Kemendag Klaim Inflasi Terkendali

NERACA

 

Jakarta - Meskipun beberapa penilaian bahwa inflasi akan bergerak liar dan meleset dari target. Namun, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi justru masih tetap yakin inflasi di bulan Juni menyumbang terbesar yaitu 1,03% atau secara keseluruhan dari Januari hingga Juni mencapai 3,35% masih tetap terkendali dan bisa sesuai dengan target pemerintah dalam APBN-P 2013 yang mencapai 7,3%. \"Saya rasa inflasi ditahun ini akan tetap terkendali. Meskipun banyak tekanan bertubi-tubi pasca kenaikan harga BBM,\" ungkap Bayu.

Bahkan Ia menilai penilaian Bank Dunia yang menyatakan inflasi di Indonesia bisa mencapai 9% adalah rasa yang terlalu pesimis. Pasalnya, Bayu meyakini dengan inflasi di Juni baru mencapai 3,35% sementara ditargetkan inflasi tahunan mencapai 7,5% bukanlah hal yang tidak mungkin meskipun masih ada tekanan dari lebaran dan akhir tahun. \"Meski masih ada lebaran dan natal serta akhir tahun tetapi kalau digabungkan palingan 6,7%. Tetapi hal ini perlu ada dukungan dari semua pihak,\" jelasnya.

Ia menuturkan bahwa kondisi inflasi sekarang justru lebih baik bila dibandingkan inflasi pada 2008 dan 2005. Yang mana pada kedua tahun tersebut inflasi tahunan terbilang cukup tinggi. \"Saat ini inflasi per Juni 2013 telah mencapai 3,35%. Ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan inflasi Juni 2005 yang telah mencapai 4,22% dan lebih parahnya lagi pada Juni 2008 yang mencapai 7,81%,\" ungkap Bayu saat pemaparan kinerja ekspor impor di Kantor Kemendag, Rabu (3/7).

Bayu menjelaskan beberapa komoditas seperti cabai mengalami peningkatan harga mencapai 20,45%, daging ayam ras sebesar 7,70%, minyak goreng 1,27%, ikan bandeng 0,98%, serta beras 0,58%. Sementara komoditas yang masih bertahan tinggi dalam 2 bulan ini adalah cabai merah 21,02% dan telur ayam ras sebesar 8,19%.

Menurut dia, inflasi Juni 2013 lebih disebabkan karena permintaan yang meningkat sementara dari sisi suplai agak terkendala karena masalah iklim. \"Kalau cabai merah karena siklus produksi dan gangguan cuaca sementara kenaikan harga telur karena harga dipakan ternaknya meningkat sehingga harga turunannya pun ikut meningkat. Selain itu, belakangan ini karena harga daging relatif mahal, maka ayam dijadikan subtitusi menggantikan daging,\" katanya.

Lebih lanjut lagi dikatakan Bayu, paling tidak ada 4 faktor tekanan inflasi yaitu faktor ramadhan yang membuat konsumsi meningkat. Kedua, faktor liburan sekolah yang juga konsumsi akan meningkat. Ketiga, masuknya tahun ajaran baru yang mana belanja pakaian, sepatu dan alat tulis akan melonjak. Keempat musim kemarau karena panen padi telah selesai.

Meskipun begitu, lanjut dia, pemerintah telah melakukan berbagai macam hal untuk bisa meningkatkan daya beli untuk mengatasi adanya tekanan harga seperti Bantuan Langsung Masyarakat Sementara (BLSM). Selain itu, kata Bayu, pemerintah juga akan memastikan bahwa distribusi kebutuhan pokok tetap terjaga dan tidak terganggu, kemudian bekerjasama dengan Kemenhub untuk memonitor pelabuhan Bakauheni-Merak untuk memastikan jalur distribusi tetap terjaga.

Selain itu, pemerintah juga telah siap untuk melakukan operasi pasar demi meredam harga yang sudah mengalami kenaikan. \"Kami menyelenggarapan pasar mudah. Dari 500 Kabupaten Kota, paling tidak ada 200 Kabupaten Kota yang telah menyelenggarakan pasar murah. Di Kemendag pun juga menyelnggarakan pasar murah dari 5 Juli sampai Lebaran. Selain itu, Bulog juga melakukan operasi pasar mulai 3 Juli. Untuk hari ini saja, Bulog telah melakukan operasi pasar di Pasar Induk Cipinang dengan total beras 200 ton,\" tambahnya.

Bahan Pangan

Sementara itu, Pengamat ekonomi dari INDEF Enny Sri Hartati menilai pemerintah harus serius mengantisipasi inflasi Juli 2013 khususnya sumbangan dari bahan pangan yang diprediksi cukup tinggi disebabkan sejumlah faktor di samping momen menjelang bulan puasa dan lebaran. \"Kondisi riil inflasi yang terjadi di masyarakat menjelang Ramadhan itu adalah sembako karena permintaannya sangat inelastis. Jadi ekstremnya mau harga beras dan telor berapapun masak orang tidak makan, itu yang berpotensi berbahaya buat pemenuhan kebutuhan masyarakat,\" kata Enny.

Menurut Enny, jika inflasi bahan makanan tidak terkendali serta tidak ada upaya yang serius dan nyata dari pemerintah untuk menstabilkan harga pangan tersebut maka dampak lanjutannya akan luar biasa. \"Rembetan dampak ke semua komoditas ini akan terjadi misalnya harga beras naik, telor naik, daging naik. Padahal konsumsi masyarakat sekarang itu kan minimal ada protein, karbohidrat, dan sayur mayur,\" tutur Enny.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…