Waspada Pasca Operasi Mata

Bagi sebagian orang, operasi mata sangat lah menakutkan, itu karena hasil setelah melakukan operasi mata bukannya biasanya menimbulkan infeksi pada mata, bahkan bisa lebih parah lagi yakni akan mengalami kebutaan.

“Sebetulnya infeksi pasca operasi bukan hanya momok bagi dokter mata, melainkan seluruh dokter di bidang apapun. Mengingat 70% dari seluruh tindakan operasi mata berupa operasi katarak, maka di sinilah kemungkinan terbesar terjadinya infeksi,” ungkap ahli mata senior sekaligus Direktur Utama JEC Kedoya, Dr. Darwan M. Purba, SpM.

Bahkan World Health Organization (WHO) memperkirakan 15 juta tindakan operasi katarak dilakukan setiap tahun. Menurut sebuah studi yang dilakukan American Academy of Ophthalmology, satu dari seribu pasien katarak diketahui mengalami infeksi pasca operasi.

Studi lain menyebut, rasio insiden endophthalmitis pasca operasi katarak cukup bervariasi, mulai 0,05% hingga 0,3%, untuk berbagai populasi di seluruh belahan dunia. Sementara di wilayah Asia yaitu India, negara yang memiliki populasi besar dengan kemiripan geografis dan kondisi sosial ekonomi serupa Indonesia ini, selama 2002 hingga 2004 mencatat rata-rata rasio kejadian endophthalmitis pasca operasi katarak mencapai 0,05%.

Melihat kondisi ini Pionir rumah sakit mata di Indonesia, Jakarta Eye Center (JEC), melalui sentra barunya JEC Kedoya, semakin menegaskan komitmen untuk membantu peningkatan kondisi kesehatan mata di tanah air dengan mewujudkan angka 0% infeksi pasca operasi (post-operative endophthalmitis) selama setahun terakhir. Pencapaian ini bahkan melampaui standar acceptable dari prosentase kejadian infeksi yang ditetapkan European Society of Cataract & Refractive Surgeons (ESCRS) yakni 0,015% - 0,5%.

Bahkan dalam kurun waktu satu tahun hingga 2 April 2013 lalu, JEC Kedoya telah menjalankan lebih dari 5.971 operasi intraokular, 3.130 di antaranya berupa tindakan operasi katarak, dan menjadi rumah sakit pertama di Indonesia dengan angka 0% infeksi (post-operative endophthalmitis).

Berbagai faktor berada di balik pencapaian besar tersebut mulai dari kecanggihan teknologi yang digunakan, keahlian dan kecepatan dokter dalam melakukan tindakan operasi, dan fasilitas ruang operasi yang memenuhi standar steril dan higienitas.

“Ruang operasi kami memenuhi standar kamar bedah yang steril. Kami menyebutnya sebagai positive pressure, di mana udara di dalam ruang operasi memiliki tekanan lebih tinggi dari udara di luar ruangan sehingga seluruh isi ruang operasi dapat dipastikan steril dari debu,” papar Dr. Donny.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…