Hanya Patok Laba Rp 22,66 Miliar - Bahan Baku Seret, Duta Pertiwi Pesimis Raup Untung Besar

NERACA

Jakarta – Produsen lem, PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) menyampaikan pesimistisnya untuk capaian kinerja di tahun 2013 bisa mencapai target. Pasalnya, tahun ini perseroan konsertavif mematok pertumbuhan laba bersih sebesar 10% dari perolehan tahun lalu.

Direktur Utama PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk, Siang Hadi Widjaja mengatakan, jika dihitung dari tahun sebelumnya, perseroan hanya mengharapkan meraup laba bersih sebesar Rp 22,66 miliar. Hal ini disebabkan ketergantungan perseroan terhadap industri kayu di pasar domestik yang flat untuk permintaan perekat, “Pertumbuhan tidak besar, industri kayu begitu-begitu saja. Tidak seperti dulu, jadi setiap tahun biasanya tumbuh hanya tumbuh 10% laba bersihnya,”ujarnya di Jakarta, Rabu (26/6).

Pada tahun ini, perseroan mendapatkan laba bersih Rp 20,68 miliar namun jika dihitung berdasarkan pendapatan konsolidasi dari anak perusahaan, perseroan meraup Rp 24,2 miliar. Selain itu, perseroan juga mengharapkan pendapatan tumbuh 10% dari Rp 146,69 miliar di 2012 menjadi Rp 161,35 miliar tahun ini.

Saat ini, pendapatan terbesar masih ditopang dari penjualan lem (glue). Selain itu, perseroan telah menjual seluruh sahamnya di perusahaan asal Taiwan, Chang Chun Plastic Co Limited. Jumlah saham yang dimiliki sebanyak 25% dan didapatkan dana sebesar US$ 4,45 juta. Nantinya, dana tersebut digunakan untuk anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara, PT Inti Tirta Prima Sakti dan sebagian lagi untuk modal kerja perseroan.

Kata Hadi, alasan menjual saham karena harganya sedang bagus juga karena perusahaan tersebut tidak pernah membagi dividen, “Produksi glue pada semester satu tahun ini diperkirakan 12 ribu ton, karena setiap bulan kita dapat produksi dua ribu ton. Dengan produksi hingga semester satu sebanyak 12 ribu ton glue, maka diproyeksikan pendapatan hingga akhir semester pertama 2013 sebesar Rp 60 miliar”, ungkapnya.

Semester Pertama

Hingga kuartal pertama, perseroan telah mencatatkan pendapatan Rp 20 miliar atau sekitar Rp 60 miliar hingga semester I tahun ini. Produksi glue pada tahun 2012 turun 9,76% dari 20.932 ton menjadi 18.890 ton, sedangkan volume penjualan glue pada tahun lalu turun 6,48% dari 20.582 ton pada 2011 menjadi 19.248 ton.

Disebutkan, penurunan produksi ini disebabkan menurunnya jumlah permintaan dari perusahaan kayu, “Value penjualan kami menurun pada tahun 2012, namun keuntungan kami meningkat. Hal ini disebabkan karena kami melakukan efisiensi seperti mencari bahan baku yang lebih murah. Selain itu dengan adanya kenaikan tarif dasar listrtik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, kami juga melakukan efisiensi di sektor pengiriman dan penggunaan listrik”, jelasnya.

Diakuinya, pesaing Malaysia untuk pasar di Kalimantan Barat cukup membuat usahanya sedikit terganggu, karena memang perusahaan dari Malaysia tersebut memberikan harga yang cukup murah.

Namun, ada sedikit keuntungna bagi usahanya ketika musim kemarau tiba kareena mereka mengirim melalui jalur sungai dan saat kemarau menurut Hadi sungai-sungai di Kalimantan Barat kering.“Ini membuka celah bagi kami, selain keuntungan di musim kemarau tersebut, kami juga memiliki strategi seperti ketepatan waktu pengiriman, pelayanan yang terbaik dan kualitas terbaik”, ungkap dia.

Karena market perseroan 100% diserap oleh pasar domestik dan tidak ada ekspor, Hadi berharap pemerintah tidak mengekspor kayu ke luar negeri. Sebab jika hal ini terjadi, perseroan kemungkinan besar akan kesulitan mencari pembeli.

Pada tahun ini, perseroan tidak menyiapkan belanja modal dikarenakan telah memiliki persediaan glue yang sudah lebih dari cukup. Perseroan juga tidak memiliki hutang kepada bank, hutang yang dimiliki hanya berasal dari pembelian bahan baku yang belum jatuh tempo antara 60 – 90 hari. Rencananya, perseroan akan membagikan dividen kepada pemegang saham pada Agustus mendatang sebesar Rp4,9 miliar atau 23,78% dari perolehan laba bersih tahun buku 2012 setara dengan Rp 15 per lembar saham. (nurul)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…