Buntut Tidak Adanya Penyesuaian Tarif - Pendapatan Bisnis Angkutan Barang Anjlok 30%

NERACA

 

Jakarta - Pendapatan perusahaan truk angkutan barang merosot 30% setiap tahun akibat pemerintah tidak menyesuaikan tarif angkutan itu sejak 2009. Ketua Departemen Moda Angkutan Barang DPP Organda Andre Silalahi menjelaskan berkurangnya pendapatan pengusaha truk karena meningkatkanya harga bahan bakar tetapi tidak diimbangi dengan penyesuaian tarif angkutan barang.

“Mau gimana lagi usulan kenaikan tarif selalu tidak disetujui dan kalau kami naikkan sepihak, membuat pelanggan pergi dan industri mereka juga berpengaruh karena biaya  naik,” ujarnya di Jakarta, Selasa (18/6).

Andre menegaskan untuk mengatasi berkurangnya pelanggan bila pelaku usaha truk menaikkan harga maka pihaknya memutuskan untuk mengurangi pendapatan dari jasa angkutan barang. Dia juga menyatakan berkuranganya pendapatan juga dipicu oleh peningkatan suku bunga, inflasi, kenaikan upah minimum regional dan suku bunga pengadaan kendaraan yang tinggi. Menurutnya saat ini di Indonesia terdapat 5,5 juta truk dengan berbagai ukuran yang tergabung dalam Organda.

Bidik Rp 560 M

Sementara itu, Perum Damri membidik pendapatan Rp 560 miliar tahun ini atau naik 12 % ketimbang tahun lalu. Perusahaan terus menggenjot angkutan barang dan penumpang tahun ini. \"Kami tetap menargetkan peningkatan meskipun tahun lalu targetnya hanya tercapai 95%,\" kata Direktur Usaha Damri Bagus Wisanggeni.

Bagus mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan angkutan barang dengan menggunakan truk. Termasuk menjajaki kerja sama dengan Perum Bulog, PT ASDP Indonesia Ferry, dan PT Pos Indonesia. Ia berharap 20 % dari pendapatan berasal dari angkutan barang dan sisanya angkutan penumpang. Tahun lalu angkutan barang menyumbang pendapatan sekitar 15%.

Tahun ini perusahaan berencana menambah 10 truk besar dan lima truk kecil untuk ritel. Sehingga nantinya perusahaan memiliki 60 unit truk dan 70 truk kecil. Untuk belanja itu, perusahaan menyiapkan dana sekitar Rp 6,4 miliar yang diambil dari kas internal. \"Penambahan itu untuk melayani rute Jakarta ke Mataram dan ke Medan,\" ujar dia.

Sedangkan untuk angkutan penumpang rute di kawasan negara tetangga, perusahaan itu belum berencana menambah armada. Pihaknya masih ingin melihat pertumbuhan permintaan terlebih dulu. Saat ini Damri melayani angkutan penumpang ke Kuching, Malaysia, dan ke Brunei Darusalam yang biasa digunakan tenaga kerja Indonesia.

Saat ini angkutan penumpang ke Kuching dilayani lima armada, sementara ke Brunei tiga armada. Dengan tarif Rp 350 ribu, tingkat keterisian penumpang ke Kuching berkisar 70%. Sedangkan tarif ke Brunei seharga Rp 600 ribu dengan keterisian penumpang sekitar 55%. \"Kalau ke Brunei memang kelihatannya membaik karena ada 30 ribu TKI yang ada di sana,\" katanya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…