Ramadhan Banjir Barang Impor

Ramadhan Banjir Barang Impor

 

Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri bisa jadi adalah saatnya para pemburu rente dan kaum spekulan berpesta pora. Ingat para pemburu rente atau broker, ingat pula Luthfi Hasan Ishak. Dengan memanfaatkan pengaruhnya sebagai presiden partai dan anggota DPR, dia berhasil menggolkan  permintaan PT Indoguna Utama memperoleh izin impor daging sebanyak 10 ribu ton daging sapi dari Menteri Pertanian Suswono. Kebetulan, Suswono adalah menteri dari Partai Keadilan Sejahtera yang dipimpin Luthfi.

 

Perlunya impor daging sapi dikarenakan terjadi gejolak harga akibat kurangnya pasokan daging sapi di pasaran.  Produksi daging lokal ternyata sangat  tak mencukupi permintaan pasar. Harga pasar pun terombang-ambing hingga meroket mencapai Rp 100 ribu per kilogram dari semula hanya sekitar Rp 65 ribu per kilogram.

 

Meroketnya harga daging sapi biasanya mengikuti momen nasional, seperti tahun baru, dan masa liburan. Tapi yang paling drastis adalah saat Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri menjelang. Kebutuhan meningkat, barang terbatas. Itu adalah hukum ekonomi pasar. Permainan harga dengan mengendalikan suplai di pasar adalah peran penting dari para spekulan. Menahan barang dalam waktu tertentu, sudah menimbulkan gejolak harga.

 

Pekan lalu, Kementerian Perdagangan sudah siap-siap mengimpor cabe yang katanya sudah mulai langka akibat cuaca yang tak menentu hingga mengganggu masa panen, dan ujung-ujungnya stok barang menipis. Jika tak segera impor sebanyak 10 ribu ton, dikhawatirkan harga cabe akan meroket berlipat-lipat, dari semula sekitar Rp 10 ribu, naik jadi Rp 20 ribu dan bisa-bisa melambung menjadi Rp 40 ribu per kilogram.

 

Adalah  Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi menyatakan, stok cabe terganggu karena tak ada panen tahun ini, akibat anomali cuaca. Untuk mengimpor cabe sebanyak itu dibutuhkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Dengan alasan agar tak terjadi rebutan, RIPH itu akan diserahkan kepada Perum Bulog. Penunjukan itu kepada Bulog merupakan jalan tengah agar tak terjadi lagi kasus seperti PT Indoguna Utama yang diduga menyuap Luhtfi. Dalam kasus ini belum ada pihak Kementerian Pertanian yang telah menjadi tersangka menyusul keluarnya izin Impor Daging buat PT Indoguna Utama.

 

Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Dadi Sudiana mengingatkan bahwa impor hasil bumi seperti cabe tidaklah mudah. Sebab, masa jual cabe cukup pendek, dalam hitungan hari hingga minggu. Akibatnya, agar keadaan cabe tak busuk, besar kemungkinan cabe akan dilapisi bahan pengawet. Dan itu sangat berbahaya bagi kesehatan.

AACI juga menolak rencana impor cabe karena menurut hitungan mereka, pasokan masih mencukupi. Lagi pula, kata Dadi, yang menikmati keuntungan bukanlah para pengusaha, tapi  kaum spekulan yang bisa mengatur hingga distribusi dan importer. “Kecuali importirnya adalah koperasi,” ujarnya .

 

Tidak hanya daging sapi saja yang bergejolak menjelang Ramadhan tiba hingga klimaksnya pada beberapa hari sebelum Lebaran. Nyaris semua barang kebutuhan pokok meroket harganya. Kementerian Perdagangan sudah menyiapkan daftar komoditas yang harus diimpor segera.

 

RENCANA IMPOR BARANG KOMODITAS

  1. Kentang konsumsi    4.864 ton
  2. Kentang                      2.568 ton
  3. Bawang Bombay       10.230 ton
  4. Bawang merah          16.781 ton
  5. Wortel                                    18.158 ton
  6. Cabe                            9.715 ton
  7. Pisang                         1.500 ton
  8. Mangga                       854 ton
  9. Jeruk mandarin         36.531 ton
  10. Grafer pagelaran       300 ton
  11. Lemon dan limau      1.996 ton
  12. Anggur                       300 ton
  13. Melon                         76 ton
  14. Papaya                        2.100 ton
  15. apel                             161.693
  16. durian                         10.788 ton

--------------------------------------------------------------

Sumber: Kementerian Pedagangan

 

Ekonom M Said Didu yang juga mantan ketua umum Ikatan Alumni IPB mengungkapkan sebetulnya pemerintah tak perlu berorientasi pada impor. Kuncinya adalah keterbukaan informasi.  “Seharusnya pemerintah memiliki piranti informasi yang sewaktu-waktu dapat memantau berapa kebutuhan dan berapa pasokan,” kata Didu.

Menurut Didu, dengan demikian para petani mampu memproduksi hortikultura sesuai dengan kemampuan. Dia menyontohkan, tanaman cabe sebetulnya tak mengenal cuaca. “Sebab, budi dayanya dapat dilakukan dalam ruangan yang terlindung  hingga mamu memanen beberapa kali dalam semusim tersebut,” kata Didu, mantan sekretaris Menteri BUMN ini. (saksono)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…