Kenaikan BBM Gerus Keuntungan IKM

NERACA

 

 Jakarta - Rencana pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat kalangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) kelimpungan. Pasalnya beberapa waktu lalu, setelah ada kabar tersebut harga barang di pasar telah merangkak naik, apalagi setelah pengetukan palu sidang paripurna pengesahan APBN-P 2013.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengungkap kalau kenaikan harga BBM bersubsidi cukup berdampak untuk IKM. \"Keuntungan hanya berkurang sedikit, sebenarnya tidak rugi, cuma berkurang. Pada dasarnya IKM itu, kalau masih ada kelonggaran keuntungan mereka tidak akan menaikan harga jual,\" terang Euis usai acara Sumatra Barat Food and Craft VI di Jakarta, Selasa (18/6).

Namun, Euis juga meminta kepada pengusaha besar untuk tidak menaikkan harga jual produk bahan baku seiring adanya penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. khususnya untuk IKM. Karena industri kecil butuh menyesuaikan diri sekitar tiga-empat bulan untuk bisa kembali dalam keadaan normal.

\"Menaikkan harga jual bahan baku bukanlah suatu hal yang bisa dijadikan solusi. Kenaikan harga BBM bersubsidi, lanjut Euis, memang cukup berdampak pada IKM. Namun, dia yakin IKM bisa fleksibel menyesuaikan diri sehingga tidak perlu menaikkan harga jual produk,\" jelas Euis.

Euis selalu meNghimbau agar seluruh pihak, termasuk IKM turut prihatin. Mungkin dengan adanya kenaikan harga BBM subsidi, keuntungan berkurang sedikit, namun tidak rugi. Coba bersama-sama memikul, jangan menaikkan harga.

Hingga kini, lanjut Euis, IKM masih fleksibel untuk bisa mempertahankan margin. “Mereka tinggal lebih teliti lagi, harus bagaimana produksinya dan bagian mana yang harus dikurangi. Mereka hanya butuh waktu menghitung kembali agar lebih efisien,” tukasnya.

Pertumbuhan IKM

Di tempat yang sama, Mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan kinerja dan pertumbuhan IKM dalam negeri masih terkendala pemasaran dan bahan baku.  Saat ini, insentif pemerintah, baik pusat maupun daerah dinilai belum cukup. Seharusnya pemerintah menyediakan pusat pemasaran untuk produk IKM.

\"Pemasaran merupakan masalah utama, di beberapa negara lain, biaya pemasaran itu bisa mencapai 40 % dari total pembiayaan untuk IKM, jadi tinggi sekali. Hal tersebut tidak terjadi di Indonesia yang justru kurang,\" ujarnya.

Terkait dengan kesulitan bahan baku, kendala ada pada yang tidak cukup terjangkau oleh pelaku IKM. Akibatnya, pelaku cenderung mencari bahan baku yang terjangkau namun berkualitas rendah. Hal ini sangat mengurangi daya saing industri.

Untuk menggenjot produksi IKM dan ketersediaan bahan baku yang terjangkau, dibutuhkan uluran tangan sektor perbankan. Fahmi mengatakan bahan baku tengah menjadi salah satu penghambat pertumbuhan IKM, seperti fesyen khususnya batik yang kekurangan bahan baku sutra dan kulit. Untuk IKM makanan dan minuman salah satunya kurang gula rafinasi.

Fahmi juga mengusulkan Minang Emporium yang diharapkan dapat menuai kesuksesan seperti China Emporium sebagai pusat pemasaran produk Industri Kecil dan Menengah.\"Dulu tahun 70-an China, membuat China Emporium di kota-kota besar dan Singapura jadi tempat pemasaran, kenapa tidak kita bangun Minang Emporium di Padang, Batam dan sekitranya,\" kata Fahmi.

Fahmi menilai China Emporium yang dahulu belum berkembang,seperti pengerjaan dan teknologinya namun sekarang bisa maju, seperti yang di Hongkong.\"APBD dikeluarkan, bangun itu (emporium), bukan hanya di Sumatra Barat, melainkan juga Kalimantan misalnya dengan Kalimantan Emporium atau Kalimantan Trade Center,\" katanya.

Menurut dia, biaya pemasaran luar negeri seperti itu bisa mencapai 40%. \"Jadi ini tinggi sekali, pemasaran ini luar biasa. Saya mengundang bagi setiap daerah, ayo bangun,\" katanya.

Fahmi juga mengimbau kepada pemerintah dari segi pembiayaan pemasaran tersebut. \"Gedung-gedung pemerintahan yang kosong itu kenapa tidak digunakan untuk pameran-pameran, kan banyak. Jadi harus ada upaya bersama memasarkan produk-produk karena biaya pemasaran itu tinggi,\" katanya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…