Sektor Logistik - Pengaturan Peti Kemas Dinilai Bermasalah

NERACA

 

Jakarta - Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik Carmelita Hartoto menilai upaya menekan dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok menjadi  3 hari atau bahkan lebih baik dan  YOR (Yard Occupancy Ratio) menjadi 65% dapat dilakukan asal operator pelabuhan dan otoritas pelabuhan memiliki itikad untuk melakukannya.

\"Saat ini patut dikhawatirkan kondisi YOR tinggi dan dweeling time yang tidak efisien seperti dibiarkan karena sudah berlangsung cukup lama. Bahkan ada kesan operator pelabuhan justru enggan memindahkan peti kemas ke lapangan penumpukan penunjang logistik (over brengen) ke sekitar pelabuhan,\" ungkap Carmelita di Jakarta, Kamis (4/7).

Pasalnya, kata dia, ada pihak yang diuntungkan akibat YOR dan Dwelling Time  tinggi, terutama operator pelabuhan mengingat kondisi saat ini memberikan pendapatan tambahan sehingga jika peti kemas dipindahkan ke lapangan penumpukan penunjang logistik, otomatis berpengaruh kepada pendapatan.

Menurut dia, kondisi YOR tinggi akan berakibat kepada dwelling time dan semuanya  akan bermuara kepada biaya transportasi dan logistik, baik laut maupun darat. Kalau kapal sampai delay sehari, kerugiannya mencapai 25 juta ke atas per hari untuk kapal kecil berkapasitas 300 TEUs, dan ratusan juga utk kapal mother vessel.

\"Kalau sekarang YOR di Priok sudah di atas 100%, maka kondisi pelabuhan sangat kongesti. Melihat fakta seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa manajemen pelabuhan telah gagal dalam mengantisipasi pertumbuhan arus barang keluar masuk pelabuhan,\" tambahnya.

Carmelita menjelaskan pertumbuhan arus barang melalui pelabuhan Tanjung Priok selama ini terjadi karena  pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia serta adanya pengalihan pasar perdagangan ke Indonesia, sebab kondisi pelabuhan Tanjung Priok selama lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan. 

Untuk mengantisipasi pertumbuhan arus barang, lanjut Carmelita, seharusnya ada rencana jangka pendek dan panjang, terutama guna mengurai YOR yang panjang. Sebab, YOR yang sudah tidak normal menimbulkan kerugian ganda, baik bagi pemilik barang, operator transportasi dan logistik maupun konsumen itu sendiri.

Untuk itu, pihaknya mengharapkan operator pelabuhan, otoritas pelabuhan maupun pihak-pihak lainnya seperti Bea dan Cukai agar dapat bersinerji utk membereskan Tanjung Priok yang sehari-hari makin kusut dan menjadi sumber inefisiensi logistik karena pembenahannya memang berjalan lambat.

Ancaman Stagnasi

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Indonesia (Aptesindo) Syamsul Hadi mengatakan ancaman kepadatan hingga stagnasi dipicu tersendatnya arus distribusi pengeluaran peti kemas dari dalam pelabuhan sedangkan kegiatan pelayanan bongkar muat tetap berjalan. \"Kondisi ini akan mengakibatkan kepadatan parah jika dibiarkan dan aksi setop operasi tetap berlangsung,\" ujarnya.

Seharusnya, menurutnya, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok mengevaluasi kebijakan tingkat isian lapangan atau yard occupancy ratio (YOR) agar perpindahan peti kemas bisa dilakukan dengan mengacu YOR di Unit Priok sekitar 65%.

Data menyebutkan YOR di seluruh terminal Unit Priok termasuk PT Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas (TPK) Koja sudah melebihi 100%. \"Kalau perpindahan peti kemas mengacu YOR 85%, seperti inilah jadinya. Ada setop operasi sehari saja, tingkat YOR langsung naik dan pelabuhan padat sehingga manuver di dalam terminal terbatas,\" ujarnya.

Dia mengharapkan semua pihak bisa duduk bersama memecahkan masalah di Pelabuhan Tanjung Priok. \"Mesti ada pihak yang menjembatani soal ini,\" tegasnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau Indonesia Port Corporation (IPC) Richard Joost Lino menyatakan kegiatan jasa kepelabuhanan di Priok tetap berlangsung kendati ada aksi setop operasi angkutan pelabuhan.

Dia memaparkan pihaknya tetap melayani jasa sandar dan bongkar muat sebanyak 20 unit kapal. Dia juga meminta importir segera mengeluarkan barang jika proses administrasi telah selesai sehingga tidak menyebabkan adanya penumpukan barang.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…