Indef: BI Harus Berhati-hati Intervensi Pasar

NERACA

Jakarta - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef),Enny Sri Hartati, mengatakan Bank Indonesia (BI) harus berhati-hati dalam mengintervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang kian merosot, untuk menghindari pemainan spekulan.

\"Kalau BI tidak hati-hati, ini akan ditangkap negatif atau buruk oleh pasar. Ini yang akan dimanfaatkan spekulan,\" kata Enny di Jakarta, Rabu (3/7). Menurut dia, BI harus hati-hati dan bijaksana (prudent) dalam mengatur cadangan devisa sebesar US$105,15 miliar. Dia juga menjelaskan, jika BI tidak menawarkan (offer) ke pasar, berarti BI sudah khawatir. Terlebih, jika kekhawatiran itu didefinisikan negatif oleh pasar, fluktuasi nilai tukar rupiah sulit dirasionalkan kembali.

\"Apalagi kalau semua orang berpersepsi negatif, bisa-bisa rupiah di atas Rp10 ribu per dolar AS,\" ucapnya. Enny mengimbau pemerintah untuk mengembalikan surplus neraca perdagangan yang menjadi faktor fundamental dalam kestabilan nilai tukar rupiah serta didukung neraca pembayaran.

\"Kalau kinerja neraca perdagangan kita tetap defisit, sangat sulit kalau nilai tukar rupiah akan kembali dalam kondisi stabil,\" tuturnya. Menurut dia, pemerintah sering dihadapkan kondisi serba sulit, seperti pembatasan impor holtikultura, tetapi dibatalkan karena menghindari peringatan Amerika Serikat dan China.

Dia berharap pemerintah percaya diri dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang diyakini sebagai stabilisasi terhadap neraca perdagangan yang sulit jika tradisi surplus hilang.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi LIPI Latif Adam menilai intervensi BI cukup efektif dalam menangani depresiasi rupiah karena bisa memperbaiki kondisi psikologis investor sebagai jaminan perlindungan. \"Biarkan saja BI itu intervensi karena memberikan dampak psikologis kepada investor, dan dia merasa aman karena ada semacam perlindungan di tengah-tengah gejolak ini,\" ujarnya.

Selain itu, Latif menjelaskan faktor-faktor lain yakni banyaknya portofolio investment yang menurunkan net selling dalam pasar modal. \"Secara relatif, persaingan pasar modal menurun. Strukturnya pun diisi pemain asing yang lebih dominan,\" kata dia. [ardi]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…