Modal Kecakapan untuk Berwirausaha - Oleh: Prof. DR. H. Imam Suprayogo, Rektor UIN Malang

Baru saja saya mendapatkan pertanyaan sederhana, yaitu apa yang seharusnya dilakukan setelah diwisuda  menjadi sarjana, agar bisa mandiri, baik secara ekonomi maupun lainnya. Pertanyaan itu muncul, bisa jadi oleh karena yang bersangkutan  baru membaca tulisan saya yang berjudul: ”Berandai-andai agar sarjana tidak menganggur”. Atau mungkin, yang bersangkutan  belum lama  diwisuda menjadi  sarjana.

Selama ini saya selalu membayangkan bahwa untuk mengembangkan suatu usaha, sebenarnya tidak sulit, asalkan yang bersangkutan memiliki semangat berusaha, jiwa kepemimpinan dan pandai berkomunikasi. Ketiga modal ini, dulu sewaktu saya menjadi mahasiswa  pada awal tahun 1970 an,  saya melakukan usaha bersama teman. Hasilnya cukup lumayan, sekedar untuk biaya kuliah sudah mencukupi.

Terkait dengan maksud membuka  usaha ini, saya pernah memperhatikan kehidupan seorang tuna netra, yang saya mengenalnbya dengan baik. Seorang tuna netra ini memiliki ketrampilan  memijat. Selain  memberikan layanan kepada para pelanggannya, ia juga menghimpun teman-temannya sesama tuna netra. Ia menyediakan di rumahnya tempat memijat. Para temannya  sesama tuna netra yang memiliki ketrampilan memijat dihimpun di rumahnya dan dipekerjakan di tempat itu.

Seorang tuna netra yang  saya kenal itu  sehari-hari, dengan dibantu oleh isterinya, menjadi manajer usaha panti pijat. Beberapa orang pekerjanya yang semua bernasip sama, yaitu tuna netra, mereka bekerja di rumahnya dan digaji sebagaimana  pada umumnya. Pada saat-saat tertentu, ia memperkerjakan tidak kurang dari 10 orang tuna netra di rumahnya. Tugas dia,  selain  menyiapkan tempat memijat, memimpin para tukang pijat tuna netra,  juga mengkomunikasikan usahanya, agar semakin banyak pelanggannya.      

Sudah cukup lama, saya mengenal dan menjadi pelanggan tukang pijat tuna netra ini. Selama ini saya tahu, bahwa usahanya semakin  lama semakin maju, dan pelanggannya juga semakin banyak. Maka artinya, dia berhasil  mamanage usahanya, memimpin para pekerjanya,  menjaga nama baik  dan mampu mempromosikan usahanya. Bahkan yang saya lihat agak aneh, manajer pelayanan pijat dari orang-orang tuna netra ini juga mempekerjakan orang yang bukan tuna netra, yaitu sebagai antar jemput bagi  orang yang memerlukan pelayanan di rumahnya.

Melihat usaha orang tuna netra itu, seringkali saya merasa terharu dan bertanya-tanya. Mengapa  banyak   sarjana menganggur, sementara itu tuna netra saja mampu membuka usaha dan berhasil maju. Padahal seorang tuna netra yang saya maksudkian tidak pernah belajar hingga perguruan tinggi. Ia hanya mendapatkan latihan pijat memijat, yang juga tidak terlalu lama. Kenyataan seperti itu, menjadikan kita sulit memahami  bahwa banyak sarjana tidak bisa mengembangkan usaha sendiri.

Saya kemudian  membayangkan, umpama para sarjana itu memiliki jiwa wirausaha,  kemampuan leadership, dan juga pandai berkomunikasi, maka pada zaman sekarang ini tidak terlalu sulit merintis usaha. Sebagai seorang yang memiliki jiwa entreteneurship, maka akan mampu melihat peluang usaha. Selain itu,  sebagai orang yang memiliki kemampuan leadership, maka akan melihat betapa banyaknya tenaga potensial yang bisa diajak bekerjasama untuk membangun usaha bersaama-sama.

Modal  lain yang diperlukan adalah kemampuan berkomunikasi. Manakala yang bersangkutan memiliki kemampuan berkomunikasi maka ide-ide yang terkait dengan usaha akan bisa diperoleh dengan mudah. Demikian pula, keperluan  untuk mendapatkan modal usaha, pemasaran dan lain-lain.

Oleh karena itu, yang diperlukan adalah kepercayaan diri, jiwa kewirausahaan, kemampuan leadership, dan komunikasi. Tuna netra yang tidak pernah kuliah saja, oleh karena  memiliki kemampuan itu bisa membuka usaha yang hasilnya bisa untuk mencukupi keluarganya, maka apalagi  seorang sarjana, insya Allah bisa. Sewaktu masih menjadi mahasiswa, saya juga pernah mencoba berwirausaha dan sedikit banyak ternyata juga berhasil. (uin-malang.ac.id)    

 

BERITA TERKAIT

Indonesia Tidak Akan Utuh Tanpa Kehadiran Papua

    Oleh : Roy Andarek, Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta   Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara…

Masyarakat Optimis Keputusan MK Objektif dan Bebas Intervensi

  Oleh: Badi Santoso, Pemerhati Sosial dan Politik   Masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap proses penyelesaian…

Perang Iran-Israel Bergejolak, Ekonomi RI Tetap On The Track

    Oleh: Ayub Kurniawan, Pengamat Ekonomi Internasional   Perang antara negeri di wilayah Timur Tengah, yakni Iran dengan Israel…

BERITA LAINNYA DI Opini

Indonesia Tidak Akan Utuh Tanpa Kehadiran Papua

    Oleh : Roy Andarek, Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta   Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara…

Masyarakat Optimis Keputusan MK Objektif dan Bebas Intervensi

  Oleh: Badi Santoso, Pemerhati Sosial dan Politik   Masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap proses penyelesaian…

Perang Iran-Israel Bergejolak, Ekonomi RI Tetap On The Track

    Oleh: Ayub Kurniawan, Pengamat Ekonomi Internasional   Perang antara negeri di wilayah Timur Tengah, yakni Iran dengan Israel…