa terjadi peningkatan harga yang cukup tinggi dibandingkan bulan lalu, misalnya daging sapi mengalami peningkatan hingga 70% dan daging ayam sebesar 20%. Pemerintah memutuskan untuk melakukan impor kepada produk-produk yang kurang suplainya seperti bawang merah dan cabai yang diimpor dari China, Vietnam, dan Kamboja.

Kalau antisipasinya cukup, saya kira inflasi bisa terjaga meski tetap tinggi tapi pemerintah sudah aware dengan harga yang masih naik dengan memenuhi kekurangan pasokan dari berbagai sumber termasuk impor. Kementerian Perdagangan akan memberikan kesempatan pada importir-importir lain supaya kebutuhan tercukupi dan harga lebih rendah,” kata Sasmito. Meski begitu, pihaknya tidak menampik bahwa laju inflasi bulan Juli akan tinggi bahkan tertingi sepanjang tahun karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jauh lebih besar dari bulan lalu, dan sentimen lainnya baik bulan puasa maupun tahun ajaran baru. “Berapa besar total inflasi bulan Juli tergantung upaya pemerintah untuk menekan gejolak harga,” ungkapnya. Di sisi lain, dia mengatakan, langkah Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan BI (BI rate) menjadi 6,5% dinilai mampu mengendalikan core inflation dari dampak kenaikan BBM subsidi dan peningkatan tarif sewa rumah. “Kenaikan BI rate tepat supaya menjaga core inflasinya dan tidak melebar terlalu besar,” jelas Sasmito.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan bahwa kontribusi inflasi terbesar bukanlah dari inflasi inti, tetapi dari volatile food seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai. Jadi peningkatan BI rate tidak serta-merta dapat mengurangi inflasi secara keseluruhan, karena yang terpengaruh hanyalah inflasi inti. Pada Juni 2013, inflasi tercatat sebesar 1,03% dengan kontribusi terbesar adalah bensin. Padahal harga bensin bersubsidi baru dinaikkan di minggu terakhir Juni. “Dengan kenaikan hanya di minggu terakhir saja bisa menyebabkan bensin menjadi penyebab inflasi terbesar, apalagi pada Juli ini, efek kenaikan harga bensin akan lebih terasa. Inflasi akibat bensin akan lebih besar lagi,” kata Enny. Bank Indonesia memprediksi inflasi Juli ini akan berkisar pada angka 2,3-2,5%. Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa enggan memprediksi berapa besar inflasi yang akan terjadi pada Juli ini. [iqbal]

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…