Pemerintah Segera Bikin Pusat Krisis Pengendalian Harga - Pantau dan Atasi Masalah Pangan

 

 

NERACA

Jakarta – Baru saja terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), beberapa komoditas pangan seperti telur dan cabai telah melambung naik. Contohnya terjadi pada harga cabai merah PD Pasar Jaya Warung Buncit, Jakarta Selatan yang mengalami kenaikan dari Rp38 ribu menjadi Rp50 ribu per kilo. Namun begitu, pemerintah telah mengambil ancang-ancang dengan membuat pusat krisis pengendalian harga kebutuhan pokok.

Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengungkapkan bahwa pemerintah, pengusaha dan asosiasi akan membentuk pusat krisis pengendalian harga untuk menjamin pasokan dan harga pangan pasca kenaikan harga BBM, puasa dan lebaran. “Pembentukan pusat krisis tersebut dimaksudkan untuk memantau dan mengatasi masalah pangan dengan cepat,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut dia, pembentukan pusat krisis itu terdiri dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Asosiasi dan pengusaha. “Nantinya juga akan dilengkapi dengan pejabat yang relevan misalnya bea cukai dan sebagainya. Ini akan secara spontan juga akan menerima laporan apa yang terjadi dan sesegera mungkin menanggulanginya,” lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan juga meminta kepada seluruh pengusaha agar tetap menjaga pasokan. Ia meminta kepada pengusaha untuk terus mendistribusikan pasokan kebutuhan bahan pokok agar tidak terjadi kekurangan pasokan.  

“Pemerintah dan pengusaha menyimpulkan pasokan gula, beras dan ayam cukup hingga lebaran, sedangkan harga cenderung stabil, contohnya harga ayam yang masih pada kisaran Rp20 ribu - Rp24 ribu,” ungkap Gita.

Sementara Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) meminta antisipasi pasokan gula untuk wilayah terpencil. Untuk daging sapi, harga saat ini ada dalam kisaran Rp80 ribu - Rp90 ribu yang mungkin rentan untuk naik minggu berikutnya. Namun, pemerintah telah mengijinkan impor sapi ditambah 15 ribu ekor sapi akhir Juni dan 30 ribu ekor akhir Juli. 

Dengan adanya penambahan tersebut, lanjut Gita, diharapkan para pengusaha dapat memotong stok sapinya dan segera menjual ke pasar dengan harga sekitar Rp75.000. Mendag dan Menperin menghimbau pengusaha untuk tak memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM untuk menaikkan harga secara drastis karena bisa memberatkan konsumen. 

Himbauan ini langsung ditanggapi positif asosiasi-asosiasi seperti Kantor Dagang dan Industri Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Indonesia yang berjanji meminta para anggota asosiasi-asosiasi untuk menjaga kestabilan harga saat harga BBM naik. “Kami juga menghimbau agar para pengusaha menyelenggarakan pasar murah sebanyak dan sesering mungkin pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran untuk dapat meringankan beban masyarakat,” imbuh Gita.

Kenaikan 10%

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengakui kenaikan harga BBM bersubsidi menyumbang kenaikan harga bahan pokok hingga 10%. “Hitungannya, sampai dengan saat ini sekitar 5 hingga 10% atau kalau tepatnya mungkin sekitar rata-ratanya sekitar 8,2% tetapi itu adalah dengan kondisi existing harganya,” kata Bayu.

Kenaikan bahan pokok diakui Bayu karena pembahasan BBM yang belum ada kepastian kapan akan naik. “Sekarang yang jadi masalah adalah pembahasan mengenai kenaikan (BBM) ini ternyata telah membuat naik dulu, naiknya setelah yang ada,” ujar Bayu.

Ia mengakui saat ini telah terjadi kenaikan harga bahan pokok, terutama daging. Ia menyebut akan menambah pasokan karena adanya permintaan yang tinggi. “Daging sebenernya juga stabil cuma dia masih tinggi belum turun itu yang menjadi salah satu target kita yang utama untuk kita paling tidak dalam rangka menghadapi ramadan masyarakat bisa mengonsumsi daging dengan leluasa. Kalau yang lain sampai dengan saat ini belum ada,”

Selain daging, Bayu juga mengakui ada kenaikan harga pada cabai. Kenaikan itu dikatakannya karena panen yang sudah habis dan persediaan yang mulai menipis. Meski begitu, ia berdalih harganya masih stabil.

Berdasarkan pantauan, pasca kenaikan harga BBM bersubsidi, sejumlah bahan kebutuhan pokok mulai naik. Yang paling tajam kenaikannya adalah harga telur dan beras. Kenaikan juga terjadi pada beras dari Rp 470.000 menjadi Rp 490.000 per 50 kg (9.800/kg). Harga gula pasir juga mengalami kenaikan dari Rp 12.000 menjadi Rp 12.500 per kg. Harga sagu naik dari Rp 135.000 menjadi Rp 147.000 per 25 kg.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…