Perikanan Budidaya - KKP Panen Udang Asli Indonesia

NERACA

 

Karawang - Jika sebelumnya panen udang vaname berasal dari indukan impor yang dikembangbiakkan di Indonesia, kali ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah berhasil mengembangbiakkan udang asli Indonesia dengan nama Udang Vaname Nusantara 1 (VN1). Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Subyakto saat melakukan panen udang vaname nusantara I di Balai Layanan Usaha Perikanan Budidaya  (BLUPB) di Karawang, Jawa Barat, Kamis (4/7).

Slamet menuturkan salah satu cara untuk menjamin keberhasilan program demfarm adalah dengan menyediakan benih dengan kualitas yang bagus. \"Udang Vaname Nusantara I merupakan salah satu solusi untuk menjamin ketersediaan benih udang bermutu untuk mendukung keberhasilan program revitalisasi tambak. Udang Vaname Nusantara I ini merupakan produk asli dalam negeri yang siap menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena mampu bersaing dengan produk impor,\" katanya.

Udang VN-1 merupakan komoditas unggul yang di rilis berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.78/MEN/2009. Udang VN-1 ini memiliki keunggulan pertumbuhan lebih cepat, ukuran seragam dan bebas dari virus TSV (Taura Syndrome Virus), WSSV (White Spot Syndrome Virus), IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus) dan IMNV (Infectious Mio Necrosis Virus).

“Pada saat awal di rilis, banyak pembudidaya yang masih mempertanyakan kualitas dari Udang VN-1. Memang sebagai produk udang nasional pertama, udang VN-1 banyak mengalami kegagalan, tetapi kegagalan ini menjadi masukan bagi pengembangan udang VN-1 sehingga dapat meningkat kualitasnya. Sebagai salah satu produk dalam negeri, kita harus tetap mencintai, menggunakan dan mengembangkan udang VN-1 ini,\" ungkap Slamet.

Udang VN-1 saat ini telah berhasil dikembangkan melalui uji coba budidaya skala intensif dan cukup berhasil. Dengan padat tebar 100 ekor/m2, SR 85 % dan dibudidayakan selama 100 hari, saat ini BLUPB Karawang mampu menghasilkan 20 ton udang /ha dengan ukuran panen 48 ekor/kg. “Ini membuktikan bahwa udang VN-1 yang sebelumnya hanya dibudidayakan secara tradisional atau semi intensif, ternyata mampu dibudidayakan secara intensif dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi,\" tambah Slamet.

Songsong AFTA 2015

ASEAN Free Trade Zone (AFTA) yang akan diterapkan pada tahun 2015, mendorong peningkatan kualitas produk dalam negeri. Salah satunya adalah Udang VN-1. Sebagai salah satu komoditas unggulan, udang VN-1 telah mampu bangkit kembali dan membuktikan sebagai produk yang layak untuk digunakan oleh pembudidaya udang.

“Dalam rangka menyongsong AFTA 2015, udang VN-1 akan menjadikan Indonesia tidak tergantung lagi dari benih atau induk udang impor, bahkan kita harus mampu mengekspor udang VN-1 ke negara ASEAN lainnya,\" ungkapnya.

Saat ini, lanjut Slamet, Indonesia merupakan salah satu Negara produsen udang yang bebas dari Early Mortality Syndrome (EMS), yang menyebabkan kegagalan dini budidaya udang. Ini merupakan peluang kita untuk terus menggunakan produk dalam negeri, tidak tergantung produk luar negeri, karena udang kita lebih sehat dan lebih aman dibandingkan udang dari negara lain.

Lebih lanjut dikatakan Slamet, peran balai layanan umum perikanan budidaya juga cukup besar sebagai pelopor industrialisasi bisnis dengan harapan masyarakat bisa belajar di balai tersebut dan bisa mempraktekannya kepada masyarakat-masyarakat sekitar. \"Peran balai perikanan budidaya sangat penting untuk menciptakan produk-produk unggul. Selain itu juga bisa membuat vaksin, mempercepat pertumbuhan ikan dan menciptakan pakan dengan kadar protein yang tinggi,\" jelasnya.

Terkait dengan maraknya produk impor yang sejenis,  pihaknya menghimbau agar para pengusaha perikanan budidaya bisa memproduksi dengan efisien dan meningkatkan mutu produk. \"Kalau dari sisi pemerintah, kita akan melakukan sertifikasi agar tercipta good security. Kita menargetkan nantinya produk-produk perikanan budidaya akan dilakukan sertifikasi,\" lanjutnya.

Yang paling penting, kata Slamet, masyarakat Indonesia harus mencintai produk asli Indonesia.  \"Yang harus didahulukan dan ditanamkan adalah cinta produk Indonesia. Agar nantinya pada saat perdagangan bebas, produk Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk-produk impor,\" tutupnya. 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…